Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

13 Agustus 2019

Fixed Income Notes 13 Agustus 2019

Jelang lelang, harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 12 Agustus 2019 mengalami koreksi yang mendorong terjadinya kenaikan tingkat imbal hasil akibat melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
 
Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 12 Agustus 2019 bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan setelah berdampak dari adanya penurunan harga Surat Utang Negara. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 79 bps dimana sebagian besar Surat Utang Negara mengalami kenaikan imbal hasil. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 7 bps dengan didorong oleh adanya  perubahan harga yang berkisar antara 1 - 22 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 79 bps dengan adanya perubahan harga yang berkisar antara 1 - 418 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (diatas 7 tahun) yang mengalami perubahan berkisar antara 1 - 56 bps didorong oleh perubahan harga yang berkisar antara 1—582 bps.  
 
Koreksi harga yang mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin didukung oleh faktor eksternal dan internal. Dari faktor ekstenal, para pelaku pasar khawatir terhadap memanasnya demonstrasi di Hongkong dan adanya potensi pembatalan perundingan antara Amerika dan China terkait perang dagang. Adapun para pelaku pasar juga menantikan data inflasi Amerika yang dirilis pada pekan ini dan akan diperkirakan mengalami kenaikan terbatas dilevel 1,7% untuk data CPI secara tahunan (YoY) dan 0,3% untuk bulanan (MoM). Sementara itu, dari sentimen domestik, para pelaku pasar cenderung untuk menahan diri melakukan transaksi di pasar sekunder jelang diselenggarakannya lelang Surat Utang Negara pada hari ini. Pemerintah akan melakukan lelang dari tujuh seri yang ditawarkan dengan target indikatif sebesar Rp15,00 triliun. Adapun pada lelang sebelumnya, pemerintah meraup dana senilai Rp21,45 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp43,27 triliun.

Secara keseluruhan, perubahan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 4 bps pada level 6,804%; kenaikan imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun sebesar 6 bps pada level 7,350%; kenaikan imbal hasil seri acuan tenor 15 tahun sebesar 10 bps pada level 7,770% dan kenaikan imbal hasil seri acuan dengan tenor 20 tahun sebesar 4 bps pada level 7,872%.  
 
Pada perdagangan di hari Senin, imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang asing bergerak dengan arah yang bervariasi. Imbal hasil dari INDO24 mengalami kenaikan sebesar 0,5 bps pada level 2,792%. Adapun imbal hasil dari INDO29 ikut naik sebesar 0,7 bps pada level 3,065% dan imbal hasil dari INDO44 dan INDO49 yang mengalami penurunan masing-masing sebesar 2,2 bps pada level 4,100% dan 2,9 bps di level 3,947% 
 
Sementara itu volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan awal pekan mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya. Volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp5,49 triliun dari 42 seri Surat Utang Negara yang dilaporkan dimana volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,45 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,16 triliun dari 43 kali transaksi. Obligasi Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 106,30%. Adapun Project Based Sukuk seri PBS022 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp157,20 miliar dari 12 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 104,53%.
 
Semantara itu, dari perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan pada perdagangan di hari Senin senilai Rp1,96 triliun dari 55 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry I Tahun 2018 Seri B (SMLPPI01B) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp600,00 miliar dari 16 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan II Bank Maybank Indonesia Tahap II Tahun 2018  (BNII02CN2) senilai Rp123,32 dari 3 kali transaksi.  
 
Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup pada level 14250,00 per dollar Amerika melemah sebesar 56,00 pts dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Data ekonomi domestik turut mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, dimana pada perdagangan hari Senin, rupiah mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika sepanjang sesi perdagangan. Dibuka melemah pada level 14205,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14205 - 14251 per dollar Amerika. Adapun pelemahan nilai tukar Rupiah tersebut diikuti oleh pelemahan sebagian besar mata uang regional. Mata uang yang memimpin pelemahan mata uang regional yaitu mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,50% dan diikuti oleh Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,39%. Sedangkan mata uang dengan penguatan terbesar didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,60% yang diikuti penguatan Renminbi China (CNY) sebesar 0,05% terhadap Dollar Amerika. 
 
Pada perdagangan hari ini kami perkirakan bahwa harga Surat Utang Negara masih akan bergerak dengan peluang untuk kembali mengalami pelemahan melanjutkan koreksi harga yang terjadi pada perdagangan sebelumnya serta antisipasi investor menjelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara pada hari ini. Pada perdagangan hari ini, Selasa, 13 Agustus 2019, pemerintah berencana untuk menerbitkan Surat Utang Negara melalui lelang dengan target penerbitan senilai Rp15 triliun dari tujuh seri Surat Utang Negara yang ditawarkan kepada investor. Menjelang lelang, harga Surat Utang Negara akan cenderung  bergerak  terbatas  dengan  peluang terjadinya koreksi harga karena investor berharap untuk mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi melalui lelang.  
 
Sedangkan dari perdagangan surat utang global, imbal hasil surat utang global bergerak mengalami kenaikan. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan pada level 1,654% yang diikuti juga pada tenor 30 tahun yang naik pada level 2,142%. Adapun kenaikan imbal hasil US Treasury tersebut terjadi di tengah melemahnya indeks saham utama Amerika yaitu pada indeks NASDAQ mengalami penurunan sebesar 120 bps di level 7863,41 dan indeks DJIA turun sebesar 148 bps di level 25897,71. Sementara itu imbal hasil dari Surat Utang Jerman (Bund) ditutup menguat pada level –0,593% dan untuk surat utang Inggris (Gilt) juga ditutup melemah di level 0,483%.   

Rekomendasi
Harga Surat Utang Negara masih berfluktuatif, sehingga dari beberapa sentimen diatas masih berpeluang untuk mengalami penurunan dalam jangka pendek. Hanya saja, dengan adanya koreksi harga yang terjadi, imbal hasil dari Surat Utang Negara menjadi cukup menarik untuk kembali diakumulasi. Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan strategi trading jangka pendek di tengah kondisi harga Surat Utang Negara yang bergerak berfluktuasi. Kami menyarankan pembelian secara bertahap pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah dan tenor panjang dengan pilihan seri FR0053, FR0061, FR0046, FR0040, FR0059, FR0064, FR0078 dan FR0073. 
 
Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN03191114 (New Issuance), SPN12200814 (New Issuance), FR0081 (Reopening), FR0082 (Reopening), FR0080 (Reopening), FR0079 (Reopening) dan FR0076 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 13 Agustus 2019.
 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group