Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

05 Juli 2019

Fixed Income Notes 05 Juli 2019

Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 4 Juli 2019 melanjutkan tren penurunan didorong oleh berlanjutnya aksi beli oleh investor di tengah penurunan imbal hasil surat utang global.
 
Penurunan tingkat imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 1 - 20 bps dengan rata - rata mengalami penurunan imbal hasil sebesar 4 bps dimana Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami penurunan imbal hasil lebih besar dibandingkan dengan yang didapati pada tenor pendek dan menengah. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 3 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 2 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan imbal hasil berkisar antara 1 bps hingga 7 bps yang didorong oleh penguatan harga antara 3 bps hingga 36 bps. Adapun untuk imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 3 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 2 bps. 

Berlanjutnya penurunan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara hingga perdagangan kemarin masih didukung oleh akumulasi pembelian Surat Utang Negara oleh investor didukung ekspektasi penurunan suku bunga acuan global, terutama The Fed yang akan dirilis pada akhir bulan ini di tengah perekonomian dunia yang melambat akibat adanya perang dagang antara Amerika dengan China dan Eropa. 

Namun demikian, penurunan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin mulai semakin besar, terutama yang didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah dan panjang. Semakin besarnya perubahan harga pada tenor tersebut turut mempengaruhi perubahan tingkat imbal hasilnya. Dengan posisi harga Surat Utang Negara yang cukup tinggi didorong oleh aksi beli investor pada bulan Juli, serta didukung oleh faktor teknikal, turut mempengaruhi mulai membesarnya kenaikan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin didukung oleh aksi beli yang dilakukan oleh pelaku pasar. Kondisi tersebut juga didukung oleh volume perdagangan yang lebih besar daripada perdagangan sebelumnya. 

Secara keseluruhan, penurunan imbal hasil Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan sebesar 2 bps untuk tenor 5 tahun di level 6,743% dan 10 tahun di level 7,262% ditutup turun sebesar 4 bps. Adapun turun sebesar 3 bps untuk tenor 15 tahun di level 7,552%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 20 tahun mengalami penurunan sebesar 7 bps di level 7,739%. 

Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan perdagangan di hari Rabu seiring liburnya pasar utang Amerika Serikat. Penurunan imbal hasil terjadi pada sebagian besar seri Surat Utang Negara dengan imbal hasil dari INDO24 mengalami penurunan sebesar 1,3 bps di level 2,939% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 5 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO29, INDO44, dan INDO49 tidak mengalami perubahan. 
 
Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp13,46 triliun dari 43 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp4,51 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,00 triliun dari 108 kali transaksi di harga rata - rata 106,38% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp1,34 triliun dari 49 kali transaksi di harga rata - rata 105,76%.  Sementara itu, volume pada Surat Berharga Syariah Negara tertinggi didapati pada Project Based Sukuk seri PBS014 sebesar Rp730,00 miliar untuk 10 kali transaksi dan diikuti oleh Surat Perbendaharaan Negara Syariah seri SPNS01122019 dengan volume sebesar Rp616,00 miliar dari 5 kali perdagangan. 

Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,25 triliun dari 52 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi II Tridomain Performance Materials Tahun 2019 (TDPM02) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp280,00 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,01% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Bank BTN Tahap II Tahun 2019 Seri A (BBTN03ACN2) senilai Rp145,00 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,03%. 

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah sebesar 12,00 pts (0,08%) pada level 14134,00 per dollar Amerika setelah mengalami pelemahan pada perdagangan kemarin. Dibuka dengan mengalami penguatan dan kemudian bergerak melemah hingga akhir sesi perdagangan yang bergerak pada kisaran 14104,00 - 14137,00 per dollar Amerika, pelemahan nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin terjadi di tengah kecenderungan mata uang regional yang juga mengalami penguatan terhadap dollar Amerika. Mata uang Rupee India (INR) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,52%  diikuti oleh mata uang Won Korea Selatan (KRW) dan Renminbi China (CNY) yang menguat masing-masing sebesar 0,22% dan 0,13%. Sedangkan mata uang Baht Thailand (THB) dan Rupiah Indonesia (IDR) merupakan mata uang regional yang terlihat mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika masing-masing sebesar 0,30% dan 0,08%.
 
Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan kembali bergerak mengalami kenaikan di tengah katalis positif dari dalam dan luar negeri. Dari luar negeri, pergerakan imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup mengalami penurunan. Adapun imbal hasil dari US Treasury tidak bergerak pada perdagangan kemarin dikarenakan liburnya Amerika Serikat. Sedangakan imbal hasil dari surat tang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level -0,401% serta surat utang Inggris (Gilt) ditutup pada level 0,675%. Kondisi pergerakan surat utang global tersebut kami perkirakan juga akan mempengaruhi arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika pada perdagangan hari ini. Adapun dari faktor domestik, pelaku pasar masih akan menantikan data cadangan devisa yang akan disampaikan oleh Bank Indonesia pada hari ini, Jumat, tanggal 5 Juli 2019.

Sementara itu secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih akan membuka peluang pelaku pasar untuk melakukan aksi beli yang akan mendorong kenaikan harga Surat Utang Negara dan melanjutkan tren naik dari perdagangan selama sepekan terakhir.

Rekomendasi
Dengan kondisi tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami melihat bahwa harga Surat Utang Negara masih berpeluang mengalami kenaikan dalam jangka pendek. Beberapa seri Surat Utang Negara yang cukup menarik untuk ditransaksikan diantaranya adalah FR0053, FR0061, FR0063, FR0070, FR0056, FR0059 dan FR0064.
 
Pekan depan pemerintah akan melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada hari Selasa, tanggal 9 Juli 2019 dengan seri SPNS10012020 (Reopening), PBS014 (Reopening), PBS019 (Reopening), PBS021 (Reopening), PBS022 (Reopening), PBS015 (Reopening).    

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group