Selama sepekan lalu pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami perlemahan sebesar –22.57 poin atau –0.39% ke level 5,799.24. Pilkada serentak nampaknya tidak berdampak langsung pada IHSG pekan lalu, IHSG masih tertekan seiring dengan sentimen perlemahan rupiah, ditambah dengan kenaikan CDS tenor 5 tahun ke level 144,925. Setelah break support sejak Sep15 dan membentuk pola exhaustion gap, pola IHSG terus tertekan downtrend dalam jangka menengah. Pola IHSG akan menguji support terdekat di level 5,663-5,635. Jika break pada level support tersebut, maka pola IHSG akan melanjutkan pelemahan. Kami perkirakan IHSG akan bergerak dalam range 5,631 - 5,803.
Wall Street dalam sepekan bergerak melemah –190.7 atau –0.78% di level 24.271. Perlemahan Wallstreet masih seputar perang dagang antara Amerika Serikat dengan sejumlah mitra dagangnya. Kekhawatiran pelaku pasar juga didorong dengan pembatasan invesatasi khusus untuk China, dimana Departement Keuangan Amerika Serikat menyusun pembatasan yang melarang perusahaan dengan setidaknya 25% kepemilikaan China untuk berinvestasi di perusahaan teknologi Ameriaka Serikat. Walupun Wallstreet mampu menguat dikarenakan lonjakan harga minyak namun pelaku pasar merasakan khawatir bahwa hal tersebut mungkin memiliki efek negatif pada sektor lain.
Bursa Asia mengalami perlemahan terjadi akan kekhawatiran perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Pelaku pasarpun masih khawatir bahwa Trump akan mengambil sikap yang lebih agresif. Harga minyak menguat setelah Amerika Petroleum Institute melaporkan stok minyak mentah Amerika Serikat turun sebesar 9.23 juta barel. Penurunan terbesar cadangan minyak mentah terjadi sejak September 2016. Sementara itu, pemadaman kilang di Kanada, ketegangan di Libya, dan tekanan Amerika Serikat terhadap sekutunya untuk menutup impor minyak mentah iran mendorong harga lebih tinggi.
