Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

21 Agustus 2019

Fixed Income Notes 21 Agustus 2019

Kenaikan tingkat imbal hasil pada perdagangan hari Selasa, tanggal 20 Agustus 2019 terjadi ditengah kondisi pelaku pasar yang masih wait and see terhadap sentimen perang dagang Amerika dan China.
 
Pada perdagangan kemarin, hari Selasa, 20 Agustus 2019, imbal hasil Surat Utang Negara bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan merespon kondisi pasar keuangan global akibat ketegangan perang dagang yang terjadi antara Amerika dan China. Adapun untuk perubahan imbal hasil Surat Utang Negara terjadi hingga 6 bps dengan rata-rata kenaikan imbal hasil sebesar 1 bps. Imbal hasil untuk Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1—4 tahun) mengalami kenaikan imbal hasil hingga sebesar 6 bps yang didorong penurunan harga hingga sebesar 15 bps.Sementara itu Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5—7 tahun) mengalami perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 3 bps yang setelah akibat dari naiknya harga hingga sebesar 22,1 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang mengalami perubahan berkisar antara 3—10 bps didorong oleh perubahan harga hingga 21 bps. 

Melemahnya harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin masih dipicu oleh sentimen eksternal dimana para pelaku pasar cenderung wait and see terhadap kondisi perkembangan perang dagang antara Amerika dan China setelah Amerika membuka komunikasi dengan China. Selain itu, para pelaku pasar juga mencermati peluang terjadinya penurunan suku bunga The Fed yang semakin membesar di level 1,25% hingga 1,50%. Dari adanya potensi penurunan suku bunga The Fed tersebut, pelaku pasar juga mencermati sentimen domestik dimana Bank Indonesia akan merilis data suku bunga acuan untuk periode Agustus 2019 pada akhir pekan ini. Disisi lain, hasil lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang dilaksanakan pada perdagangan kemarin berhasil memperoleh dana sebesar Rp8,00 triliun dimana angka tersebut sesuai dengan target indikatif yang telah ditentukan. 

Secara keseluruhan, perubahan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil pada sebagian besar Surat Utang Negara seri acuan. Adapun Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 3 bps pada level 6,746%; kenaikan imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun sebesar 3 bps pada level 7,319%. Namun untuk Surat Utang Negara dengan tenor 15 dan 20 tahun perubahan imbal hasil naik sebesar 2 bps masing-masing pada level 7,712% dan 7,824%

Sentimen negatif perang dagang Amerika-China juga mempengaruhi terjadinya perubahan imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang asing. Pada perdagangan di hari Selasa, imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang asing mengalami arah pergerakan yang bervariasi. Imbal hasil dari INDO24 mengalami penurunan terbatas dibawah 1 bps pada level 2,713%. Adapun imbal hasil dari INDO29 naik sebesar 2,7 bps pada level 3,011%. Sementara itu untuk INDO44 dan INDO49 keduanya mengalami penurunan imbal hasil sebesar 0,9 bps sehingga masing-masing berada di level 3,925% dan 3,765%.

Sementara itu volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di hari Selasa mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya. Volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp8,37 triliun dari 43 seri Surat Utang Negara yang dilaporkan dimana volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,07 triliun. Obligasi Negara seri FR0053 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,63 triliun dari 17 kali transaksi dan diikuti oleh volume perdagangan seri FR0078 sebesar Rp799,78 miliar dari 29 kali transaksi. Adapun Project Based Syariah seri PBS019 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp905,69 miliar dari 16 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 104,35%.
 
Semantara itu, dari perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan pada perdagangan di hari Selasa, mengalami kenaikan senilai Rp979,09 miliar dari 56 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Semen Indonesia Tahap I Tahun 2017 (SMGR01CN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp78,00 miliar dari 4 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi II Bank Maluku Malut Tahun 2017 Seri B (BMLK02B) dan Obligasi Berkelanjutan III PNM Tahap I Tahun 2019 Seri A (PNMP03ACN1) yang keduanya senilai Rp50,00 miliar masing-masing dari 2 kali transaksi dan 3 kali perdagangan.

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup pada level 14268,00 per dollar Amerika dan menguat sebesar 30,00 pts dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Pada perdagangan hari Selasa, Rupiah bergerak melemah hingga akhir sesi perdagangan dan bergerak pada kisaran 14268 hingga 14240 per Dollar Amerika. Adapun pergerakan Rupiah tersebut diikuti oleh perubahan yang beragam pada mata uang regional. Adapun yang memimpin penguatan pada mata uang regional yaitu mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,28% yang diiringi dengan Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,23% dan Baht Thailand (THB) sebesar 0,11%. Sedangkan yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,35% dan diikuti oleh pelemahan mata uang Rupiah Indonesia (IDR) dan Dollar Taiwan (TWD) masing-masing melemah sebesar 0,21% dan 0,17% terhadap Dollar Amerika. 

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan cenderung bergerak terbatas di tengah pelaku pasar yang masih menantikan rilisnya data suku bunga acuan Bank Indonesia pada hari Kamis pekan ini. Kami menilai bahwa untuk saat ini Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuannya pada level 5,75%. Sementara itu, ekspektasi pelaku pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed juga semakin membesar setelah Presiden Donald Trump meminta The Fed untuk menurunkan suku bunga acuannya ditengah pertumbuhan ekonomi global yang semakin melambat. Dengan adanya beberapa rilis data perekonomian tersebut, maka para pelaku pasar akan cenderung menahan diri.

Sedangkan dari perdagangan surat utang global, imbal hasil surat utang global bergerak cukup bervariasi. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik sehingga di level 1,561% sedangkan untuk tenor 30 tahun ditutup turun di level 2,042%. Pergerakan imbal hasil US Treasury pada perdagangan kemarin terjadi ditengah melemahnya kondisi pasar saham utamanya dimana indeks NASDAQ melemah sebesar 68 bps di level 7948,56% dan indeks DJIA melemah sebesar 66 bps di level 25962,44. Adapun untuk imbal hasil dari Surat Utang Jerman (Bund) bertenor 10 tahun ditutup naik pada level –0,689% dan untuk surat utang Inggris (Gilt) ditutup juga naik di level 0,454% untuk tenor 10 tahun.
 
Rekomendasi
Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut, maka kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan fokus kepada pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Adanya pergerakan harga di pasar sekunder yang cenderung fluktuatif dapat dimanfaatkan oleh investor untuk dapat melakukan trading. Berikut merupakan beberapa seri yang tepat dengan beberapa kondisi tersebut: FR0053, FR061, FR0063, FR0070, FR0056, FR0059, FR0064 dan FR0071.  
 
Pemerintah meraup dana senilai Rp8,00 triliun melaksanakan lelang Surat Berharga Syariah Negara pada tanggal 20 Agustus 2019 untuk seri SPNS07022020 (reopening), PBS014 (reopening), PBS019 (reopening), PBS021 (reopening), PBS022 (reopening) dan PBS005 (reopening).

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group