Beranda

RESEARCH

Company Update

19 Oktober 2018

Fixed Income Notes 19 Oktober 2018

  • Harga Surat Utang Negara pada perdagangan di hari Kamis, 18 Oktober 2018 bergerak bervariasi dengan kecenderungan masih menunjukkan kenaikan seiring dengan cukup beragamnya katalis yanga ada di pasar surat utang.
  • Perubahan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 5 - 135 bps dengan perubahan harga yang cukup besar masih didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor 5 - 20 tahun. Harga dari Surat Utang Negara dengan tenor pendek relatif tidak banyak mengalami perubahan, kurang dari 10 bps sehingga perubahan imbal hasil yang terjadi kurang dari 1 bps. Sementara itu harga Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami perubahan hingga sebesar 80 bps sehingga mendorong adanya perubahan tingkat imbal hasilnya hingga sebesar 19 bps. Adapun harga dari Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami perubahan hingga sebesar 135 bps yang mendorong terjadinya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 18 bps. Kenaikan harga dari Surat Utang Negara dengan tenor 10 tahun, 15 tahun dan 20 tahun pada perdagangan kemarin masing - masing sebesar 50 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasilnya sebesar 9 bps untuk tenor 10 tahun di level 8,543% dan sebesar 6 bps masing - masing untuk tenor 15 tahun dan 20 tahun di level 8,772% dan 8,963%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 5 tahun tidak banyak mengalami perubahan harga sehingga tingkat imbal hasilnya masih berada pada level 8,365%.
  • Arah pergerakan harga Surat Utang Negara yang cukup bervariasi pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh beragmanya katalis yang ada di pasar surat utang dari faktor internal maupun eksternal. Dari faktor internal, katalis positif di pasar Surat Utang Negara berasal dari pernyataan Menteri Keuangan yang menyatakan bahwa defisit APBN 2018 diperkirakan akan berada di bawah level 2,0% dimana pada penyusunan APBN 2018, defisit APBN diasumsikan sebesar 2,19%. Estimasi penurunan defisit APBN tersebut didukung oleh penerimaan pendapatan negara yang melebihi estimasi di tengah kenaikan harga komoditas minyak dan batubara. Sementara itu faktor eksternal, notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes) menunjukkan bahwa Bank Sentral Amerika masih akan melanjutkan kebijakan untuk menaikkan suku bunga acuannya, dimana hal tersebut mendorong kenaikan imbal hasil US Treasury dan penguatan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Dampak dari faktor eksternal tersebut mendorong beberapa seri Surat Utang Negara justru terlihat mengalami penurunan, setelah mengalami kenaikan harga yang cukup besar pada perdagangan sebelumnya. Beragamnya katalis tersebut turut berdampak terhadap penurunan volume perdagangan, mengindikasikan bahwa pelaku pasar yang masih berhati - hati dalam melakukan transaksi di pasar sekunder.
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, pergerakan harganya justru terlihat mengalami penurunan di tengah kenaikan imbal hasil US Treasury merespon data yang disampaikan pada FOMC Minutes, dimana harga pada tenor panjang mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan yang didapati pada tenor pendek. Harga INDO28 dan INDO43 mengalami penurunan masing - masing sebesar 20 bps yang mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil sebesar 3 bps untuk INDO28 di level 4,713% dan kenaikan imbal hasil sebesar 2 bps untuk INDO43 di level 5,315%. Adapun penurunan harga yang terjadi pada INDO23 relatif terbatas, kuran dari 5 bps sehingga tingkat imbal hasilnya tidak banyak mengalami perubahan di level 4,261%.
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp8,92 triliun dari 40 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dimana volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp3,19 triliun. Project Based Sukuk seri PBS013 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp155,75 miliar dari 11 kali transaksi di harga rata - rata 99,64% dan diikuti oleh perdagangan Sukuk Negara Ritel seri SR009 senilai Rp92,97 miliar dari 18 kali transaksi di harga rata - rata 99,05%. Adapun Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,77 triliun dari 14 kali transaksi di harga rata - rata 89,58% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp1,21 triliun dari 35 kali transaksi di harga rata - rata 98,40%.
  • Sementara itu volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp1,23 triliun dari 36 seri surat utang yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap III Tahun 2018 Seri A (ADMF04ACN3) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp201,0 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 99,40% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi II Bussan Auto Finance Tahun 2018 Seri A (BAFI02A) senilai Rp160,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 98,94%.
  •  
  • Seiring dengan penguatan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang regional, mata uang Rupiah pada perdagangan kemarin ditutup melemah, sebesar 44,50 pts (0,29%) di level 15194,50 per Dollar Amerika. Bergerak melemah sepanjang sesi perdagangan di kisaran 15187,50 hingga 15195,00 per Dollar Amerika, pelemahan nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin seiring dengan pergerakan mata uang regional yang sebagain besar juga mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika. Pelemahan terbesar didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,76% yang diikuti oleh mata uang Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,41%. Adapun mata uang Yen Jepang (JPY) terlihat mengalami penguatan terbatas, sebesar 0,15% dan Dollar Singapura (SGD) sebesar 0,04%. 
  • Imbal hasil surat utang global bergerak berfluktuasi dengan arah perubahan yang cukup bervariasi merespon beberapa data dan kondisi di pasar keuangan global. Imbal hasil US Treasury sempat mengalami kenaikan di awal perdagangan seiring dengan rencana Bank Sentral Amerika untuk melanjutkan kebijakan menaikkan suku bunga acuan yang tercermin dari FOMC Minutes. Namun demikian, pada akhir sesi perdagangan, imbal hasil US Treasury justru mengalami penurunan di level 3,173% untuk tenor 10 tahun dan di level 3,358% untuk tenor 30 tahun di tengah koreksi yang terjadi di pasar saham mendorong investor untuk menempatkan dananya pada aset yang lebih aman. Imbal hasil dari surat utang Jerman dan Inggris juga terlihat mengalami penurunan masing - masing di level 0,408% dan 1,541%. Adapun imbal hasil surat utang Singapura dan Thailand terlihat mengalami kenaikan, masing - masing di level 2,595% dan 2,790%. 
  • Dengan adanya kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin, indiaktor teknikal mulai menunjukkan adanya sinyal perubahan arah tren pergerakan harga dari tren penurunan harga menjadi tren kenaikan harga dalam jangka pendek. Hanya saja, dalam jangka panjang, belum terlihat perubahan tren pergerakan harga, yaitu masih menunjukkan tren penurunan harga. 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak bervariasi dengan kecenderungan kembali mengalami kenaikan seiring dengan penurunan imbal hasil surat utang global. Hanya saja, kami masih melihat bahwa kenaikan harga yang terjadi masih akan dibatasi oleh faktor potensi berlanjutnya pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika seiring dengan menguatnya mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang  utama dunia. Selain itu, kenaikan harga juga akan dibatasi oleh faktor rencana lelang penjualan Surat Utang Negara pada pekan depan, dimana menjelang lelang harga Surat Utang Negara cenderung beregrak terbatas dan berpeluang mengalami penurunan. Faktor meningkatnya persepsi risiko juga akan turut mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini di tengah koreksi yang terjadi pada pasar saham global. 
  • Rekomendasi :Dengan kondisi pasar Surat Utang Negara yang masih bergerak berfluktuasi, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harganya di pasar sekunder dan juga cermati pergerakan nilai tukar Rupiah. berlanjutnya pelemahan nilai tukar Rupiah akan menjadi katalis negatif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami masih merekomendasikan Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah guna mengantisipasi gejolak yang terjadi di pasar surat utang. Beberapa pilihan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : *ORI013, ORI014, SR008, SR009, FR0069, FR0036, FR0034, FR0053, FR0061, FR0043, FR0046, FR0070, FR0044, FR0040, FR0056 dan FR0042. *
  • Pemerintah melakukan penerbitan Surat Utang Negara senilai Rp515 miliar dari lelang pembelian kembali Surat Utang Negara dengan cara penukaran (Debt Switch) dengan mekanisme Many To Many pada tanggal 18 Oktober 2018.
  • Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN03190124 (New Issuance), SPN12190704 (Reopening), FR0077 (Reopening), FR0078 (Reopening), FR0065 (Reopening),  FR0075 (Reopening) dan FR0076 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 23 Oktober 2018.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group