Selama sepekan lalu pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami perlemahan sebesar +249.2 poin atau +4.23% ke level 5,944.1. Dalam jangka menengah, pola IHSG masih tertekan downtrend, kemungkinan akan berlanjut cenderung melemah. Jika IHSG mampu break pada resistance di level 5,950, kemungkinan IHSG akan melanjutkan pola uptrend dalam jangka pendek. Namun demikian, melihat data histories sejak awal 2017, faktor eksternal dominan mempengaruhi negatif bursa saham domestik, seperti ekspektasi suku bunga tinggi dan trade war. Dan faktor-faktor tersebut akan berlanjut menjadi pengaruh negatif pada pergerakan IHSG hingga akhir tahun. Kami perkirakan IHSG akan bergerak dalam range 5,650 - 5950.
Wall Street dalam sepekan bergerak menguat +563 atau +2.30% di level 25,019. Pelaku pasar nampaknya optimis menanti rilis laporan keuangan yang menimbulkan teralihnya kekhawatiran atas perang dagang Amerika Serikat dan China. Walaupun nampak Amerika Serikat mengancam akan menaikan tarif atas barang impor China sebesar US$200 miliar. China pun menanggapinya bahwa tidak meninginkan perang dagang namun China akan mengambil tindakan jika itu dirasa perlu. Rilis data ekonomi Amerika Serikat dimana Consumer Price Indeks meningkat lebih rendah dari perkiraan bulan Juni. IHK naik 0.1% dari bulan sebelumnya yang naik sebesar 0.2%.
Bursa Asia mayoritas mengalami penguatan, Salah satunya Nikkei yang di tutup menguat +25.1 point atau sebesar +1.79%. Nampaknya Bursa Asia menguat lantaran kekhawatiran atas perang dagang yang sedikit mereda. Harga Komoditas bergerak mixed pada pekan lalu. Harga Timah menguat sebesar +2.43% ke level +470. Harga minyak mengalami penurunan –2.8 point atau –3.78% . Penurunan juga terjadi pada harga CPO yang melemah sebesar –60 point atau –2.73% hal tersebut dikarenakan pemintaan yang menyusut dan terkena dampak dari perang dagang Amerika Serikat dan China.
