Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

19 Juli 2019

Fixed Income Notes 19 Juli 2019

Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin bergerak terbatas dengan arah yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan akibat adanya sentimen dari dalam maupun luar negeri.
 
Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 9 - 107 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 10 bps dimana kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara yang cukup besar terjadi pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang.

Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4tahun) bergerak bervariasi dimana untuk tenor 1 - 2 tahun mengalami penurunan imbal hasil yang berkisar antara 1 - 4 bps sementara itu pada tenor 3 - 4 tahun mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 6 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 4 - 9 bps dengan didorong oleh adanya rata-rata kenaikan harga hingga sebesar 18 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang bergerak dengan kecenderungan mengalami rata-rata kenaikan sebesar 15 bps dengan didorong oleh adanya rata-rata penurunan harga hingga sebesar 138 bps. 

Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin lebih dipengaruhi oleh sentimen eksternal dimana para pelaku pasar masih khawatir terhadap memanasnya hubungan perang dagang antara Amerika dan China sehingga berakibat turunnya aktivitas pergerakan komoditas dan aktivitas ekonomi diantara keduanya. Pada pertemuan terakhir, Presiden Trump mengancam akan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China sebesar USD325 miliar. Sementara itu dari dalam negeri, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang berakhir pada hari Kamis waktu setempat memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada level 5,75%, angka ini sesuai dengan yang telah diperkirakan oleh pelaku pasar sebelumnya 

Adapun dari hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang berakhir pada hari Kamis kemarin memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7- day RR Rate) pada level 5,75%, dengan suku bunga Deposit Facility turun sebesar 5,00% dan Lending Facility turun sebesar 6,50%. Keputusan menurunkan suku bunga tersebut terjadi ditengah terjaganya tingkat inflasi dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi ditengah menurunnya ketidakpastian keuangan global dan stabilitas eksternal yang terkendali. Hasil dari Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia tersebut tidak banyak berpengaruh terhadap pasar surat utang, mengingat pelaku pasar telah memperkirakan bahwa Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga acuan serta hasil dari pertemuan yang di sampaikan jelang berakhirnya sesi perdagangan. 

Secara keseluruhan, kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin telah mendorong imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan naik pada posisi 6,495% (0,4 bps) untuk tenor 5 tahun, di posisi 7,116% (0,3 bps) untuk tenor 10 tahun, di posisi 7,478% (2 bps) untuk tenor 15 tahun dan di posisi 7,671% untuk tenor 20 tahun. 

Penurunan imbal hasil terjadi pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika seiring dengan kenaikan imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO24 ditutup turun sebesar 2 bps di level 2,867% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 9 bps. Adapun imbal hasil dari INDO29 dan INDO44 mengalami penurunan yaitu masing - masing sebesar 2,8 bps di level 3,230% dan 4,269% didorong oleh adanya kenaikan harga sebesar 24,5 bps dan 25 bps. Sementara itu, untuk seri INDO49 mengalami penurunan imbal hasil sebesar 1,8 bps yang diakibatkan dari kenaikan harga sebesar 35 bps.
 
Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin menunjukkan adanya penurunan dibandingan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp19,21 triliun dari 44 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan, volume perdagangan yang dilaporkan mencapai Rp9,02 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp5,94 triliun dari 173 kali transaksi di harga rata - rata 104,70% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp1,37 triliun dari 33 kali transaksi di harga rata - rata 106,75%. 

Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp852,8 miliar dari 35 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap I Tahun 2017 Seri A (BMTR01ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp269 miliar dari 19 kali transaksi di harga rata - rata 96,78% dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap V Tahun 2019 Seri A (BEXI04ACN5) senilai Rp115 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,26%. 

Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat sebesar 23,00 pts (0,16%) pada level 13960,00 per dollar Amerika. Bergerak dengan mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13930,00 hingga 13981,00 per dollar Amerika, penguatan nilai tukar rupiah tersebut terjadi di tengah mayoritas penguatan mata uang regional terhadap dollar Amerika seiring dengan pelemahan nilai tukar dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Mata uang Peso Filipina (PHP) memimpin penguatan mata uang regional terhadap dollar Amerika sebesar 0,34% yang diikuti oleh Won Korea Selatan (KRW) dan Rupiah Indonesia (IDR) masing-masing sebesar 0,21% dan 0,16%. Adapun yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,22%.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara berpeluang untuk mengalami penguatan namun dibatasi oleh kembali naiknya imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari US Treasury pada perdagangan hari Kamis kembali ditutup dengan mengalami kenaikan terbatas setelah sempat mengalami penurunan. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup naik pada level 2,041% begitu pula dengan tenor 30 tahun yang ditutup naik pada level 2,572%. Adapun imbal hasil dari surat utang Inggris (gilt) dengan tenor 10 tahun juga ditutup naik pada level 0,764%, sedangkan surat utang Jerman ditutup turun pada level –0,316%. Adanya kenaikan imbal hasil pada sebagian besar surat utang tersebut kami perkirakan juga akan mendorong harga sedikit tertekan terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika pada perdagangan hari ini, terlebih setelah mengalami kenaikan harga pada perdagangan kemarin. 

Rekomendasi
Dengan kondisi tersebut, kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergarakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan melakukan strategi trading memanfaatkan momentum perubahan harga. Beberapa seri yang masih cukup menarik adalah seri FR0031, FR0061, FR0070, FR0056, FR0064, FR0071, FR0052, FR0073, FR0068. 
 
Pekan depan pemerintah akan melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada hari Selasa, tanggal 23 Juli 2019 dengan seri SPNS10012020 (Reopening), PBS014 (Reopening), PBS019 (Reopening), PBS021 (Reopening), PBS022 (Reopening), PBS015 (Reopening).     
 
 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group