Beranda

RESEARCH

Company Update

11 Desember 2018

Fixed Income Notes 11 Desember 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 10 Desember 2018 masih menunjukkan kenaikan seiring dengan kembali melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. 
  • Kenaikan imbal hasil yang terjadi hingga mencapai 22 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 10 bps. Dari sisi harga, kenaikan imbal hasil tersebut didorong oleh adanya koreksi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder yang mencapai 170 bps dimana penurunan harga yang cukup besar terjadi pada Surat Utang Negara dengan tenor di atas 10 tahun. Imbal hasil Surat Utang Negara bertenor pendek mengalami kenaikan hingga sebesar 15 bps didorong oleh adanya penurunan harga yang mencapai 40 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan yang berkisar antara 10 bps hingga 16 bps dengan adanya penurunan harga yang mencapai 70 bps. Sedangkan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami kenaikan hingga sebesar 22 bps setelah mengalami penurunan harga hingga sebesar 170 bps. Adapun pada Surat Utang Negara seri acuan, kenaikan imbal hasil yang terjadi mencapai 14 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga hingga mendekati 100 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami kenaikan sebesar 14 bps di level 8,06% dan imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan sebesar 7 bps di level 8,07%. Sedangkan untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun mengalami kenaikan sebesar 5 bps di level 8,193% dan untuk tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 11 bps di level 8,43%.
  • Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin masih didorong oleh faktor pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika seiring dengan menguatnya Dollar Amerika terhadap mata uang dunia di tengah kekhawatiran investor terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Selain itu, gejolak yang terjadi di pasar keuangan global seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar saham global mendorong meningkatnya persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan angka Credit Default Swap (CDS). Hal tersebut turut berdampak terhadap penurunan harga Surat Utang Negara ditengah investor asing yang tercatat melakukan penjualan Surat Berharga Negara di pasar sekunder. Berdasarkan data kepemilikan Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan, hingga tanggal 7 Desember 2018, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih Surat Berharga Negara di bulan Desember 2018 senilai Rp2,05 triliun dengan total kepemilikan di Surat Berharga Negara senilai Rp898,54 triliun.
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, perubahan tingkat imbal hasil cenderung terbatas dengan arah perubahan  yang cukup bervariasi di tengah beragamnya sentimen. Penurunan imbal hasil Surat Utang Negara didukung oleh penurunan imbal hasil US Treasur, hanya saja meningkatnya persepsi risiko menahan penurunan imbal hasil bahkan untuk beberapa seri justru mengalami kenaikan. Imbal hasil dari INDO23 dan INDO28 terlihat mengalami kenaikan kurang dari 1 bps masing - masing di level 4,268% dan 4,708%. Adapun imbal hasil INDO43 terlihat mengalami penurunan kurang dari 1 bps di level 5,311% begitu pula yang didapati pada imbal hasil INDO42 yang ditutup turun di level 5,352%.
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp9,20 triliun dari 41 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp2,96 triliun. Obligasi Negara seri FR0077       menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,409 triliun dari 63 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0063 senilai Rp1,380 triliun dari 13 kali transaksi. Sementara itu Surat Perbendaharaan Negara Syariah seri SPNS11012019 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp125,00 miliar dari 1 kali transaksi di harga 99,54% yang diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS006 senilai Rp50,00 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 101,37%. 
  • Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp400,45 miliar dari 33 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II FIF Tahap III Tahun 2016 Seri B (FIFA02BCN3) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp56,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,34% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap I Tahun 2018 Seri A (BEXI04ACN1) senilai Rp50,00 miliar dari 1 kali transaksi di harga 97,75%. Sementara itu Sukuk Ijarah Berkelanjutan II XL Axiata Tahap I Tahun 2018 Seri A (SIEXCL02ACN1) menjadi sukuk korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp9,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,29% yang diikuti oleh perdagangan  Sukuk Ijarah Indosat V Tahun 2012 (SIISAT05) senilai Rp4,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,42%.
  • Nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami pelemahan sebesar 73,0 pts (0,50%) pada level 14553,00 per Dollar Amerika setelah  bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14497,50 hingga 14553,00 per Dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar Rupiah terjadi di tengah mata uang regional yang mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika dimana mata uang Rupee India (INR) memimpin pelemahan mata uang regional sebesar 0,82% yang diikuti oleh Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,63% dan Yuan China (CNY) sebesar 0,57%. 
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan arah perubahan yang cukup bervariasi seiring dengan beragamnya katalis yaang ada di pasar surat utang global. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan kenaikan terbatas, masing - masing di level 2,863% dan 3,132% di tengah kekhawatiran investor terhadap perlambatan ekonomi global setelah data ekonomi dari beberapa negara yang tumbuh dibawah estimasi pelaku pasar. Sementara itu imbal hasil dari Surat Utang Inggris ditutup dengan penurunan di level 1,214% adapun surat utang Jerman ditutup dengan kenaikan di level 0,252%. Adapun imbal hasil surat utang Jepang kembali ditutup dengan penurunan di level 0,037%. 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berpotensi untuk mengalami penurunan ditengah potensi berlanjutnya pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Selain itu, penurunan harga juga didukung oleh indikator teknikal yang menunjukkan bahwa harga Surat Utang Negara bergerak pada tren penurunan harga. Minimnya data ekonomi domestik yang disampaikan pada pekan ini akan mendorong investro akan lebih fokus pada sentimen faktor eksternal, seperti pergerakan di pasar keuangan global maupun data ekonomi global yang akan disampaikan dalam sepekan kedepan.
  • Rekomendasi :Dengan masih adanya potensi penurunan harga, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang negara serta pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Adanya koreksi harga Surat Utang Negara yang terjadi dalam sepekan terakhir mendorong kenaikan imbal hasilnya sehingga cukup menarik untuk kembali diakumulasi terutama pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah seperti seri : FR0061, FR0043, FR0063, FR0070, FR0056 dan FR0059. Untuk tenor panjang, kami menyarankan untuk beberapa seri berikut ini untuk diakumulasi apabila kembali mengalami penurunan (Buy On Weakness), yaitu : FR0073, FR0054, FR0058, FR74 dan FR0068. 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menurunkan peringkat PT INKA Multi Solusi dari peringkat "idBBB+" menjadi peringkat "idBBB".

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group