Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

02 Juli 2019

Fixed Income Notes 02 Juli 2019

Perdagangan Surat Utang Negara pada hari Senin, 1 Juli 2019 mengalami koreksi harga yang mendorong terjadinya kenaikan tingkat imbal hasil akibat sentimen domestik dan global.
 
Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 1 Juli 2019 bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan setelah berdampak dari adanya penurunan harga Surat Utang Negara. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 5 - 10,1 bps dimana sebagian besar Surat Utang Negara mengalami kenaikan imbal hasil. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1,3 - 5 bps dengan didorong oleh adanya  perubahan harga yang berkisar antara 3,5 - 10 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 2 bps dengan adanya perubahan harga yang berkisar antara 2,4 - 11 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (diatas 7 tahun) yang mengalami perubahan berkisar antara 5 - 10 bps didorong oleh perubahan harga yang berkisar antara 50 - 82 bps.  
 
Koreksi harga yang mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin didukung oleh faktor eksternal dan internal. Dari faktor ekstenal, mendinginnya hubungan antara Amerika dan China setelah pertemuan KTT G20 kemarin membuat para pelaku pasar kembali optimis, hanya saja rilis data Manufacturing PMI China periode Juni 2019 tercatat di level 49,4 lebih rendah dari data konsensus sebesar 50 sehingga menunjukan aktivitas manufaktur mengalami perlambatan dari periode sebelumnya. Adapun sentimen lainnya yaitu meningkatnya harga minyak mentah dunia yang mencapai level USD65,06 per barel. Dengan adanya kenaikan harga minyak mentah maka akan ada kekhawatiran bahwa defisit transaksi berjalan akan semakin sulit dijaga, sehingga memungkinkan untuk terjadi pelemahan nilai tukar Rupiah akibat posisi fundamental yang kurang meyakinkan pelaku pasar. Sementara itu, dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi periode Juni 2019 yang tercatat inflasi secara bulanan sebesar 0,55% diatas perkiraan yang hanya sebesar 0,54% dan inflasi secara tahunan terpantau di level 3,28% yang juga diatas perkiraan sebesar 3,18%. Inflasi yang diatas ekspektasi mengindikasikan bahwa adanya perbaikan daya beli masyarakat Indonesia yang dapat menjadi katalis positif untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. 
 
Secara keseluruhan, perubahan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 0,4 bps pada level 6,853%; kenaikan imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun sebesar 0,2 bps pada level 7,344%; kenaikan imbal hasil seri acuan tenor 15 tahun sebesar 1,3 bps pada level 7,666% dan kenaikan imbal hasil seri acuan dengan tenor 20 tahun sebesar 0,8 bps pada level 7,926%.  
 
Pada perdagangan di hari Senin, imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang asing mengalami penurunan pada sebagian besar seri. Imbal hasil dari INDO24 mengalami penurunan sebesar 1 bps pada level 2,958%. Adapun imbal hasil dari INDO29 ikut turun sebesar 2,7 bps pada level 3,356% dan imbal hasil dari INDO44 dan INDO49 yang mengalami penurunan masing-masing sebesar 2,3 bps pada level 4,276% dan 2,4 bps di level 4,156% 
 
Sementara itu volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan awal bulan Juli 2019 mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya. Volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp16,19 triliun dari 43 seri Surat Utang Negara yang dilaporkan dimana volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp4,78 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,81 triliun dari 82 kali transaksi. Obligasi Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 106,27%. Adapun Project Based Sukuk seri PBS002 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,20 triliun dari 9 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 96,30%

Semantara itu, dari perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan pada perdagangan di hari Senin senilai Rp2,41 miliar dari 51 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.  Obligasi Sumberdaya Sewatama I Tahun 2012 Tahun 2012 Seri B (SSMM01B) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp294,00 miliar dari 2 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan II Adhi Karya Tahap II Tahun 2019 Seri A (ADHI02ACN2) senilai Rp115,00 dari 1 kali transaksi.  
 
Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup pada level 14113,00 per dollar Amerika menguat sebesar 15,00 pts dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Data ekonomi domestik turut mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, dimana pada perdagangan hari Senin, rupiah mengalami penguatan terhadap dollar Amerika sepanjang sesi perdagangan. Dibuka melemah pada level 14083,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14083 - 14120 per dollar Amerika. Adapun penguatan nilai tukar Rupiah tersebut diikuti oleh penguatan sebagian besar mata uang regional. Mata uang yang memimpin penguatan mata uang regional yaitu mata uang Peso Filipina (PHP) sebesar 0,36% dan diikuti oleh Renminbi China (CNY) sebesar 0,36%. Sedangkan mata uang dengan pelemahan terbesar didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,36% yang diikuti pelemahan Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,35% dan Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,06% terhadap Dollar Amerika. 
 
Pada perdagangan hari ini kami perkirakan bahwa harga Surat Utang Negara masih akan bergerak dengan peluang untuk kembali mengalami pelemahan melanjutkan koreksi harga yang terjadi pada perdagangan sebelumnya serta antisipasi investor menjelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara pada hari ini. Pada perdagangan hari ini, Selasa, 7 Mei 2019, pemerintah berencana untuk menerbitkan Surat Utang Negara melalui lelang dengan target penerbitan senilai Rp15 triliun dari tujuh seri Surat Utang Negara yang ditawarkan kepada investor. Menjelang lelang, harga Surat Utang Negara akan cenderung  bergerak  terbatas  dengan  peluang terjadinya koreksi harga karena investro berharap untuk mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi melalui lelang.  
 
Sedangkan dari perdagangan surat utang global, imbal hasil surat utang global bergerak cukup bervariasi. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup dengan mengalami penurunan pada level 2,014% yang diikuti juga pada tenor 30 tahun yang menurun pada level 2,541%. Adapun penurunan imbal hasil US Treasury tersebut terjadi di tengah membaiknya indeks saham utama Amerika yaitu pada indeks NASDAQ mengalami kenaikan sebesar 106 bps di level 8091,16 dan indeks DJIA membaik sebesar 44 bps di level 26717,43. Sementara itu imbal hasil dari Surat Utang Jerman (Bund) ditutup menguat pada level –0,354% dan untuk surat utang Inggris (Gilt) juga ditutup menguat di level 0,818%.   

Rekomendasi
Harga Surat Utang Negara masih berfluktuatif, sehingga dari beberapa sentimen diatas masih berpeluang untuk mengalami penurunan dalam jangka pendek. Hanya saja, dengan adanya koreksi harga yang terjadi, imbal hasil dari Surat Utang Negara menjadi cukup menarik untuk kembali diakumulasi. Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan strategi trading jangka pendek di tengah kondisi harga Surat Utang Negara yang bergerak berfluktuasi. Kami menyarankan pembelian secara bertahap pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah dan tenor panjang dengan pilihan seri FR0056, FR0059, FR0073, FR0058, FR0068 dan FR0045. 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group