Beranda

RESEARCH

Fixed Income Notes

28 Juni 2019

Fixed Income Notes 28 Juni 2019

Pada perdagangan kemarin, hari Kamis, tanggal 27 Juni 2019, tingkat imbal hasil Surat Utang Negara mengalami penurunan yang didorong oleh menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat adanya sentimen global dan domestik.
 
Perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 1 - 14 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 4 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 2 - 5 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 12 bps. Sedangkan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan  yang berkisar antara 1 bps hingga 7,5 bps yang didorong olah adanya kenaikan harga yang berkisar antara 1 bps hingga 40 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan hingga sebesar 14 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga yang berkisar antara 117 bps. 

Pada perdagangan kemarin, hari Kamis, tanggal 28 Juni 2019, harga Surat Utang Negara mengalami kenaikan yang didorong oleh menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Kenaikan harga Surat Utang Negara tersebut terjadi ditengah jelang dilaksanakannya pertemuan G20 di Osaka, Jepang. Adapun pertemuan antara Trump dan Xi Jinping pada G20 akan menjadi hal yang ditunggu oleh pelaku pasar karena menjadi momen penting yang dapat mempengaruhi jalannya pasar dan ekonomi global selama tengah tahun kedua 2019. Hanya saja, pengenaan tarif terhadap barang-barang China kami perkirakan akan terus berlanjut hingga menemui proses negosiasi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Sementara itu, dari sentimen domestik, jelang sidang Mahkamah Konstitusi terkait gugatan sengketa Pilpres 2019, para pelaku pasar cenderung melakukan aksi wait and see sebelum melakukan transaksi di pasar sekunder. Hal ini terindikasi pada volume pada perdagangan kemarin yang mengalami penurunan dari volume perdaganan sebelumnya. 

Secara keseluruhan, penurunan imbal hasil kemarin juga telah mendorong imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan turun sebesar 3 bps masing - masing pada tenor 5 tahun di level 6,862%, tenor 10 tahun di level 7,382%, dan tenor 15 tahun di level 7,711%. Adapun untuk tenor 20 tahun turun sebesar 2,2 bps di level 7,944%. 

Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya kembali ditutup dengan mengalami kenaikan ditengah kenaikan imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO24 ditutup mengalami kenaikan sebesar 1,5 bps yang berada di level 2,988% setelah mengalami penurunan harga sebesar 7 bps. Adapun INDO29 ditutup dengan kenaikan imbal hasil sebesar 4 bps di level 3,406% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 31,7 bps. Adapun imbal hasil dari INDO44 dan INDO49 juga ditutup naik sebesar 3 bps masing - masing di level 4,318% dan 4,203% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 62 bps dan 35,3 bps.

Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp11,65 miliar dari 40 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp4,88 triliun. Adapun Surat Berharga Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,64 triliun dari 82 kali transaksi di harga rata - rata 104,13% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0079 senilai Rp1,24 triliun dari 149 kali transaksi di harga rata - rata 103,31%. Adapun untuk volume perdagangan Surat Berharga Negara Syariah terbesar didapati pada Project Based Sukuk seri PBS016 sebesar Rp920,00 miliar untuk 7 kali transaksi dan diikuti oleh seri PBS014 dengan nilai sebesar Rp710,00 miliar sebesar 12 kali perdagangan. 
 
Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,63 triliun dari 60 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan IV Federal International Finance Tahap I Tahun 2019 Seri B (FIFA04BCN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp200 miliar dari 11 kali transaksi di harga rata - rata 100,01% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Adhi Karya Tahap II Tahun 2019 Seri A (ADHI02ACN2) senilai Rp161,00 miliar dari 3 kali transaksi di harga 100,00%. 

Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat sebesar 36,00 pts (0,25%) pada level 14142,00 per dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14142,00 hingga 14185,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut ditengah mata uang regional yang cenderung mengalami penguatan terhadap mata uang dollar Amerika. Mata uang Peso Filipina (PHP) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,45% yang diikuti oleh Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,25% dan Rupee India (INR) sebesar 0,13%. Sementara itu mata uang Won Korea Selatan (KRW) mengalami pelemahan terbesar terhadap mata uang regional sebesar 0,13% dan diikuti pelemahan mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,10% terhadap dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan berpeluang mengalami kenaikan dengan masih didukung oleh optimisnya para pelaku pasar ditengah disampaikannya hasil sidang Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak gugatan yang diajukan oleh tim hukum Prabowo dan Sandiaga Uno. Dengan demikian, pasangan Jokowi dan Ma’ruf Amin tetap terpilih sebagai pemenang pilpres 2019. Adanya kepastian politik di domestik akan menjadi katalis postif bagi pelaku pasar untuk menanamkan dananya di dalam negeri. Sementara itu pelaku pasar juga menantikan rilis data inflasi untuk periode Mei 2019 yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik pada awal bulan mendatang.  

Adapun kenaikan harga Surat Utang Negara juga akan didorong oleh faktor eksternal dimana imbal hasil dari US Treasury yang kembali mengalami kenaikan. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup naik pada level 2,015% dan untuk tenor 30 tahun juga ikut mengalami kenaikan di level 2,536%. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun juga mengalami penurunan, masing - masing di level –0,323% dan 0,822%. Pergerakan surat utang global yang mengalami penurunan kami perkirakan akan menjadi katalis positif pada perdagangan Surat Utang Negara hari ini dengan denominasi mata uang dollar. 

Rekomendasi 
Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan fokus pada pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika serta memanfaatkan momentum kenaikan harga untuk melakukan strategi trading. Adapun pada perdagangan hari ini pilihan terbaik terdapat pada seri FR0034, FR0053, FR0061, FR0043, FR0063, FR0070, FR0056, FR0059, FR0064, dan FR0071.
 
Pekan depan pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) pada hari Selasa, tanggal 2 Juli 2019 dengan seri SPN03191003 (New Issuance), SPN12200703 (New Issuance), FR0077 (Reopening), FR0078 (Reopening), FR0080 (New Issuance), FR0079 (Reopening), FR0076 (Reopening). 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group