Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

09 Juli 2019

Fixed Income Notes 09 Juli 2019

Harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, tanggal 8 Juli 2019 bergerak dengan arah yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan akibat melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
 
Kenaikan tingkat imbal hasil berkisar antara 5—20 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 2 bps dimana kenaikan imbal hasil terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 0,4 - 4 bps dengan didorong oleh adanya penurunan harga hingga sebesar 10 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yang berkisar antara 1 - 5 bps dengan didorong oleh adanya penurunan harga yang berkisar antara 3 - 26 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) terlihat mengalami kenaikan hingga sebesar 19 bps dengan didorong oleh adanya penurunan harga hingga sebesar 24 bps. 

Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika di tengah dollar Amerika yang menguat terhadap beberapa mata uang regional. Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut tidak lepas dari menguatnya dollar Amerika terhadap beberapa mata uang regional ditengah rilis data tenaga kerja Amerika Serikat periode Juni 2019, yaitu data Non-Farm Payroll yang dilaporkan bertambah sebanyak 224 ribu orang (vs 75 ribu orang pada bulan Mei 2019). Meskipun data tingkat pengangguran naik menjadi 3,7% dari sebelumnya sebesar 3,6% namun masih berada di level terendah selama 50 tahun terakhir. Dengan meningkatnya pertumbuhan data tenaga kerja di Amerika Serikat tersebut, kami menilai bahwa kemungkinan The Fed untuk memangkas suku bunga acuannya pada akhir bulan ini akan semakin kecil.

Selain itu, para pelaku pasar nampaknya lebih menahan diri ditengah jelang diselenggarakannya lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada hari ini, hal ini terindikasi dari menurunnya volume pada perdagangan kemarin. Pada kuartal III tahun 2019 pemerintah mentargetkan penerbitan Surat Berharga Negara melalui lelang senilai Rp185 triliun dari 7 kali lelang Surat Utang Negara dan 6 kali lelang Sukuk Negara. Pada lelang sebelumnya, pemerintah meraup dana senilai Rp8,00 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp40,19 triliun.

Secara keseluruhan, aksi jual oleh investor pada perdagangan kemarin telah mendorong kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan sebesar 1 bps untuk tenor 5 tahun di level 6,747%; 1,6 bps untuk tenor 10 tahun di level 7,218%; 1,8 bps untuk tenor 15 tahun di level 7,560%; dan 2 bps untuk tenor 20 tahun di level 7,728%. 

Semenatra itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya masih ditutup dengan mengalami kenaikan yang terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara di tengah masih berlanjutnya tren kenaikan imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO24 mengalami kenaikan sebesar 2,8 bps di level 2,947% setelah mengalami koreksi harga sebesar 12,5 bps. Sedangkan imbal hasil INDO29 dan INDO44 masing - masing mengalami kenaikan sebesar 4 bps di level 3,273% dan 4,244%. Adapun imbal hasil dari INDO49 mengalami kenaikan sebesar 4,4 bps di level 4,154% setelah mengalami koreksi harga sebesar 84,7 bps. 

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangn sebelumnya, yaitu senilai Rp14,55 triliun dari 47 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Adapun volume perdagangan Surat Utang Negara seri acuan yang dilaporkan senilai Rp7,97 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp5,39 triliun dari 102 kali transaksi di harga rata - rata 106,96% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp2,06 triliun dari 49 kali transaksi di harga rata - rata 104,70%.

Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp2,52 triliun dari 44 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Bank BTN Tahap II Tahun 2019 (BBTN03ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp834,50 miliar dari 35 kali transaksi di harga 100,01% dan diikuti oleh perdagangan  Obligasi Berkelanjutan IV Federal International Finance Tahap I Tahun 2019 Seri A (FIFA04ACN1) senilai Rp360,00 miliar dari 19 kali transaksi di harga rata - rata 99,95%. 

Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup pada level 14108,00 per dollar Amerika, mengalami pelemahan dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya sepanjang sesi perdagangandan bergerak pada kisaran 14099,00 hingga 14155,00 per dollar Amerika. Nilai tukar rupiah bergerak melemah seiring dengan sebagian besar pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika, dimana pada perdagangan kemarin, mata uang  Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional sebesar 0,98% yang diikuti oleh Rupee India (INR) dan Baht Thailand (THB) masing-masing sebesar 0,42% dan 0,40%. Adapun mata uang Renminbi China (CNY)  merupakan satu-satunya mata uang regional yang mengalami penguatan yaitu sebesar 0,18% terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan yang akan dibayangi oleh adanya aksi ambil untung oleh investor. Kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini masih akan dipengaruhi terhadap berlanjutnya tren pelemahan nilai tukar rupiah yang didukung oleh menguatnya dollar Amerika terhadap beberapa mata uang regional akibat respon data tenaga kerja yang membaik dari periode sebelumnya. Adanya sentimen eksternal yang membaik akan berdampak terhadap penurunan harga dimana imbal hasil dari surat utang global yang ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan. 

Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik pada level 2,037% sebagai respon pelaku pasar atas positifnya beberapa data yang dirilis pada akhir pekan kemarin, memberikan sinyal akan cukup baiknya data sektor tenaga kerja Amerika Serikat yang disampaikan pada hari Jum'at kemarin. Data sektor tenaga kerja menjadi salah satu katalis positif pada perdagangan US Treasury, sejalan dengan kenaikan US Treasury untuk tenor 10 tahun, imbal hasil US Treasury 30 tahun juga mengalami kenaikan di level 2,521%. Adapun imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama mengalami kenaikan sebesar 1,2 bps di level 0,235% sedangkan imbal hasil Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun juga terlihat mengalami kenaikan, di level 0,716%. Pergerakan imbal hasil surat utang global yang cenderung mengalami kenaikan tersebut kami perkirakan akan masih memberikan tekanan terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika. 

Rekomendasi
Dengan kondisi tersebut kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan melakukan strategi trading. Selain itu, rencana lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara pada perdagangan hari ini akan turut mendorong penurunan harga Surat Utang Negara. Kami merekomendasikan beberapa seri Surat Utang Negara yang masih cukup menarik untuk diperdagangkan seperti FR0053, FR0061, FR0063, FR0070, FR0056, FR0059, dan FR0071 serta FR0068. 
 
Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 10012020 (New Issuance), PBS014 (Reopening), PBS019 (Reopening), PBS021 (Reopening), PBS022 (Reopening) dan PBS015 (Reopening) pada hari Selasa tanggal 9 Juli 2019.
 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group