Beranda

RESEARCH

Company Update

03 Oktober 2018

Fixed Income Notes 03 Oktober 2018

  • Penguatan mata uang Dollar Amerika dorong kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 2 Oktober 2018.
  • Perubahan tingkat imbal hasil 1 - 21 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 8 bps dimana kenaikan imbal hasil pada tenor menengah dan panjang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan yang didapati pada tenor pendek. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek terlihat mengalami kenaikan hingga sebesar 6 bps dengan adanya koreksi harga yang terjadi hingga sebesar 25 bps. Sedangkan imbal hasil dari Surat Utang negara dengan tenor menengah terlihat mengalami kenaikan hingga sebesar 11 bps setelah megalami adanya penurunan harga yang berkisar antara 20 bps hingga 50 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami kenaikan yang berkisar antara 2 bps hingga 21 bps setelah mengalami penurunan harga hingga sebesar 150 bps.
  • Sempat mengalami penurunan tingkat imbal hasil di awal perdagangan, kenaikan imbal hasil yang terjadi pada sebagian besar seri Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin didorong oleh faktor penguatan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia, termasuk terhadap mata uang Rupiah. Melemahnya nilai tukar Rupiah hingga mencapai level terendahnya dalam 20 tahun terakhir mendorong investor melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder yang berdampak terhadap kenaikan imbal hasilnya. Sementara itu dari hasil pelaksanaan lelang penjualan Sukuk Negara, pemerintah meraup dana senilai Rp5,10 triliun.
  • Secara keseluruhan, kenaikan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin juga didapati pada Surat Utang Negara seri acuan, dimana untuk acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun masing - masing mengalami kenaikan 14 bps di level 7,916% dan 8,100%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun terlihat mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 8 bps di level 8,276%. Sementara itu kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 18 bps didapati pada seri acuan dengan tenor 20 tahun di level 8,623%. 
  • Kenaikan imbal hasil juga didapati pada Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika dimana kenaikan imbal hasil terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara. Kenaikan imbal hasil tersebut dipangaruhi oleh faktor kenaikan imbal hasil dari US Treasury pada penutupan perdagangan di hari Senin serta kembali naiknya persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan angka Credit Default Swap (CDS).Imbal hasil dari INDO23 mengalami kenaikan sebesar 2 bps di level 4,075% dan imbal hasil dari INDO28 mengalami kenaikan sebesar 5 bps di level 4,453% setelah mengalami penurunan harga sebesar 35 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO43 mengalami kenaikan sebesar 4 bps di level 5,066% setelah mengalami koreksi harga sebesar 50 bps.
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp10,27 triliun dari 38 seri Surat berharga negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp2,83 triliun. Sukuk Ritel seri SR008 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp558,05 miliar dari 28 kali transaksi di harga rata - rata 100,62% dan diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS016 senilai Rp265,88 miliar dari 17 kali transaksi di harga rata - rata 98,02%. Sementara itu Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,31 triliun dari 17 kali transaksi di harga rata - rata 91,48% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0069 senilai Rp1,14 triliun dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 100,38%.
  • Sementara itu Obligasi Berkelanjutan III Medco Energi Internasional Tahap II Tahun 2018 Seri A (MEDC03ACN2) menjadi surat utang  korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp250 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,29% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV BFI Finance Indonesia Tahap I Tahun 2018 Seri B (BFIN04BCN1) senilai Rp197,50 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,06%. Total volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp1,40 triliun dari 51 seri surat utang yang ditransaksikan.
  • Penguatan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia berdampak terhadap pelemahan nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin. Mengalami pelemahan sebesar 132,00 pts (0,89%) dan ditutup pada level 15042,50 per Dollar Amerika, pelemahan mata uang Rupiah pada perdagangan kemarin menjadikan mata uang Rupiah di sepanjang tahun 2018 mengalami depresiasi sebesar 10,97%. Bergerak melemah sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14945,00 hingga 15049,00 per Dollar Amerika, mata uang Rupiah memimpin pelemahan mata uang regional. Selain mata uang Rupiah, pelemahan mata uang regional juga didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,68% yang diikuti oleh Baht Thailand (THB) sebesar 0,45% dan Dollar taiwan (TWD) sebesar 0,39%.
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan yang dipimpin oleh penurunan imbal hasil surat utang Jerman (Bund), dimana ditutup dengan mengalami penurunan di level 0,422% dan diikuti oleh penurunan imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) di level 1,526%. Sementara itu imbal hasil US Treasury pada perdagangan kemarin juga ditutup dengan mengalami penurunan, masing - masing di level 3,063% untuk tenor 10 tahun dan di level 3,217% merespon pidato dari Gubernur Bank Sentral Amerika yang menyatakan bahwa Bank Sentral Amerika masih konsisten dengan kebijakan moneternya serta siap untuk melakukan kebijakan bersama dengan pihak terkait lainnya apabila adanya perubahan ekspketasi yang cukup signifikan terhadap indikator ekonomi Amerika.
  • Secara teknikal, penurunan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin belum meruah tren pergerakan harga dalam jangka pendek, dimana harga Surat Utang Negara masih berada pada tren kenaikan harga. Hanya saja, apabila terjadi koreksi harga yang berlanjut dalam beberapa hari kedepan, potensi perubahan tren pergerakan harga akan kembali terbuka.
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi di tengah beragamnya sentimen yang ada di pasar surat utang. Harga Surat Utang Negara akan berpeluang mengalami kenaikan seiring dengan adanya penurunan imbal hasil surat utang global. Hanya saja kenaikan harga tersebut akan dibatasi oleh faktor pergerakan nilai tukar Rupiah yang masih berpotensi untuk mengalami pelemahan di tengah penguatan mata uang Dollar Amerika dan kenaikan harga minyak dunia. 
  • Rekomendasi: Kami masih merekomendasikan strategi trading jangka pendek di tengah kondisi pasar surat utang yang masih bergerak berfluktuasi. Dengan harga Surat Utang Negara yang masih berada pada posisi lebih tinggi dibandingkan dengan posisi perdagangan sepekan sebelumnya, investor masih berpotensi mendapatkan keuntungan dari selisih harga belinya pada pekan lalu. Dengan demikian kami menyarankan kepada investor untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking) memanfaatkan momentum kenaikan harga Surat Utang Negara. Beberapa seri Surat Berharga Negara yang dapat dijadikan pilihan diantaranya adalah sebagai berikut : *FR0031, FR0053, FR0061, FR0043, FR0063, FR0046, FR0070, FR0077, FR0058, FR0045 dan FR0067. *
  • Pemerintah meraup dana senilai Rp5,10 triliun dari lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara seri SPN-S 03042019 (New Issuance), SPN-S 03072019 (New Issuance), PBS016 (reopening), PBS019 (New Issuance), PBS012 (reopening) dan PBS015 (reopening) pada hari Selasa tanggal 2 Oktober 2018.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group