Beranda

RESEARCH

Company Update

08 November 2018

Fixed Income Notes 08 November 2018

  • Harga Surat Utang Negara kembali mengalami kenaikian di tengah berlanjutnya penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika serta masuknya aliran modal asing di Surat Berharga Negara. 
  • Perubahan harga yang terjadi mencapai 100 bps dimana perubahan harga yang cukup besar didapati pada tenor 5 tahun hingga 15 tahun yang berdampak terhadap perubahan tingkat imbal hasilnya hingga mencapai 21 bps. Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan hingga sebesar 50 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil yang berkisar antara 3 bps hingga 21 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan hingga sebesar 40 bps yang berdampak terhadap penurunan tingkat imbal hasil yang berkisar antara 3 bps hingga 11 bps. Sedangkan untuk tenor panjang, perubahan harga yang terjadi cenderung mengalami kenaikan berkisar antara 10 bps hingga 100 bps yang mendorong terjadinya hingga mencapai 13 bps meskipun beberapa seri Surat Utang Negara juga terlihat mengalami penurunan harga. Untuk seri acuan, keseluruhan seri mengalami kenaikan harga, dengan kenaikan harga yang cukup besar didapati pada tenor di atas 10 tahun. Harga seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami kenaikan sebesar 40 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 11 bps di level 7,853%. Sedangkan pada seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 15 tahun mengalami kenaikan harga masing - masing sebesar 50 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 9 bps untuk tenor 10 tahun di level 8,058% dan tenor 15 tahun sebesar 7 bps di level 8,385%. Adapun untuk tenor 20 tahun, kenaikan harga sebesar 65 bps mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 8 bps. Dengan adanya kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin, maka telah mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil rata - rata sebesar 9 bps dengan tingkat imbal hasil rata - rata sebesar 8,15%.
  • Kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin kembali didukung oleh menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika di tengah nilai tukar Dollar Amerika yang mengalami pelemahan terhadap mata uang utama dunia jelang disampaikannya hasil pemilu tengah waktu (midterm election) di Amerika Serikat. Kenaikan harga juga juga didukung oleh kembali masuknya investor asing untuk melakukan akumulasi pembelian Surat Berharga Negara dimana per tanggal 6 November 2018, investor asing mencatatkan pembelian bersih Surat Berharga Negara senilai Rp5,09 triliun di bulan November 2018 dan di sepanjang tahun 2018 tercatat akumulasi pembelian bersih senilai Rp33,26 triliun. Katalis positif yang mendukung kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin adalah adanya kenaikan angka cadangan devisa. Bank Indonesia menyampaikan bahwa pada bulan Oktober 2018 angka cadangan devisa mengalami peningkatan sebesar US$316 juta di posisi US$115,16 miliar. Peningkatan cadangan devisa pada Oktober 2018 terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa migas dan penarikan utang luar negeri (ULN) pemerintah yang lebih besar dari kebutuhan devisa untuk pembayaran ULN pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah. Hanya saja beberapa seri Surat Utang Negara mengalami penurunan harga dibandingkan dengan harga penutupan sebelumnya yang didorong oleh aksi ambil untung (profit taking) oleh investor setelah harga Surat Utang negara mengalami kenaikan harga yang cukup besar dalam beberapa hari perdagangan terakhir.
  • Di saat harga Surat Utang Negara dengan mata uang Rupiah mengalami kenaikan, harga SUrta Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pada perdagangan kemarin justru bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan seiring dengan kenaikan imbal hasil dari US Treasury. Harga dari INDO23 dan INDO28 mengalami penurunan terbatas, kurang dari 5 bps sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan tingkat imbal hasilnya hingga sebesar 1 bps masing - masing di level 4,342% dan 4,775%. Sementara itu penurunan harga yang lebih besar didapati pada INDO43, yaitu sebesar 25 bps yang mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil sebesar 2 bps di level 5,441%.
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp17,68 triliun dari 38 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan mencapai Rp4,65 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,49 triliun dari 140 kali transaksi di harga rata - rata 100,91% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp3,14 triliun dari 125 kali transaksi di harga rata - rata 100,49%. Adapun Project Based Sukuk seri PBS016 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp250,0 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 98,00% yang diikuti oleh perdagangan seri PBS019 senilai Rp120,0 miliar dari 11 kali transaksi di harga rata - rata 98,73%. 
  • Sementara itu dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp482,26 miliar dari 33 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap III Tahun 2018 Seri C (ADMF04CCN3) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp100,0 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 98,55% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Indofood Sukses Makmur VIII Tahun 2017 (INDF08) senilai Rp59,0 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 98,95%. 
  • Nilai tukar Rupiah kembali mengalami penguatan terhadap Dollar Amerika, ditutup pada level 14590,00 per Dollar Amerika dengan mengalami penguatan sebesar 214,00 pts (1,45%) dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Bergerak dengan mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14590,00 hingga 14805,00 per Dollar Amerika, penguatan nilai tukar Rupiah peda perdagangan kemarin didukung oleh faktor peningjatan angka cadangan devisa serta kembali meningkatnya akumulasi pembelian investor asing di pasar modal Indonesia, baik di pasar saham maupun surat utang di bulan November 2018. Nilai tukar Rupiah dalam dua hari berturut - turut memimpin penguatan mata uang regional terhadap Dollar Amerika seiring dengan pelemahan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Selain mata uang Rupiah, penguatan nilai tukar terhadap Dollar Amerika juga didapati pada Baht Thailand (THB) sebesar 0,53% dan diikuti oleh mata uang Dollar Singapura (SGD) sebesar 0,34%.
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan arah perubahan yang bervariasi seiring dengan beragamnya katalis yang ada di psaar surat utang global. Imbal hasil US Treasury pada perdagangan kemarin ditutup bervariasi setelah hasil dari pemilu tengah waktu (midterm election) menunjukkan bahwa parta Demokrat memenangi posisi di DPR sedangkan partai Republik masih menguasai Senat. Hal tersebut sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada kisaran 3,199% sementara itu untuk tenor 30 tahun mengalami kenaikan di level 3,403% begitu pula untuk tenor 2 tahun yang kembali ditutup naik di level 2,944%. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman ditutup dengan kenaikan di level 0,452% dan pada surat utang Inggris ditutup dengan posisi yang tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya, di level 1,353%. 
  • Secara teknikal, kenaikan harga yang terjadi dalam beberapa hari terakhir telah mendorong harga Surat Utang Negara pada area jenuh beli (overbought), dimana kondisi tersebut membuka peluang terjadinya koreksi harga. Sementara itu, adanya kenaikan harga yang masih mendorong harga Surat Utang negara berada pada tren kenaikan harga yang didapati pada keseluruhan tenor Surat Utang Negara. Berlanjutnya kenaikan harga akan merubahan tren perubahan harga dalam jangka menengah, dari tren konsolidasi menjadi tren kenaikan harga. 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara kembali berpeluang untuk mengalami kenaikan yang akan didukung oleh faktor pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Hanya saja kenaikan harga akan membuak peluang terjadinya aksi ambil untuk seiring dengan harga Surat Utang Negara yang telah memasuki area jenuh beli (overbought). Adapun dari faktor eksternal, pelaku pasar akan mencermati hasil dari Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Meeting) yang akan berakhir pada hari ini waktu setempat. Sementara itu dari faktor internal, data neraca pembayaran kuartal III tahun 2018 yang akan disampaikan oleh Bank Indonesia pada hari Jum'at, 9 November 2018 akan menjadi perhatian investor. Melebarnya defisit neraca berjalan akan membatasi penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.
  • Rekomendasi : Tren kenaikan harga yang terjadi dalam beberapa hari terakhir membuka peluang terjadinya aksi ambil untung oleh investor. Beberapa seri Surat Utang Negara yang telah memasuki area jenuh beli (overbought) berpeluang lebih besar untuk mengalami profit taking dibandingkan dengan seri lainnya yang baru berada pada area yang mendekati sinyal jenuh beli. Dengan kondisi tersebut kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan strategi trading memanfaatkan momentum kenaikan harga. Beberapa seri yang dapat dicermati adalah sebagai berikut : *SR008, SR009, FR0053, FR0061, FR0035, FR0043 dan FR0070.* Adapun peluang terjadinya profit taking didapati pada seri *FR0059, FR0064, FR0078, FR0065, FR0072 dan FR0075. 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat "idAAA" terhadap PT BCA Finance.

 

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group