Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

21 Juni 2019

Fixed Income Notes 21 Juni 2019

Harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, tanggal 20 Juni 2019 mengalami kenaikan yang didorong oleh menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika ditengah disampaikannya suku bunga acuan The Fed dan suku bunga acuan Bank Indonesia.
 
Pada perdagangan kemarin, hari Kamis, tanggal 20 Juni 2019, perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 39 bps dimana rata-rata perubahan imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang (diatas 7 tahun) sebesar 9,3 bps yang berdampak setelah adanya perubahan harga berkisar 12 bps hingga 324 bps. Selanjutnya, imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami rata-rata perubahan sebesar 8,7 bps didorong oleh adanya rata-rata kenaikan harga hingga sebesar 61,1 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 3 hingga 15 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga mencapai 50 bps.

Pada perdagangan kemarin, harga Surat Utang Negara mengalami kenaikan  yang dipengaruhi oleh menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Penguatan ini terjadi setelah The Fed merilis suku bunga acuannya bertahan di level 2,25% hingga 2,50% yang terjadi ditengah ekspektasi penurunan suku bunga global oleh para pelaku pasar. Namun, pernyataan The Fed yang bernada dovish membuat pelaku pasar lebih optimis pada kemungkinan penurunan suku bunga acuan di periode selanjutnya. Kondisi ini juga membuat para pelaku pasar memungkinkan adanya aksi mencari aset yang lebih berkualitas (flight to quality) pada negara-negara berkembang yang menawarkan tingkat imbal hasil lebih baik. Naiknya harga Surat Utang Negara juga diiringi dengan apresiasi surat utang negara berkembang yang lain. Sementara itu, dari sisi domestik, Bank Indonesia juga mempertahankan suku bunga acuannya pada level 6,00%. 

Sehingga secara keseluruhan, imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin dari seri acuan ditutup mengalami penurunan dengan rata-rata perubahan imbal hasil sebesar 9,5 bps, masing - masing di level 6,848% untuk tenor 5 tahun, di level 7,397% untuk tenor 10 tahun, dilevel 7,890% untuk tenor 15 tahun, serta untuk tenor 20 tahun di level 7,975%.

Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya ditutup dengan mengalami penurunan pada keseluruhan seri yang terjadi ditengah penurunan tingkat imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO24 dan INDO29 mengalami penurunan hingga 10 bps masing - masing di level 2,943% dan 3,326% setelah mengalami kenaikan harga yang berkisar antara 52-90 bps. Sedangkan INDO44 dan INDO49 mengalami penurunan imbal hasil sekitar 11 bps dimana masing-masing berada di level 4,216% dan 4,129% setelah berdampak terhadap kenaikan harga sebesar 245 bps dan 204 bps.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami peningkatan dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya, senilai Rp30,23 triliun dari 46 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp15,84 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp8,13 triliun dari 325 kali transaksi di harga rata - rata 105,40% dan diikuti oleh Obligasi Negara seri FR0068 senilai Rp3,56 triliun dari 162 kali transaksi di harga rata - rata 104,70%. Adapun untuk Surat Berharga Syariah Negara dengan volume tertinggi didapati pada Project Based Sukuk seri PBS014 sebesar Rp1,04 triliun untuk 7 kali transaksi dan diikuti oleh seri PBS016 sebesar Rp320,00 dari 1 kali perdagangan.

Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,89 miliar dari 71 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Batavia Prosperindo Finance Tahap II Tahun 2017 (BPFI01CN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp191,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Mandiri Tunas Finance Tahap II Tahun 2017 Seri A (TUFI03ACN2) senilai Rp152,00 miliar dari 15 kali transaksi di harga rata - rata 100,61%. Adapun untuk perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Bank BTN Tahap I Tahun 2017 Seri A (BBTN03ACN1) tercatat volume perdagangan sebesar Rp97,00 dari 1 kali transaksi di harga 100,55% dan untuk volume perdagangan Obligasi Berkelanjutan II PTPP Tahap I Tahun 2018 Seri A (PTPP02ACN1) sebesar Rp80,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga 98,88%.  
 
Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 83,00 pts (0,59%) pada level 14187,00 per dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 14184,00 hingga 14253,00 per dollar Amerika dengan kecenderungan mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan. Penguatan mata uang Rupiah tersebut terjadi di tengah naiknya keseluruhan mata uang regional akibat melemahnya Dollar Amerika. Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional yaitu mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 1,23% dan diikuti oleh mata uang Baht Thailand (THB)sebesar 1,03% dan mata uang Renminbi China (CNY) sebesar 0,69%. Sementara itu, untuk mata uang yang mengalami penguatan terendah didapati pada mata uang Dollar Hongkong (HKD) sebesar 0,10% yang diiringi dengan mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,28% dan mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,32% terhadap mata uang Dollar Amerika.

Perubahan harga surat utang global pada perdagangan hari Kamis, mendorong terjadinya penurunan imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun di level 1,98% dan untuk tenor 30 tahun di level 2,534%. Sementara itu, imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan di level -0,315% dan tenor 30 tahun di level 0,255%. Sedangkan untuk imbal hasil surat utang Inggris (Gilt) bertenor 10 tahun juga mengalami kenaikan di level 0,81% dan untuk tenor 30 tahun mengalami kenaikan di level 1,424%.
 
Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara yang terjadi akan melanjutkan tren positif seiring dengan adanya beberapa sentimen yang berasal dari domestik maupun dari eksternal. Dirilisnya suku bunga acuan Bank Indonesia di level 6,00% yang bernada dovish terhadap proyeksi mendatang akan memberikan keuntungan bagi investor karena semakin membuat aktivitas ekonomi sehingga meningkatkan kemungkinan adanya prospek pertumbuhan ekonomi kedepan.

Rekomendasi
Dengan kondisi tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Kami merekomendasikan kepada investor untuk melakukan strategi trading di tengah kenaikan harga Surat Utang Negara. Adapun seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0053, FR0061, FR0040, FR0056, FR0047, FR0052 dan FR0073.

Pekan depan pemerintah akan melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada hari Selasa, tanggal 25 Juni 2019 dengan seri SPNS01122019 (Reopening), PBS014 (Reopening), PBS019 (Reopening), PBS021 (Reopening), PBS022 (Reopening), PBS015 (Reopening). 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group