Beranda

RESEARCH

Company Update

24 Oktober 2018

Fixed Income Notes 24 Oktober 2018

  • Harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 23 Oktober 2018 bergerak terbatas dengan arah perubahan yang bervariasi ditengah beragamnya sentimen dari dalam dan luar negeri.
  • Perubahan harga yang terjadi berkisar antara 2 bps hingga 45 bps dimana harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah menunjukkan adanya kenaikan harga, sementara itu pada tenor panjang cenderung mengalami penurunan harga. Harga dari Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan hingga sebesar 15 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil yang berkisar antara 4 bps hingga 6 bps. Adapun harga Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan harga yang berkisar antara 5 bps hingga 15 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil hingga sebesar 3 bps. Adapun harga dari Surat Utang Negara dengan tenor panjang, ditutup dengan arah penutupan yang bervariasi, mengalami perubahan hingga sebesar 45 bps yang mendorong terjadinya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 5 bps. Terbatasnya perubahan harga pada perdagangan kemarin juga didapati pada Surat Utang Negara seri acuan, dimana hal tersebut turut berdampak terhadap terbatasnya perubahan tingkat imbal hasilnya. Imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor 5 tahun mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 8,410%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 10 tahun tingkat imbal hasilnya tidak banyak mengalami perubahan di level 8,597%. Sementara itu untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun terlihat mengalami kenaikan imbal hasil masing - masing sebesar 4 bps dan 3 bps di level 8,839% dan 9,020%.
  • Bervariasinya arah perubahan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam dan luar  negeri. Dari dalam negeri, pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara membatasi pergerakan harga Surat Utang Negara dimana pelaku pasar mencermati hasil dari pelaksanaan lelang tersebut. Selain itu, pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh kembali melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, dimana pada awal perdagangan dibuka melemah pada level 15196,50 per Dollar Amerika. Hal tersebut mendorong terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara, terutama pada tenor panjang. Hasil positif dari lelang penjualan Surat Utang Negara yang tercermin pada tingginya jumlah penawaran yang cukup besar, yaitu senilai Rp47,55 triliun, mengalami kenaikan dibandingkan penawaran lelang sebelumnya yang senilai Rp41,35 triliun mendorong terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara terutama pada tenor pendek dan menengah. Namun demikian, kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin dibatasi oleh faktor eksternal yaitu meningkatnya persepsi risiko global seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar saham global. Adapun dari hasil pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan tidak banyak berdampak terhadap pergerakan harga Surat Utang negara dikarenakan keputusan tersebut masih sesuai dengan perkiraan pelaku pasar.
  • Pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang berakhir kemarin, memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%. Keputusan tersebut konsisten dengan upaya untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas aman dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik sehingga dapat semakin memperkuat ketahanan eksternal Indonesia di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. Bank Indonesia juga terus menempuh strategi operasi moneter yang diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas baik di pasar Rupiah maupun pasar valas serta secara efektif memberlakukan transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) mulai 1 November 2018. Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memperkuat ketahanan eksternal, termasuk untuk mendorong ekspor dan menurunkan impor sehingga defisit transaksi berjalan dapat menurun dengan prakiraan kisaran 2,5% PDB pada 2019.
  • Harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pada perdagangan kemarin kembali ditutup dengan mengalami penurunan di tengah meningkatnya persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan angka Credit Default Swap (CDS). Harga dari INDO23 mengalami penurunan sebesar 10 bps sehingga mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil sebesar 2 bps di level 4,340%. Adapun harga dari INDO28 mengalami penurunan sebesar 25 bps yang menyebabkan kenaikan imbal hasilnya sebesar 4 bps di level 4,824%. Sedangkan koreksi harga sebesar 35 bps yang terjadi pada INDO42 mendorong terjadinya kenaikan imbal hasilnya sebesar 3 bps di level 5,493%.
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin menunjukkan adanya kenaikan seiring dengan adanya pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara, yaitu senilai Rp14,67 triliun dari 35 seri Surat Berharga Negara yang ditransaksikan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp3,69 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp4,52 triliun dari 65 kali trannsaksi di harga rata - rata 96,92% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp4,45 triliun dari 97 kali transaksi di harga rata - rata 98,04%. Adapun Project Based Sukuk seri PBS016 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp95,0 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 97,51% dan diikuti oleh perdagangan seri PBS012 senilai Rp45,0 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 97,43%. 
  • Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp858,23 miliar dari 58 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Maybank Finance Tahap IV Tahun 2017 Seri A (BIIF01ACN4) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp65,0 miliar dari 1 kali transaksi di harga 98,40% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap III Tahun 2018 Seri C (ADMF04CCN3) senilai Rp60,0 miliar dari 1 kali transaksi di harga 100,07%. 
  • Pergerakan nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin ditutup melemah terbatas sebesar 4,5 pts (0,03%) di level 15191,50 per Dollar Amerika. Bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 15190,00 hingga 15212,50 per Dollar Amerika, pelemahan nilai tukar Rupiah terjadi seiring dengan pergerakan mata uang regional yang cenderung mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika. Mata uang Won korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional, dengan mengalami pelemahan sebesar 0,79% yang diikuti oleh mata uang Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,19% dan Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,09%. Adapun mata uang regional yang mengalami penguatan pada perdagangan kemarin adalah Yen Jepang (JPY) sebesar 0,46% dan Yuang China (CNY) sebesar 0,16%. 
  • Imbal hasil surat uang global pada perdagangan kemarin ditutup dengan kecenderungan mengalami penurunan terutama pada surat utang dari negara - negara maju yang dianggap sebagai safe haven asset di tengah koreksi yang terjadi di pasar saham global. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan penurunan masing - masing di level 3,162% dan 3,363%. Imbal hasil dari surat utang Jerman dan Inggris juga ditutup dengan mengalami penurunan di level 0,422% dan 1,478%. Penurunan imbal hasil juga didapati pada surat utang India dan Jepang, masing - masing di level 7,884% dan 0,145%.
  • Seiring dengan terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara, secara teknikal harga Surat Utang Negara bergerak pada area konsolidasi. Hal tersebut dalam jangka pendek akan berdampak terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara yang akan bergerak mendatar (sideways). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak terbatas dengan arah perubahan yang bervariasi. Investor saat ini masih akan menantikan pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa dimana hal yang dicermnati oleh investor adalah rencana kebijakan moneter yang akan dilakukan di masa mendatang. Pergerakan harga Surat Utang Negara pada hari ini juga akan dipengaruhi oleh faktor pergerakan nilai tukar Rupiah serta meningkatnya persepsi risiko yang timbul di pasar keuangan akibat dari koreksi yang terjadi di pasar saham global.
  • Rekomendasi : Seiring dengan pergerakan harga Surat Utang Negara yang masih terbatas, maka kami menyarankan kepada investor untuk memanfaatkan momentum koreksi harga guna melakukan akumulasi pembelian secara bertahap dengan fokus pada tenor pendek dan menengah. Beberapa seri yang masih kami rekomendasikan adalah sebagai berikut : *ORI013, ORI014, SR008, SR009, FR0069, FR0053, FR0061, FR0063, FR0070, FR0077, FR0056, FR0042, FR0073, FR0054 dan FR0058. 
  • Pemerintah meraup dana senilai Rp20,0 triliun dari lelang penjualan Surat Utang Negara seri SPN03190124 (New Issuance), SPN12190704 (Reopening), FR0077 (Reopening), FR0078 (Reopening), FR0065 (Reopening),  FR0075 (Reopening) dan FR0076 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 23 Oktober 2018.
  •  

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group