Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

06 Agustus 2019

Fixed Income Notes 06 Agustus 2019

Perubahan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 5  Agustus 2019 mengalami kecenderungan kenaikan di tengah aksi jual pelaku pasar yang khawatir terhadap eskalasi perang dagang Amerika-China serta pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
 
Kenaikan tingkat imbal hasil yang terjadi pada perdagangan hari Senin, 5 Agustus 2019 mencapai sebesar 75 bps, dengan rata-rata mengalami kenaikan sebesar 14 bps yang didorong oleh adanya penurunan harga hingga mencapai 620 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami perubahan hingga sebesar 15 bps di tengah adanya perubahan harga yang mencapai 38 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan hingga sebesar 38 bps didorong oleh adanya penurunan harga hingga 208 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan hingga sebesar 75 bps didorong oleh adanya penurunan harga yang bergerak turun dengan rata-rata penurunan harga sebesar 114 bps. 

Adapun dari Surat Utang Negara seri acuan, kenaikan imbal hasil terjadi pada keseluruhan seri dengan kenaikan yang mendekati 8 bps setelah mengalami penurunan harga yang bergerak diantara 35 bps hingga 117 bps. Seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun mengalami kenaikan imbal hasil masing - masing sebesar 8,5 bps di level 7,057% dan sebesar 12 bps di level 7,656%. Sementara itu untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun mengalami kenaikan imbal hasil hingga mendekati 12 bps masing-masing berada pada level 7,962% dan 8,115%. 
 
Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin didorong oleh adanya aksi jual oleh para investor di tengah khawatirnya eskalasi perang dagang antara Amerika dan China. Pernyataan Presiden Trump yang akan kembali mengenakan tarif tambahan sebesar 10% bagi barang-barang China per 1 September 2019 ditanggapi oleh China dengan membiarkan mata uang Yuan China jatuh melemah ke level terendah dan meminta beberapa perusahaan China untuk menangguhkan impor terhadap produk-produk pertanian Amerika Serikat. 

Sementara itu, dari faktor domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun 2019 juga mengalami perlambatan yang mencapai 5,05%. Angka ini jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 5,27% dan dengan kuartal I tahun 2019 yang sebesar 5,07%. Beberapa kondisi tersebut membuat para pelaku pasar cenderung mengambil aksi jual cepat (panic selling) terhadap beberapa aset di negara berkembang, termasuk Indonesia, sehingga menyebabkan penurunan harga Surat Utang Negara.
 
Seiring dengan pergerakan imbal hasil US Treasury yang menunjukkan penurunan, imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika juga menunjukkan penurunan yang terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara. Imbal hasil dari INDO29 mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 3,155% didorong oleh adanya kenaikan harga hingga 5 bps. Adapun imbal hasil dari INDO44 pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami penurunan sebesar 0,3 bps di level 4,208% dan imbal hasil pada INDO49 ditutup mengalami penurunan sebesar 1 bps sehingga berada pada level 4,088%. 
 
Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin yaitu senilai Rp18,77 triliun dari 43 seri. Surat Berharga Negara dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp10,37 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp5,44 triliun dari 134 transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp3,56 triliun dari 60 kali transaksi. Adapun Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp900,00 miliar dari 9 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS016 senilai Rp286,00 miliar dari 4 kali transaksi.

Adapun volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan senilai Rp2,66 triliun dari 38 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Indosat Tahap II Tahun 2019 Seri A (ISAT03ACN2) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp1,08 triliun dari 40 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Ijarah Berkelanjutan III Indosat Tahap II Tahun 2019 Seri A (SIISAT03ACN2) senilai Rp293,00 miliar dari 20 kali transaksi. Adapun perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap III Tahun 2018 Seri A (ADMF04ACN3) senilai Rp214,00 miliar dari 2 kali transaksi.
 
Sementara itu nilai tukar Rupiah ditutup melemah sebesar 70,00 pts (0,49%) di level 14255 per Dollar Amerika. Pelemahan Rupiah tersebut bergerak sepanjang sesi perdagangan. Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin bergerak pada kisaran 14188 hingga 14280 per Dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin terjadi di tengah melemahnya sebagian besar nilai tukar mata uang regional. Mata uang Renminbi China (CNH) mengalami pelemahan tertinggi pada mata uang regional yaitu sebesar 1,54% diikuti oleh pelemahan mata uang Won Korea Selatan (KRW) dan Rupee India (INR) masing-masing sebesar 1,40% dan 1,26%. Adapun mata uang Yen Jepang (JPY) dan Baht Thailand (THB) yang mengalami penguatan sebesar 0,56% dan 0,05% terhadap Dollar Amerika.  
 
Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup melemah di level 1,687% dan untuk tenor 30 tahun juga turun di level 2,245%. Hal ini seiiring dengan kondisi pasar saham Amerika Serikat yang mengalami koreksi, dimana indeks saham utamanya mengalami penurunan hingga sebesar 347 bps (NASDAQ) dan 290 bps (DJIA). Adapun imbal hasil surat utang Inggris dan Jerman juga ikut mengalami penurunan, masing - masing di level 0,502% dan –0,522%. 
 
Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berpotensi mengalami penurunan ditengah meningkatnya persepsi risiko terhadap instrumen surat utang negara - negara berkembang yang tercermin dari meningkatnya angka CDS serta kekhawatiran dari para pelaku pasar terhadap eskalasi perang dagang yang terjadi antara Amerika dan China. Adapun faktor pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat pada kuartal II tahun 2019 juga menjadi pertimbangan para pelaku pasar. Saat ini para pelaku pasar cenderung untuk wait and see terlebih dahulu sebelum masuk kembali ke pasar sekunder. 

Rekomendasi
Dengan masih terbukanya peluang terjadinya koreksi harga, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara dengan fokus pada seri Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah. Beberapa seri yang cukup menarik untuk dicermati diantaranya adalah sebagai berikut ini: FR0031, FR0053, FR0061, FR0056, FR0059 dan FR0064. Adapun Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang cukup menarik adalah FR0058, FR0065, FR0068 FR0080 dan FR0072.  
 
Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 07022020 (New Issuance), PBS014 (Reopening), PBS019 (Reopening), PBS021 (Reopening), PBS022 (Reopening) dan PBS015 (Reopening) pada hari Selasa tanggal 6 Agustus 2019.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group