Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

16 Juli 2019

Fixed Income Notes 16 Juli 2019

Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 15 Juli 2019 bergerak dengan mengalami penurunan di tengah menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika sebagai respon terhadap sentimen domestik.
 
Perubahan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 2 - 24 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 9 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor pendek, 1 - 4 tahun. 

Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) bergerak  dengan mengalami perubahan hingga sebesar 24 bps di tengah perubahan harga yang hanya berkisar antara 2—56 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) terlihat mengalami penurunan berkisar antara 6—11 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 65 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang juga mengalami penurunan dengan adanya perubahan hingga sebesar 14 bps didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 140 bps. 

Perubahan tingkat imbal hasil pada perdagangan awal pekan ini mengalami penurunan di tengah menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Menguatnya rupiah tersebut diakibatkan dari faktor domestik sebagai respon terhadap disampaikannya pidato Jokowi terntang rencana pemerintah selama lima tahun kedepan. Disamping itu, pada perdagangan kemarin juga dirilis data neraca perdagangan yang mencatatkan surplus sebesar USD196 juta dimana nilai ekspor periode Juni turun 8,98% di level USD11,78 miliar dan nilai impor naik 2,80% di level USD11,58 miliar. Adapun sentimen positif juga datang dari eksternal dimana data pertumbuhan China masih mengalami kenaikan walaupun relatif sedikit melambat karena faktor perang dagang. Positifnya harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin juga seiring dengan akan diselenggarakannya lelang rutin Surat Utang Negara dengan target sebesar Rp15 triliun.
 
Hal tersebut turut mempengaruhi perubahan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan, dimana pada perdagangan di awal pekan kemarin perubahan imbal hasilnya hingga sebesar 10 bps masing - masing di level 6,466% untuk tenor 5 tahun, di level 7,082% untuk tenor 10 tahun, di level 7,454% untuk tenor 15 tahun dan di level 7,646% untuk tenor 20 tahun. 

Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, imbal hasil dari INDO24 mengalami penurunan sebesar 1,2 bps di level 2,903% dan INDO29 mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 3,279% setelah mengalami kenaikan harga masing - masing sebesar 5,5 bps dan 7 bps. Adapun imbal hasil dari INDO44 mengalami penurunan terbatas dibawah 1 bps di level 4,288%, sedangkan untuk INDO49 mengalami peningkatan imbal hasil sebesar 0,2 bps di level 4,170% setelah mengalami penurunan harga berkisar sebesar 3,5 bps. 

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan awal pekan ini terlihat mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, sebesar Rp16,37 triliun dari 43 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dengan volume seri acuan yang dilaporkan senilai Rp5,21 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,84 triliun dari 142 kali transaksi di harga rata - rata 108,13% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0053 senilai Rp1,52 triliun dari 21 kali transaksi di harga rata - rata 103,45%. Sementara itu, untuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan volume terbesar didapati pada Project Based Sukuk dengan seri PBS014 yaitu senilai Rp1,01 triliun dari 18 kali transaksi dan diikuti oleh volume Sukuk Ritel Negara dengan seri SR010 sebesar Rp177,58 miliar dengan 23 kali perdagangan.
 
Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan obligasi korporasi senilai Rp1,83 triliun dari 62 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.  Obligasi Berkelanjutan III Bank Maybank Indonesia Tahap I Tahun 2019 Seri A (BNII03ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp390,00  miliar dari 20 kali transaksi di harga rata - rata 100,01%. Diikuti oleh seri Obligasi Berkelanjutan V Sarana Multigriya Finansial Tahap I Tahun 2019 Seri A (SMFP05ACN1) Rp187,00  miliar dari 9 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% 

Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 88,00 pts pada level 13919,00 per dollar Amerika yang menguat sepanjang sesi perdagangan. Pergerakan nilai tukar Rupiah bergerak pada kisaran 13895,00 hingga 14000,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut terjadi seiring dengan penguatan sebagian besar mata uang regional terhadap dollar Amerika. Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,63% yang diiringi dengan penguatan Peso Filipina (PHP) dan Rupee India (INR) masing-masing sebesar 0,24% dan 0,20%. Sedangkan yang mengalami pelemahan terbesar mata uang regional didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW) dan Dollar Hongkong (HKD) yang keduanya melemah sebesar 0,03% terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan melanjutkan tren kenaikan yang didukung oleh katalis dari dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan pelaksanaan Rapat Dewan Gabungan Bank Indonesia yang akan dimulai pada tanggal 18 Juli 2019 mendatang. Para pelaku pasar berharap bahwa Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga acuannya sehingga berdampak pada meningkatnya aktifitas ekonomi domestik.

Sementara itu dari faktor eksternal, pergerakan imbal hasil surat utang global yang masih cenderung bergerak dengan mengalami penurunan di tengah sinyal perlemahan mata uang dollar terhadap mata uang dunia akan menjadi katalis positif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara hari ini. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun terlihat mengalami penurunan di level 2,089% sementara itu imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 30 tahun juga ditutup turun pada level 2,609%. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun ditutup mengalami kenaikan pada level –0,251% dan pada tenor 30 tahun turun di level 0,327%. Adapun imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) mengalami penurunan pada level 0,799% untuk tenor 10 tahun. 

Rekomendasi
Dengan kondisi tersebut maka kami masih menyarankan strategi trading bagi investor dengan horizon investasi jangka pendek memanfaatkan momentum kenaikan harga Surat Utang Negara dengan pilihan pada seri FR0031, FR0034, FR0053, FR0070, FR0056 dan FR0059.
 
Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN03191017 (New Issuance), SPN12200410 (Reopening), FR0077 (Reopening), FR0078 (Reopening), FR0080 (Reopening), FR0079 (Reopening) dan FR0076 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 16 Juli 2019.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group