Beranda

RESEARCH

Company Update

14 Februari 2019

Fixed Income Notes 14 Februari 2019

Pada perdagangan hari Rabu tanggal 13 Februari 2019, harga Surat Utang Negara bergerak dengan arah bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah nilai tukar Rupiah yang mengalami penguatan terhadap Dollar Amerika.

Perubahan harga Surat Utang Negara mencapai 83 bps dengan rata-rata  kenaikan sebesar 11 bps yang mendorong adanya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 9 bps. Sementara itu, untuk Surat Utang Negara seri acuan semua serinya mengalami kenaikan harga yang berkisar antara 5 bps hingga 41 bps yang mengakibatkan adanya penurunan tingkat imbal hasil hingga 4,3 bps. Adapun perubahan kenaikan harga terbesar didapati pada Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 20 tahun sebesar 41 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 4,3 dan dilanjutkan pada Surat Utang Negara bertenor 10 tahun yang ditutup dengan mengalami kenaikan harga sebesar 13 bps yang mengakibatkan turunya tingkat imbal hasil sebesar 2 bps. Sementara itu, untuk Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan harga sebesar 8 bps yang menyebabkan terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 1 bps. Selanjutnya, untuk Surat Utang Negara bertenor 5 tahun mengalami kenaikan harga sebesar 5 bps yang mendorong turunnya imbal hasil sebesar 1,1 bps.

Perubahan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin bergerak dengan arah bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan. Hal ini turut didukung oleh penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika ditengah suksesnya lelang Surat Utang Negara pada pekan ini. Adapun penguatan nilai tukar Rupiah ini disebabkan dari faktor eksternal dimana mata uang Dollar Amerika melemah terhadap beberapa mata uang dunia. Selain itu, pelaku pasar merespon positif pertemuan delegasi antara Amerika dan China yang diselenggarakan di Beijing pada hari ini dan besok tanggal 14-15 Februari 2019. Dari pertemuan tersebut, para pelaku pasar optimis terciptanya perdamaian dagang yang lebih cepat sebelum batas waktu yang ditelah disepakati antara Amerika dan China sebelumnya pada Maret 2019. Hal ini membuat para pelaku pasar lebih optimis untuk bermain di asset beresiko di negara berkembang, termasuk Indonesia, sehingga nantinya akan berdampak positif kepada nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.

Kenaikan harga terlihat pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika ditengah kenaikan tingkat imbal hasil US Treasury. Kenaikan harga didapati pada semua seri Surat Utang Negara berdonominasi mata uang Dollar Amerika. Adapun harga seri INDO24 mengalami kenaikan harga sebesar 23,6 bps yang mendorong perubahan imbal hasil sebesar 5 bps di level 3,833%. Adapun untuk seri INDO29 dan INDO44, keduanya mengalami perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 2 bps masing-masing berada pada level 4,163% dan 4,974% yang diakibatkan oleh peningkatan harga masing-masing sebesar 16,8 bps dan 34,20 bps.

Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp17,44 triliun dari 36 seri Surat Utang Negara yang ditransaksikan. Surat Utang Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,06 triliun dari 89 kali transaksi di harga rata - rata 102,63% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp2,32 triliun dari 61 kali transaksi di harga rata - rata 101,08%. Adapun untuk perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk seri PBS013 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp1,04 triliun dari 9 kali transaksi dan diiringi dengan volume Project Based Sukuk seri PBS014 sebesar Rp550,00 miliar untuk 6 kali transaksi.

Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan lebih besar daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,70 dari 46 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I XL Axiata Tahap II Tahun 2019 Seri B (EXCL01BCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp239,00 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 100,03% dan diikuti oleh Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry I Tahun 2018 Seri B (SMLPPI01B) senilai Rp220,00 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,10%.  

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin hari Rabu, tanggal 13 Februari 2019 mengalami penguatan sebesar 11 pts (0,08%) di level 14058,00 per Dollar Amerika. Pergerakan nilai tukar Rupiah mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14014,00 hingga 14058,00 per Dollar Amerika. Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami penguatan seiring dengan pergerakan nilai tukar mata uang regional yang bergerak bervariatif terhadap mata uang Dollar Amerika. Adapun mata uang Ringgit Malaysia (MYR) mengalami penguatan tertinggi sebesar 0,25% diiringi dengan mata uang Won Korea Selatan (KRW) yang juga mengalami penguatan sebesar 0,19%. Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,20% kemudian diikuti dengan nilai tukar mata uang Rupee India (INR) yang mengalami koreksi sebesar 0,14%. Selanjutnya, mata uang yang mengalami pelemahan yaitu mata uang Peso Filipina (PHP) sebesar 0,06% terhadap Dollar Amerika. 

Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami penguatan sebesar 54 bps pada level 2,70%. Hal ini seiring dengan yang terjadi pada US Treasury bertenor 30 tahun yang mengalami penguatan sebesar 21 bps sehingga berada pada level 3,03%. Penguatan imbal hasil US Treasury ini terjadi ditengah kondisi pasar saham Amerika yang ditutup dengan mengalami penguatan, dimana indeks NASDAQ ditutup menguat terbatas sebesar 8 bps sehingga berada pada level 7420,38 sejalan dengan indeks DJIA yang juga mengalami penguatan sebesar 46 bps sehingga berada pada level 25543,27. Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun dan tenor 30 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan masing-masing di level 1,185% dan 1,692%. Adapun untuk obligasi Jerman (Bund) bertenor 10 tahun dan 30 tahun juga ikut mengalami kenaikan terbatas masing-masing di level 0,124% dan 0,746%.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak bervariasi dengan masih berpeluang untuk mengalami kenaikan yang didorong oleh penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Penguatan Rupiah ini terjadi akibat optimisnya para pelaku pasar terhadap pertemuan delegasi antara Amerika dan China yang berlangsung di Beijing pada hari ini dan besok. Hubungan semakin membaik ketika Presiden Amerika mempertimbangkan untuk memperpanjang masa batas waktu perjanjian dagang yang sebelumnya ditetapkan pada Maret 2019. Disamping itu, pada pertemuan delegasi hari ini Presiden China Xi Jinping juga dijadwalkan untuk berkunjung ke arena dialog dagang sehingga menambah optimis para pelaku pasar akan terciptanya damai dagang kedua negara tersebut. 

Rekomendasi Dengan kondisi tersebut maka peluang untuk mendapatkan capital gain akan didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor di bawah 10 tahun, sehingga kami menyarankan kepada investor untuk menerapkan strategi trading di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan. Adapun seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0069, FR0053, FR0061, FR0063 dan FR0070.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group