Beranda

RESEARCH

Company Update

02 Mei 2019

Fixed Income Notes 02 Mei 2019

Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 30 April 2019 kembali ditutup mengalami kenaikan di tengah pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika serta jelang dirilisnya beberapa data ekonomi domestik dan eksternal pada akhir pekan ini.

Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 13 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor diatas 7 tahun. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (diatas 7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 12 bps didorong oleh adanya rata-rata koreksi harga sebesar 23 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan berkisar antara 2 - 8 bps dengan didorong olah adanya koreksi harga berkisar antara 10 - 48 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1 - 4 tahun) juga ditutup dengan kenaikan berkisar antara 3 - 10 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 30 bps.

Koreksi harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin turut dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar rupiah yang cukup besar serta hasil lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang tidak cukup baik dengan penawaran yang masuk hanya sebesar Rp13,26 triliun. Dari target indikatif pada lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang diselenggarakan pada hari Selasa, tanggal 30 April 2019 sebesar Rp6,00 triliun, pemerintah hanya berhasil meraup dana sebesar Rp5,07 triliun. Adapun pelaku pasar tidak begitu konfiden dalam melakukan pembelian pada perdagangan kemarin dikarenakan pelaku pasar masih cenderung menunggu rilis data perekonomian domestik dan beberapa data eksternal pada akhir pekan ini. Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang terjadi pada perdagangan kemarin menembus level psikologis di level 14259 yang terkoreksi beruntun sejak 7 hari terakhir. Disamping itu, Foreign Direct Investmnent (FDI) pada 1Q19 juga turun sebesar Rp107,9 triliun. 

Sehingga secara keseluruhan, kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin. Imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan pada perdagangan kemarin ditutup mengalami kenaikan dengan rata-rata perubahan imbal hasil sebesar 4 bps masing - masing di level 7,269% untuk tenor 5 tahun, di level 7,801% untuk tenor 10 tahun, dilevel 8,243% untuk tenor 15 tahun, serta untuk tenor 20 tahun di level 8,344%.

Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya ditutup dengan mengalami pergerakan yang bervariasi pada keseluruhan seri yang terjadi ditengah penurunan tingkat imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO24 dan INDO29 mengalami penurunan sebesar 1-2 bps masing - masing di level 3,362% dan 3,850% setelah mengalami kenaikan harga yang berkisar antara 0,5 - 1,5 bps. Sedangkan INDO44 dan INDO49 mengalami kenaikan imbal hasil sekitar 1 bps dimana masing-masing berada di level 4,699% dan 4,614% setelah berdampak terhadap koreksi harga sebesar 12 bps dan 17 bps.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin meningkat dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya, senilai Rp15,45 triliun dari 45 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp7,44 triliun. Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,83 triliun dari 60 kali transaksi di harga rata - rata 103,69% dan diikuti oleh Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp2,03 triliun dari 79 kali transaksi di harga rata - rata 103,35%. Adapun untuk Surat Berharga Syariah Negara dengan volume tertinggi didapati pada Project Based Sukuk seri PBS014 sebesar Rp800,30 miliar untuk 17 kali transaksi dan diikuti oleh seri PBS013 sebesar Rp606,00 dari 7 kali perdagangan.

Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,29 triliun dari 63 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance Tahap V Tahun 2019 Seri B (FIFA03BCN5) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp335,00 miliar dari 19 kali transaksi di harga rata - rata 100,38% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap II Tahun 2018 Seri A (WSKT03ACN2) senilai Rp120,20 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 97,17%. Adapun untuk perdagangan  Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap III Tahun 2018 Seri D (BEXI04DCN3) tercatat volume perdagangan sebesar Rp101,80 dari 2 kali transaksi di harga 104,50% dan untuk volume perdagangan Obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank Bukopin Tahap II Tahun 2017 (BBKP02SBCN2) sebesar Rp74,00 miliar dari 13 kali transaksi di harga 97,99%.  

Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah sebesar 50,00 pts (0,35%) pada level 14259,00 per dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 14193,00 hingga 14265,00 per dollar Amerika dengan kecenderungan mengalami penguatan pada awal sesi perdagangan dan kemudian mengalami pelemahan hingga akhir sesi perdagangan. Pelemahan mata uang Rupiah tersebut terjadi di tengah beragamnya arah pergerakan mata uang regional. Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional yaitu mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,54% dan diikuti oleh mata uang Peso Filipina (PHP) sebesar 0,38% dan mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,29%. Sedangkan untuk mata uang yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,82% yang diiringi dengan mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,35% dan mata uang Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,03% terhadap mata uang Dollar Amerika.

Perubahan harga surat utang global pada perdagangan hari Selasa, mendorong terjadinya penurunan imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun di level 2,502% dan untuk tenor 30 tahun di level 2,908%. Sementara itu, imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) keduanya juga mengalami penurunan masing - masing di level 0,013% dan 1,149% untuk tenor 10 tahun. Adapun untuk tenor 30 tahun untuk surat utang Jerman (Bund) mengalami kenaikan di level 0,658% sedangkan untuk surat utang Inggris (Gilt) mengalami penurunan di level 1,663%. 

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak bervariasi dengan masih berpeluang untuk mengalami penurunan yang didorong oleh perubahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika akibat para pelaku pasar yang cenderung wait and see terhadap beberapa sentimen domestik dan global. 

Rekomendasi

Dengan kondisi tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Kami merekomendasikan kepada investor untuk melakukan strategi trading di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung bergerak berfluktuasi dengan fokus kepada pergerakan nilai tukar Rupiah. Adapun seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0031, FR0053, FR0061, FR0063, FR0056, FR0059, dan FR0074.

Pemerintah meraup dana senilai Rp5,07 triliun melaksanakan lelang Surat Berharga Syariah Negara pada tanggal 30 April 2019 untuk seri SPNS01112019 (new issuance), PBS014 (reopening) PBS019 (reopening), PBS021 (reopening), PBS022 (reopening), PBS015 (reopening). 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group