Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

17 Juli 2019

Fixed Income Notes 17 Juli 2019

Pada perdagangan hari Selasa, tanggal 16 Juli 2019, harga Surat Utang Negara bergerak bevariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan yang didorong oleh perubahan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat sentimen dari dalam dan luar negeri.
 
Harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin hari Selasa, tanggal 16 Juli 2019 bergerak dengan arah bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan hingga sebesar 141 bps yang mendorong terjadinya kenaikan tingkat imbal hasil hingga sebesar 38 bps. Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) tercatat mengalami rata-rata penurunan terbatas hanya sebatas 1,1 bps yang berdampak pada meningkatnya imbal hasil sebesar 4 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan harga hingga sebesar 36,2 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil hingga 7 bps. Surat Utang Negara dengan tenor panjang (diatas 7 tahun) didapati terjadinya penurunan rata-rata harga sebesar 22,0 bps yang mengakibatkan terjadinya kenaikan imbal hasil hingga sebesar 38 bps. 
 
Pada perdagangan kemarin, hari Selasa tanggal 16 Juli 2019, harga Surat Utang Negara bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan. Pergerakan harga tersebut dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika yang juga ikut bergerak beragam seiring dengan jelang diselenggarakannya Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada pertengahan pekan ini. Kondisi tersebut berpeluang mengakibatkan para pelaku pasar melakukan aksi wait and see menunggu hasil kebijakan tersebut. Meskipun para pelaku pasar berharap suku bunga acuan Bank Indonesia dapat mengalami penurunan dibawah level 6,00%. Disamping itu, pernyataan dari pidato Jokowi pada awal pekan ini juga mendapat respon positif dari pasar, hanya saja sentimen positif dari Jokowi tersebut tidak diikuti dengan rilis data yang disampaikan oleh China dimana data ekonomi China menunjukan perlambatan. Sementara itu, dari proses lelang kemarin, pemerintah berhasil meraup dana sebesar Rp22,05 triliun dari total penawaran yang masuk sebesar Rp53,14 triliun. Angka tersebut me nurun dibandingkan dengan hasil lelang Surat Utang Negara sebelumnya yang mencapai Rp22,15 triliun dari total penawaran sebesar Rp62,09 triliun.
 
Secara keseluruhan, perubahan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin juga mendorong terjadinya perubahan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan arah yang bervariasi. Adapun Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun meningkat terbatas dibawah 1 bps pada level 6,469%; penurunan imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun juga bergerak di bawah 1 bps pada level 7,081%. Sedangkan untuk seri acuan tenor 15 tahun mengalami penurunan sebesar 2 bps pada level 7,435% dan kenaikan imbal hasil seri acuan dengan tenor 20 tahun sebesar 0,2 bps pada level 7,647%.  
 
Pada perdagangan kemarin, imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang asing mengalami penurunan pada keseluruhan serinya. Harga dari INDO24 mengalami kenaikan sebesar 4,3 bps yang mendorong penurunan imbal hasil sebesar 1 bps di level 2,893%. Adapun pergerakan harga dari INDO29 juga ikut naik sebesar 28,7 bps yang berdampak pada turunnya imbal hasil sebesar 3,3 bps di level 3,250%. Sementara itu, dari INDO44 dan INDO49 juga mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 23 bps dan 36 bps yang berdampak pada penurunan tingkat imbal hasil masing-masing sebesar 1,2 bps di level 4,275% dan 2 bps di level 4,150%.
 
Sementara itu volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami kenaikan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya. Volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp30,92 triliun dari 45 seri Surat Utang Negara yang dilaporkan dimana volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp15,04 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp9,95 triliun dari 147 kali transaksi. Obligasi Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 108,15%. Adapun Project Based Sukuk seri PBS012 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,87 triliun dari 15 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 109,05%. 
 
Dari perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan pada perdagangan di hari Selasa tanggal 16 Juli 2019 senilai Rp897,36 miliar dari 54 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.  Obligasi Berkelanjutan V Sarana Multigriya Finansial Tahap I Tahun 2019 Seri A (SMFP05ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp165,00 miliar dari 8 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan III Tower Bersama Infrastructure Tahap II Tahun 2018 (TBIG03CN2) dan Efek Beragun Aset Mandiri GIAA01 (MGIA01) masing-masing senilai Rp110,00 miliar dari 5 kali transaksi dan Rp100,00 miliar dari 2 kali perdagangan.  
 
Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup pada level 13935,00 per dollar Amerika yang melemah sebesar 17,00 pts dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Penguatan rupiah terhadap dollar Amerika bergerak cukup fluktuatif sepanjang sesi perdagangan. Dibuka melemah kemudian bergerak menguat  dan melemah kembali pada pertengahan sesi perdagangan. Adapun nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 13905—13941 per Dollar Amerika. Pelemahan rupiah tersebut diikuti oleh mata uang regional yang bergerak bervariasi pada sebagian besar serinya, dimana yang memimpin penguatan mata uang regional yaitu Peso Filipina (PHP) sebesar 0,21% dan diikuti oleh mata uang Won Korea Selatan (KRW) dan Dollar Hongkong (HKD) yang masing-masing menguat sebesar 0,14% dan 0,12%. Sementara itu, pelemahan mata uang regional terbesar didapati pada mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,17% dan diikuti oleh mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,11% terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan bahwa harga Surat Utang Negara masih akan bergerak dengan peluang untuk kembali mengalami kenaikan melanjutkan tren kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan sebelumnya. Hanya saja, kami perkirakan kenaikan tersebut bergerak terbatas akibat para pelaku pasar yang cenderung menahan diri dan melakukan aksi wait and see menjelang disampaikannya pengumuman suku bunga acuan oleh Bank Indonesia. 
 
Sementara itu, Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan mengalami penurunan masing-masing pada level 2,109% dan 2,618%. Adapun penurunan imbal hasil US Treasury tersebut seiring dengan penurunan indeks saham utamanya. Untuk indeks NASDAQ terpantau mengalami pelemahan sebesar 43 bps di level 8222,80 dan indeks DJIA turun sebesar 9 bps di level 27335,63. Sementara itu, imbal hasil dari Surat Utang Jerman (Bund) dan surat utang Inggris (Gilt) untuk tenor 10 tahun ditutup mengalami penurunan masing-masing di level –0,256% dan 0,809%.

Rekomendasi
Dengan kondisi tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Kami merekomendasikan kepada investor untuk melakukan strategi trading di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung bergerak berfluktuasi dengan fokus kepada pergerakan nilai tukar Rupiah. Adapun seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0031, FR0053, FR0056, FR0064, FR0071, FR0073, FR0058, FR0074 dan FR0068.
 
Pemerintah meraup dana senilai Rp22,05 triliun dengan melaksanakan lelang Surat Utang Negara pada tanggal 16 Juli 2019 untuk seri SPN03191017 (new issuance), SPN12200410 (reopening), FR0077 (reopening), FR0078 (reopening), FR0080 (reopening), FR0079 (reopening) dan FR0076 (reopening).

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group