Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

24 Juni 2019

Fixed Income Notes 24 Juni 2019

Harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin, tanggal 21 Juni 2019 bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan beberapa sentimen eksternal.
 
Perubahan tingkat imbal hasil yang bervariasi pada perdagangan akhir pekan kemarin bergerak hingga sebesar 22 bps yang didorong oleh adanya pergerakan harga Surat Utang Negara yang mencapai 73 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami perubahan hingga sebesar 7 bps di tengah adanya perubahan harga yang mencapai 14 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami rata-rata penurunan sebesar 8 bps didorong oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 12 bps hingga 110 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (diatas 7 tahun) bergerak dengan kecenderungan mengalami penuruanan hingga sebesar 14 bps didorong oleh adanya kenaikan harga yang mencapai 145 bps. Adapun dari Surat Utang Negara seri acuan, kenaikan imbal hasil terjadi pada sebagian seri hingga 2 bps setelah mengalami penurunan harga yang mencapai 17 bps.

Pada perdagangan akhir pekan kemarin, hari Kamis, tanggal 21 Juni 2019, perubahan harga Surat Utang Negara bergerak dengan arah yang beragam dengan kecenderungan mengalami kenaikan yang terbatas ditengah nilai tukar Rupiah yang cenderung mengalami penguatan pada beberapa terakhir. Sementara itu, pada hari ini akan dirilis juga data neraca perdagangan Indonesia untuk periode Mei 2019. Dari beberapa sentimen tersebut, para pelaku pasar cenderung untuk menahan diri melakukan transaksi di pasar sekunder dan melakukan aksi wait and see yang tercermin dari turunnya volume peradagangan kemarin dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya. Selain itu, turunnya harga Surat Utang Negara pada perdagangan akhir pekan kemarin dipicu juga dari faktor meningkatnya harga komoditas minyak dunia. Kenaikan harga komoditas minyak akan meningkatkan biaya impor sehingga kebutuhan akan Dollar Amerika juga semakin tinggi yang pada akhirnya mengganggu pergerakan nilai tukar Rupiah dan juga pergerakan harga Obligasi Negara.

Imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika  menunjukkan kenaikan yang terjadi pada sebagian besar seri Surat Utang Negara. Imbal hasil dari INDO24 mengalami kenaikan sebesar 3,6 bps di level 2,973% didorong oleh adanya koreksi harga hingga 16,4 bps. Adapun imbal hasil dari INDO29 dan INDO44 pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami kenaikan di kisaran 3,6 bps hingga 5,4 bps yang masing-masing berada di level 3,372% dan 4,252% yang diakibatkan oleh penurunan harga masing-masing sebesar 47,3 bps dan 69 bps. Sedangkan untuk INDO49 mengalami juga ikut mengalami kenaikan imbal hasil di level 4,183%  yang berdampak setelah terjadinya penurunan harga sebesar 99 bps. 

Volume perdagangan Surat Berharga Negara pada perdagangan kemarin dilaporkan mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp20,10 triliun dari 46 seri Surat Berharga Negara dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp11,27 triliun. Surat Utang Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp5,40 triliun dari 143 transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0068 senilai Rp2,72 triliun dari 96 kali transaksi. Adapun Project Based Sukuk seri PBS016 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp630,00 miliar dari 11 kali transaksi diikuti perdagangan Surat Perdagangan Negara-Syariah seri SPNS01082019 senilai Rp340,00 miliar dari 2 kali transaksi.
 
Adapun volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan lebih kecil dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,75 triliun dari 68 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Sumberdaya Sewatama I Tahun 2012 Seri B (SSMM01B) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp294,00 miliar dari 2 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III PNM Tahap I Tahun 2019 Seri A (PNMP03ACN1) senilai Rp140,00 miliar dari 6 kali transaksi. Adapun volume dari Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap III Tahun 2018 Seri A(ADMF04ACN3) sebesar Rp114,00 miliar dari 2 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan Indonesia Eximbank I Tahap III Tahun 2019 Seri A (SMBEXI01ACN3) senilai Rp101,50 miliar dari 4 kali transaksi.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah ditutup menguat sebesar 29,00 pts (0,20%) di level 14158,00 per Dollar Amerika. Penguatan tersebut terjadi sepanjang sesi perdagangan pada akhir pekan lalu. Adapun pergerakan nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14088,00 hingga 14168,00 per Dollar Amerika. Penguatan nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin terjadi di tengah bervariasinya arah perubahan nilai tukar mata uang regional. Mata uang Baht Thailand (THB)  memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,21% diikuti oleh penguatan mata uang Rupiah Indonesia (IDR) dan Peso Filipina (PHP) masing-masing sebesar 0,20% dan 0,18%. Sedangkan mata uang Renminbi China (CNY) mengalami pelemahan mata uang regional terbesar, sebesar 0,34% yang diikuti oleh mata uang Yen Jepang (JPY) dan Won Korea Selatan (KRW) masing-masing sebesar 0,22% dan 0,17% terhadap Dollar Amerika.

Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan mengalami penurunan masing-masing di level 2,057% dan 2,584%. Penurunan imbal hasil tersebut terjadi ditengah pergerakan indeks saham utama yang  juga mengalami penuruanan sebesar 24 bps di level 8031,71 (NASDAQ) dan indeks DJIA sebesar 13 bps di level 26719,13. Adapun imbal hasil surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan di level 0,849%. Sementara itu, untuk imbal hasil surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 dan 30 tahun juga terlihat mengalami kenaikan, masing - masing berada di level –0,281% dan 0,301%.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak beragam dan berpotensi mengalami koreksi ditengah jelang diselenggarakannya lelang Sukuk Negara pada esok hari tanggal 25 Juni 2019. Selain itu, para pelaku pasar juga menantikan dirilisnya data neraca perdagangan Indonesia periode Mei 2019 pada hari ini. Kami menilai bahwa adanya beberapa sentimen diatas, para pelaku pasar cenderung untuk menahan diri melakukan transaksi di pasar sekunder dan melakukan aksi wait and see atas pergerakan harga yang terjadi.

Rekomendasi
Dari beberapa faktor tersebut maka kami perkirakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini akan cenderung mengalami koreksi. Kami masih menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan fokus kepada pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika serta melakukan strategi trading di tengah harga Surat Utang Negara yang masih bergerak berfluktuasi. Kami juga masih merekomendasikan seri - seri Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah sebagai pilihan di tengah kondisi pasar saat ini, yaitu seri: FR0053, FR0061, FR0063, FR0070, FR0056, FR0059, FR0064, FR0071 dan FR0073.
 
Pada sepekan kedepan terdapat tujuh surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp4,68 triliun.      

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group