Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

19 Agustus 2019

Fixed Income Notes 19 Agustus 2019

Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jumat, 16 Agustus 2019 bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat optimisme pelaku pasar dari disampaikannya RAPBN 2020 oleh pemerintah.
 
Perubahan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 1 - 10 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 4 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor menengah, 5—7 tahun. 

Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1—4 tahun) bergerak  dengan mengalami perubahan hingga sebesar 8 bps di tengah perubahan harga yang berkisar antara 3 - 17 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5—7 tahun) terlihat mengalami penurunan berkisar antara 1 - 10 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 57 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang juga cenderung bergerak bervariasi dengan adanya perubahan hingga sebesar 10 bps didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 70 bps. 

Perubahan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan akhir pekan kemarin bergerak dengan arah yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan yang didorong oleh kenaikan harga Surat Utang Negara akibat menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Kenaikan harga Surat Utang Negara tersebut disebabkan respon atas disampaikannya Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) untuk periode tahun 2020 dihadapan wakil rakyat. Adapun pada RAPBN 2020 tersebut, ada 5 hal yang menjadi perhatian pemerintah yaitu, pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan; infrastruktur dan pemerataan wilayah; nilai tambah sektor riil, industrialisasi dan kesempatan kerja; ketahanan pangan, air, energi dan lingkungan hidup; stabilitas pertahanan dan keamana. Dari beberapa faktor diatas pemerintah juga mentargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% yang dinilai tertinggi sejak tahun 2013. Penetapan target pertumbuhan ekonomi yang tinggi ditengah kondisi ekonomi global yang melambat akan membuat para pelaku pasar lebih optimis terhadap kondisi ekonomi domestik. 
 
Hal tersebut turut mempengaruhi perubahan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan, dimana pada perdagangan di akhir pekan kemarin perubahan imbal hasilnya hingga sebesar 8 bps masing - masing di level 6,751% untuk tenor 5 tahun, di level 7,384% untuk tenor 10 tahun, di level 7,782% untuk tenor 15 tahun dan di level 7,828% untuk tenor 20 tahun. 

Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika juga mengalami penurunan imbal hasil pada sebagian besar serinya. Adapun untuk imbal hasil dari INDO24 mengalami penurunan sebesar 1,5 bps di level 2,707% dan INDO29 mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 2,934% setelah mengalami kenaikan harga masing - masing sebesar 7 bps dan 5 bps. Adapun imbal hasil dari INDO44 dan INDO49 keduanya juga mengalami penurunan sebesar 5 bps masing-masing di level 3,909% dan 3,701% setelah mengalami kenaikan harga berkisar antara 83 - 128 bps. 

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan akhir pekan kemarin terlihat mengalami kenaikan dibandingkan dengan volume perdagangan pada perdagangan di hari Kamis, namun masih terlihat cukup aktif dengan volume sebesar Rp12,61 triliun dari 44 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dengan volume seri acuan yang dilaporkan senilai Rp3,55 triliun. Obligasi Negara seri FR0053 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,87 triliun dari 15 kali transaksi di harga rata - rata 103,18% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0068 senilai Rp1,23 triliun dari 31 kali transaksi di harga rata - rata 104,50%. Sementara itu, untuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan volume terbesar didapati pada Project Based Sukuk dengan seri PBS014 yaitu senilai Rp756,00 miliar dari 5 kali transaksi dan diikuti seri PBS016 dengan volume sebesar Rp126,00 miliar dengan 2 kali perdagangan.

Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan obligasi korporasi senilai Rp1,09 triliun dari 41 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.  Obligasi Berkelanjutan II Sarana Multi Infrastruktur Tahap I Tahun 2019 Seri B  (SMII02BCN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp300,00  miliar dari 11 kali transaksi di harga rata - rata 100,05%. Diikuti oleh seri Obligasi Obligasi Berkelanjutan IV Astra Sedaya Finance Tahap II Tahun 2019 Seri A (ASDF04ACN2) Rp100,00  miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,37% 

Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 30,00 pts pada level 14243,00 per dollar Amerika setelah menguat sepanjang sesi perdagangan. Pergerakan nilai tukar Rupiah bergerak pada kisaran 14225,00 hingga 14268,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut terjadi seiring dengan penguatan sebagian besar mata uang regional terhadap dollar Amerika. Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,39% yang diikuti oleh penguatan Peso Filipina (PHP) dan Dollar Singapura (SGD) masing-masing sebesar 0,27% dan 0,26%. Sementara itu, mata uang regional yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,21% dan diikuti oleh pelemahan Baht Thailand (THB) dan Renminbi China (CNY) masing-masing sebesar 0,11% dan 0,09% terhadap dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak bervariasi dengan arah pergerakan yang cenderung mendatar yang disebabkan oleh adanya lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang akan diselenggarakan besok sehingga para pelaku pasar lebih menahan diri untuk bertransaksi di pasar sekunder.  Selain itu, dari sisi eksternal, para pelaku pasar juga menantikan rilis data diantaranya adalah hasil notulen rapat The Fed (FOMC Minutes) yang akan disampaikan pada akhir pekan ini. 

Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun terlihat mengalami kenaikan di level 1,584% sementara itu imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 30 tahun juga ditutup naik pada level 2,079%. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level –0,688% dan pada tenor 30 tahun turun di level 0,224%. Adapun imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) mengalami kenaikan pada level 0,468% untuk tenor 10 tahun dan pada level 1,016% untuk tenor 30 tahun.

Rekomendasi
Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Strategi trading masih kami sarankan di tengah kondisi pasar surat utang yang masih akan bergerak berfluktuasi seiring dengan kondisi yang terjadi di pasar keuangan global dengan pilihan masih pada tenor pendek dan panjang seperti seri FR0053, FR0061, FR0063, FR0064, FR0078 dan FR0068.
 
Pada sepekan kedepan terdapat empat surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp14,43 triliun.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group