Beranda

RESEARCH

Company Update

04 April 2019

Fixed Income Notes 04 April 2019

Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin, 2 April 2019 bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah berkurangnya persepsi risiko terhadap instrumen surat utang negara - negara berkembang seiring dengan optimisnya para investor terhadap kondisi ekonomi global saat ini.

Kenaikan harga Surat Utang Negara hingga sebesar 12 bps yang mendorong terjadinya penurunan imbal hasil yang mencapai 3 bps. Adapun dari Surat Utang Negara seri acuan, penurunan imbal hasil terjadi pada keseluruhan seri dengan rata-rata penurunan sebesar 1 bps setelah mengalami  kenaikan harga yang mencapai 7 bps. Seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun mengalami penurunan imbal hasil hingga mendekati 2 bps masing - masing di level 7,117% dan 7,596%. Sementara itu untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun mengalami penurunan imbal hasil hingga mendekati 1 bps di level 8,02%. Adapun seri acuan bertenor 20 tahun mengalami penurunan imbal hasil terbesar diantara seri acuan lainnya yaitu sebesar 1,5 bps di level 8,128%.

Perubahan tingkat imbal hasil yang cenderung mengalami penurunan pada perdagangan kemarin didorong oleh menurunnya persepsi risiko yang tercermin pada penurunan angka Credit Deafult Swap (CDS) di tengah bertambahnya rasa optimis investor global terhadap pertumbuhan ekonomi global yang akan juga berdampak terhadap ekonomi negara - negara berkembang. Beberapa data ekonomi global yang dirilis pada pekan ini memberikan sinyal bahwa kondisi  ekonomi global semakin membaik sehingga turut mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi. Diantaranya adalah rilisnya Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur  bulan Maret 2019 baik di Amerika maupun China keduanya mengalami kenaikan dari posisi bulan sebelumnya. Adapun PMI manufaktur Amerika tercatat mengalami kenaikan di level 55,3 dan untuk PMI manufaktur China sebesar 50,8 yang merupakan nilai tertinggi sejak Juli 2018. Di sisi lain, hasil positif dari pelaksanaan lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara serta penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika berdampak positif pada harga Surat Utang Negara yang terjadi di pasar sekunder. Pemerintah meraup dana senilai Rp8,03 triliun dari lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara dimana total penawaran yang masuk pada lelang tersebut mencapai Rp18,42 triliun. 

Imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika juga menunjukkan penurunan yang terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara. Imbal hasil dari INDO24 mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 4,248% didorong oleh adanya kenaikan harga hingga 10 bps. Adapun imbal hasil dari INDO29 dan INDO44 pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami penurunan masing - masing sebesar 3 bps di level 4,527% dan 5,274%.

Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya didukung oleh pelaksanaan lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara, yaitu senilai Rp13,61 triliun dari 51 seri. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,486 triliun dari 45 transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0068 senilai Rp999 miliar dari 34 kali transaksi. Adapun Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,547 triliun dari 30 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS016 senilai Rp500 miliar dari 1 kali transaksi.

Adapun volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan mengalami penurunan dari perdagangan sebelumnya senilai Rp1,35 triliun dari 66 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap VIII Tahun 2019 Seri A (SMFP04ACN8) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp182,00 miliar dari 10 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Maybank Finance Tahap II Tahun 2019 Seri A (BIIF02ACN2) senilai Rp92,00 miliar dari 4 kali transaksi. Adapun Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap VII Tahun 2019 Seri A (SMFP04ACN7) menjadi sukuk korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp70,00 miliar dari 2 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I XL Axiata Tahap I Tahun 2018 Seri A (EXCL01ACN1) senilai Rp60,00 miliar dari 2 kali transaksi. 

Sementara itu nilai tukar Rupiah ditutup menguat terbatas sebesar 5,00 pts (0,15%) di level 14220,00 per Dollar Amerika. Sempat dibuka menguat terbatas di awal perdagangan, pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin bergerak berfluktuasi dan mengalami pelemahan pada pertengahan perdagangan yang kemudian ditutup dengan mengalami penguatan menjelang berakhirnya sesi perdagangan pada kisaran 14220,00 hingga 14243,00 per Dollar Amerika. Penguatan nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin terjadi di tengah bervariasinya arah perubahan nilai tukar mata uang regional. Mata uang Rupee India (INR) memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,53% diikuti oleh penguatan mata uang Rupiah Indonesua (IDR) dan Peso Filipina (PHP) sebesar 0,11%. Adapun mata uang Yen Jepang (JPY) memimpin pelemahan mata uang regional, sebesar 0,44% yang diikuti oleh mata uang renminbi China (CNY) sebesar 0,13% dan Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,11%.

Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup dengan kenaikan di level 2,52% seiring yang terjadi pada US Treasury bertenor 30 tahun yang mengalami kenaikan di level 2,93%. Kenaikan imbal hasil US Treasury ini terjadi ditengah menguatnya kondisi pasar saham Amerika dimana indeks saham utamanya mengalami kenaikan hingga sebesar 60 bps di level 7895,55 (NASDAQ) dan sebesar 15 bps di level 26218,13 (DJIA). Adapun imbal hasil surat utang Inggris (Gilt) mengalami penurunan baik di tenor 10 tahun maupun 30 tahun masing-masing di level 1,096% dan 1,621%. Bahkan imbal hasil dari surat utang Jepang juga menunjukkan penurunan hingga ke level -0,047%. 

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berpotensi mengalami kenaikan ditengah berkurangnya persepsi risiko terhadap instrumen surat utang negara - negara berkembang. Namun demikian, kami melihat bahwa kenaikan harga tersebut akan mulai terbatas, didukung total volume perdagangan kemarin yang lebih kecil daripada total volume perdagangan sebelumnya. Adapun pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini akan lebih banyak dipengaruhi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika. 

Rekomendasi

Dari beberapa faktor tersebut maka kami perkirakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini akan cenderung mengalami kenaikan yang terbatas. Kami masih menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading di tengah harga Surat Utang Negara yang masih bergerak berfluktuasi. Kami juga masih merekomendasikan seri - seri Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah sebagai pilihan di tengah kondisi pasar saat ini, yaitu seri FR0069, FR0053, FR0061, FR0070, FR0056, FR0059, FR0071, FR0058, dan FR0068.

Pemerintah meraup dana senilai Rp8,03 triliun dari pelaksanaan lelang Surat Berharga Syariah Negara pada tanggal 2 April 2019 untuk seri SPN-S03102019 (new issuance), PBS014 (reopening) PBS019 (reopening), PBS021 (reopening), PBS022 (reopening), PBS015 (reopening).

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group