Secara week-on-week, IHSG menguat 0.7% ke 6,169 di tengah bursa saham emerging market economies khususnya Asia bergerak variatif. Penguatan pada IHSG didorong oleh penguatan pada sektor: aneka industri (+2.0%); pertanian (+2.0%); dan pertambangan (+1.5%). Investor portofolio asing membukukan net sell dalam sepekan IDR -2.3 triliun. Secara technical analysis, stochastic indicator telah menunjukkan overbought, mengindikasikan kekhawatiran profit taking. Investor portofolio wait and see FOMC meeting 18-19 Des dan balance of trade Nov Indonesia. Jika melemah, IHSG akan menguji 6154-6118-6078 sebagai support level terkuat. Kami perkirakan IHSG akan bergerak dalam range 6,078-6,215.
Wall Street dalam sepekan bergerak melemah sebesar –288 point atau –1.18 persen di level 24,100. Investor portofolio masih menghadapi uncertainty risk yang relatif tinggi. Perselisihan dagang antara US-China, ketidakpastian pada Brexit, ketegangan politik US, The Fed yang cenderung hawkish, dan BoE menghentikan quantitative easing (QE). Dalam sepekan, Dow berlanjut melemah -1.2%, lebih rendah dibandingkan pelemahan pada pekan sebelumnya (-4.5%). Di samping itu, investor portofolio semakin underconfidence seiring dengan kekhawatiran resesi pada siklus ekonomi US dalam jangka menengah. Terefleksi, inverted yield curve―tingkat bunga dimana instrumen utang jangka panjang memiliki hasil yang lebih rendah daripada instrumen utang jangka pendek dengan kualitas kredit yang sama dan dianggap sebagai prediktor resesi ekonomi―pada Treasury US untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade.
Bursa Asia bergerak mixed pada pekan lalu. Bursa Jepang mengalami pelemahan seiring dengan keluarnya data revisi pertumbuhan Jepang ekonomi kuarta III menjadi –2.5% YoY, tidak sesuai estimasi. Ekonomi Jepang tertekan oleh kenaikan pajak. Penguatan terjadi pada harga Cpo sebesar +2.34% atau meningkat +42 point. Perlemah terjadi pada harga Oil sebesar –2.68 persen atau melemah –1.4 point.
