Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

24 Juli 2019

Fixed Income Notes 24 Juli 2019

Harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, tanggal 23 Juli 2019 bergerak mengalami penurunan akibat melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan aksi ambil untung para pelaku pasar.
 
Kenaikan tingkat imbal hasil berkisar antara 1—9 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 4 bps dimana kenaikan imbal hasil terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 0,3 - 6 bps dengan didorong oleh adanya penurunan harga hingga sebesar 15 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yang berkisar antara 1 - 7 bps dengan didorong oleh adanya penurunan harga hingga 30 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) terlihat mengalami kenaikan hingga sebesar 9 bps dengan didorong oleh adanya penurunan harga yang berkisar antara 7—74 bps. 

Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin hari Selasa, tanggal 23 Juli 2019, didorong oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Koreksi harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin juga terjadi ditengah para pelaku pasar yang mengambil aksi untung setelah harga Surat Utang Negara mengalami kenaikan selama beberapa hari terakhir. Namun, kami menilai bahwa penurunan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin hanya bersifat sementara karena para pelaku pasar semakin yakin terhadap ekspektasi penurunan suku bunga acuan global. Sementara itu, Bank Indonesia juga mencatatkan angka portofolio asing sampai tanggal 18 Juli 2019 mencapai Rp192,5 triliun dimana terdiri dari Rp118,1 triliun Surat Berharga Negara dan Rp74 triliun berasal dari saham. 

Selain itu, para pelaku pasar nampaknya lebih menahan diri ditengah diselenggarakannya lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada hari ini, hal ini terindikasi dari menurunnya volume pada perdagangan kemarin. Pada kuartal III tahun 2019 pemerintah mentargetkan penerbitan Surat Berharga Negara melalui lelang senilai Rp185 triliun dari 7 kali lelang Surat Utang Negara dan 6 kali lelang Sukuk Negara. Pada lelang Sukuk Negara kemarin, pemerintah meraup dana senilai Rp8,00 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp 16,45 triliun. 

Secara keseluruhan, aksi jual oleh investor pada perdagangan kemarin telah mendorong kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan sebesar 7 bps untuk tenor 5 tahun di level 6,628%; 7 bps untuk tenor 10 tahun di level 7,244%; 5,8 bps untuk tenor 15 tahun di level 7,564%; dan 5 bps untuk tenor 20 tahun di level 7,760%. 

Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya masih ditutup dengan mengalami penurunan yang terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara di tengah tren kenaikan imbal hasil dari surat utang global. Imbal hasil dari INDO24 mengalami penurunan sebesar 0,6 bps di level 2,849% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 2,5 bps. Sedangkan imbal hasil INDO29 dan INDO44 masing - masing mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 3,203% dan 4,250%. Adapun imbal hasil dari INDO49 mengalami penurunan sebesar 1,1 bps di level 4,123% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 22 bps. 

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangn sebelumnya, yaitu senilai Rp13,14 triliun dari 43 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Adapun volume perdagangan Surat Utang Negara seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,94 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,11 triliun dari 96 kali transaksi di harga rata - rata 107,30% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0074 senilai Rp499,65 miliar dari 24 kali transaksi di harga rata - rata 99,13%. Adapun volume perdagangan dari Surat Berharga Syariah Negara terbesar didapati pada Project based Sukuk seri PBS014 sebesar Rp2,69 triliun dari 18 kali perdagangan dan diikuti oleh seri PBS003 dan PBS024 dengan volume yang sama besar yaitu senilai Rp1,00 triliun untuk 2 kali perdagangan.

Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,42 triliun dari 41 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Indosat Tahap II Tahun 2019 Seri A (ISAT03ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp279,00 miliar dari 5 kali transaksi di harga 99,98% dan diikuti oleh perdagangan Sukuk Indosat Tahap II Tahun 2019 Seri C (SIISAT03CCN2) senilai Rp250,00 miliar dari 1 kali transaksi di harga rata - rata 100,00%. 

Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup pada level 13985,00 per dollar Amerika, mengalami pelemahan dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya dan bergerak melemah sepanjang sesi perdagangan  pada kisaran 13955,00 hingga 13987,00 per dollar Amerika. Nilai tukar rupiah bergerak melemah seiring dengan sebagian besar pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika, dimana pada perdagangan kemarin, mata uang  Mata uang Rupiah Indonesia (IDR) memimpin pelemahan mata uang regional sebesar 0,28% yang diikuti oleh Yen Jepang (JPY) dan Baht Thailand (THB) masing-masing sebesar 0,22% dan 0,21%. Adapun mata uang Renminbi China (CNY)  merupakan satu-satunya mata uang regional yang mengalami penguatan yaitu sebesar 0,03% terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan yang masih akan dibayangi oleh adanya aksi ambil untung oleh investor. Penurunan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini masih akan dipengaruhi terhadap berlanjutnya tren pelemahan nilai tukar rupiah yang didukung oleh menguatnya dollar Amerika terhadap beberapa mata uang regional. Adanya sentimen eksternal yang membaik akan berdampak terhadap penurunan harga dimana imbal hasil dari surat utang global yang ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan. 

Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik pada level 2,085% dan imbal hasil US Treasury 30 tahun juga mengalami kenaikan di level 2,619%. Adapun imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama mengalami kenaikan di level -0,348% sedangkan imbal hasil Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun terlihat mengalami penurunan, di level 0,688%. Pergerakan imbal hasil surat utang global yang cenderung mengalami kenaikan tersebut kami perkirakan akan masih memberikan tekanan terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika. 

Rekomendasi
Dengan kondisi tersebut kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan melakukan strategi trading. Kami merekomendasikan beberapa seri Surat Utang Negara yang masih cukup menarik untuk diperdagangkan seperti FR0043, FR0063, FR0070, FR0056, FR0059, FR0071, FR0078 serta FR0058. 
 
Pemerintah meraup dana senilai Rp8,00 triliun dengan melaksanakan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada tanggal 23 Juli 2019 untuk seri SPNS10012020 (reopening), PBS014 (reopening), PBS019 (reopening), PBS021 (reopening), PBS022 (reopening) dan PBS015 (reopening).

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group