Selama sepekan lalu pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan sebesar –1.20 poin atau –7.60% ke level 5,872.8. Dalam jangka menengah, IHSG masih cenderung melemah. IHSG masih menguji resistance di level 5,950. Belum ada solid signal yang menunjukkan IHSG akan membentuk uptrend dalam jangka pendek. Hal tersebut masih tertekan oleh pelaku pasar yang masih underconfidence untuk investasi jangka panjang di dalam risk assets seiring dengan ekspektasi suku bunga global yang tinggi dan ketidakpastian pada international trade. Pada pekan ini, pelaku pasar harus mewaspadai dirilisnya montatary policy ECB yang kemungkinan besar akan menekan pergerakan USD/IDR, lalu pada akhirnya akan berpengaruh negatif terhadap bursa saham global dan domestik. Kami perkirakan IHSG akan bergerak dalam range 5,800- 5950.
Wall Street dalam sepekan bergerak menguat +38.7 atau +0.15% di level 25,058. Kenaikan Wallstreet terdorong oleh pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang menyatakan penguatan akan ekonomi AS dan langkah bank sentral dalam menaikan suku bunga secara bertahap. Optimisme didorong oleh laporan Federal Reserve yang menunjukan peningkatan produksi industri Amerika Serikat dengan reboundnya Manufaktur AS. Meski demikian Wallstreet pekan lalu naik tipis karena kekhawatiran perang dagang yang kembali timbul. Pasalnya komisi perdagangan Uni Eropa yang dikabarkan tengah mempersiapkan daftar tindakan balasan untuk menanggapi rencana tarif Amerika Serikat terhadap mobil Uni Eropa.
Bursa Asia pekan lalu di tutup mixed. Pelaku pasar cenderung berhati-hati ditengah kekhawatiran terhadap rencana tarif balasaan Uni Eropa akan barang-barang AS. Nikkei yang di tutup menguat +100.5 point atau sebesar +0.44%. Harga Komoditas bergerak mixed pada pekan lalu. Harga Cpo menguat sebesar +40 point atau +1.87%. Harga Nikel mengalami penurunan –445 point atau –3.18% .
