Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

08 Juli 2019

Fixed Income Notes 08 Juli 2019

Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jumat, 5 Juli 2019 kembali mengalami penurunan seiring dengan penguatan nilai tukar rupiah di tengah rilisnya data cadangan devisa yang disampaikan oleh Bank Indonesia.

Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 32 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 6,4 bps dimana penurunan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor panjang.

Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan hingga sebesar 10 bps setelah mengalami kenaikan harga yang berkisar antara 1 - 27 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) ditutup dengan mengalami penurunan berkisar antara 1 - 2 bps setelah mengalami kenaikan harga sebesar 6,5 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang meskipun ditutup dengan perubahan yang bervariasi namun cenderung mengalami penurunan hingga sebesar 30 bps setelah mengalami adanya kenaikan harga dengan rata-rata sebesar 55 bps.

Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang cenderung mengalami penurunan pada perdagangan kemarin turut dipengaruhi oleh faktor menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dalam sepekan terakhir akibat pelaku pasar yang menantikan disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes) ditengah ekspektasi penurunan tingkat suku bunga acuan global. Hal tersebut mendorong pelaku pasar untuk sementara waktu melakukan pembelian Surat Utang Negara di pasar sekunder sehingga mendorong terjadinya kenaikan harga. Sementara itu, sentimen kenaikan harga ini diperkuat oleh faktor domestik dimana Bank Indonesia merilis data cadangan devisa yang meningkat USD3,5 miliar sehingga tercatat sebesar USD123,8 miliar untuk periode Juni 2019.

Dengan kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan akhir pekan kemarin, maka imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun ditutup dengan mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 6,727% dan imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun ditutup dengan mengalami penurunan sebesar 4 bps di level 7,188%. Adapun imbal hasil dari seri acuan dengan tenor 15 tahun ditutup dengan mengalami penurunan sebesar 3 bps di level 7,526% dan imbal hasil seri acuan dengan tenor 20 tahun mengalami penurunan sebesar 3 bps di level 7,713%.

Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, perdagangan yang belum begitu ramai jelang dibukanya kembali perdagangan di pasar keuangan Amerika setelah libur perdagangan di hari Kamis. Dari beberapa seri acuan yang diperdagangkan terlihat hanya imbal hasil dari INDO24 ditutup dengan penurunan sebesar 1,5 bps di level 2,922% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 7 bps. Adapun untuk imbal hasil dari INDO44 mengalami penurunan imbal hasil sebesar 2 bps di level 4,245% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 35 bps. Sedangkan imbal hasil INDO29 dan INDO49 masih tidak bergerak dari perdagangan sebelumnya pada level masing - masing 3,228% dan 4,111%.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp12,68 triliun dari 46 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp5,24 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,77 triliun dari 93 kali transaksi di harga rata - rata 107,80% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0079 senilai Rp1,11 triliun dari 121 kali transaksi di harga rata - rata 105,93%.

Sedangkan dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,21 triliun dari 46 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Bank BTN Tahap II Tahun 2019 Seri A (BBTN03ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp135 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,03% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Surya Semesta Internusa Tahap I Tahun 2016 Seri A (SSIA01ACN1) senilai Rp130 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 100,41%.

Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika kembali ditutup dengan mengalami penguatan di level 14083,00 per dollar Amerika, mengalami pelemahan sebesar 52,00 pts (0,36%) dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Adapun pergerakan nilai tukar Rupiah di buka melemah dan berbalik menjadi menguat pada pertengahan sesi hingga akhir sesi perdagangan. Nilai tukar Rupiah tersebut bergerak pada kisaran 14083 hingga 14150 per Dollar Amerika, menguatnya nilai tukar Rupiah seiiring dengan melemahnya sebagian besar mata uang regional. Mata uang Rupiah Indonesia (IDR) memimpin penguatan mata uang regional terhadap dollar Amerika sebesar 0,36% dan diikuti oleh mata uang Rupee India (INR) dan Baht Thailand (THB) masing-masing sebesar 0,02% dan 0,01%. Adapun yang mengalami pelemahan terbesar mata uang regional didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,20% dan diikuti oleh mata uang Won Korea Selatan (KRW) dan Peso Filipina (PHP) yang masing-masing melemah sebesar 0,15% dan 0,09% terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berpeluang untuk mengalami kenaikan di tengah menguatnya mata uang rupiah terhadap dollar Amerika seiring dengan rilisnya data cadangan devisa untuk periode Juni 2019 yang meningkat sebesar USD3,5 miliar. Nilai tukar rupiah yang telah bergerak dengan mengalami penguatan tersebut kembali berpeluang mengalami penguatan didukung oleh melemahnya dollar Amerika. Hal tersebut kami perkirakan akan mempengaruhi investor asing untuk mulai antisipasi dengan melakukan pembelian Surat Utang Negara di pasar sekunder sehingga akan mendorong terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder.

Namun dari perdagangan surat utang global, pada perdagangan akhir pekan kemarin pergerakan imbal hasilnya ditutup dengan mengalami arah yang bervariasi. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik pada level 2,039% di tengah investor yang menantikan disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika adapun imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 30 tahun juga ditutup naik pada level 2,544%. Sementara itu, imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun ditutup dengan mengalami penurunan di level -0,365% dan surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan di level 0,737%. perubahan imbal hasil yang bergerak bervariasi tersebut kami perkirakan juga akan berdampak terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika.

Rekomendasi

Dengan pertimbangan beberapa faktor tersebut, maka kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami masih merekomendasikan strategi trading jangka pendek di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang kembali berpeluang mengalami kenaikan. Adapun seri - seri yang dapat diperdagangkan diantaranya adalah seri FR0034, FR0053, FR0061, FR0063, FR0070, FR0056, FR0059 dan FR0064.

Pada sepekan kedepan terdapat lima surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp6,25 triliun.    

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group