Beranda

RESEARCH

Company Update

05 Oktober 2018

Fixed Income Notes 05 Oktober 2018

Kenaikan imbal hasil US Treasury dan pelemahan nilai tukar Rupiah dorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 4 Oktober 2018.

Perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin hingga mencapai 21 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 11 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor 3 hingga 20 tahun. Arah perubahan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek bergerak bervariasi dengan adanya perubahan imbal hasil hingga sebesar 20 bps yang didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 55 bps. Sementara itu Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan hingga sebesar 19 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 85 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang terlihat mengalami kenaikan yang berkisar antara 3 hingga 21 bps dimana hal tersebut disebabkan oleh adanya penurunan harga Surat Utang Negara yang mencapai 130 bps. 

Pergerakan imbal hasil yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh faktor kenaikan imbal hasil US Treasury dan juga pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Imbal hasil US Treasury pada perdagangan di hari Rabu mengalami kenaikan yang cukup besar, sebagai respon atas ekspektasi perbaikan ekonomi Amerika Serikat yang tercermin pada beberapa indikator ekonominya. Selain itu, kenaikan imbal hasil dari US Treasury juga respon dari pelaku pasar terhadap pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika yang memberikan sinyal bahwa Bank Sentral Amerika masih akan melanjutkan normalisasi kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan. Pelemahan nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin juga berdampak terhadap kenaikan imbal hasil Surat Utang negara.

Secara keseluruhan, pergerakan imbal hasil Surat Utang negara pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun masing - masing sebesar 18 bps dan 17 bps di level 8,156% dan 8,380%. Sementara itu imbal hasil dari seri acuan dengan tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 10 bps di level 8,80%. Adapun imbal hasil seri acuan dengan tenor 15 tahun relatif tidak banyak mengalami perubahan di level 8,383%.

Imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pada perdagangan kemarin mengalami kenaikan yang cukup besar hingga mencapai 20 bps seiring dengan kenaikan imbal hasil US Treasury dan meningkatnya persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan dari Credit Default Swap (CDS). Kenaikan imbal hasil terjadi pada keseluruhan seri dimana imbal hasil dari INDO23 mengalami kenaikan sebesar 3 bps di level 4,093% dengan didorong oleh adanya koreksi harga sebesar 10 bps. Adapun imbal hasil dari INDO28 dan INDO43 mengalami kenaikan masing - masing sebesar 14 bps dan 16 bps di level 4,586% dan 5,221% setelah kedua seri tersebut mengalami penurunan harga masing - masing sebesar 100 bps dan 210 bps. 

Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan senilai Rp9,50 triliun dari 42 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp2,88 triliun. Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,73 triliun dari 80 kali transaksi di harga rata - rata 99,40% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0064 senilai  1,71 triliun dari 80 kali transaksi di harga rata - rata 87,01%. Adapun Project Based Sukuk seri PBS013 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp408,32 miliar dari 9 kali transaksi di harga rata - rata 99,51% dan diikuti oleh PBS016 senilai Rp240 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 97,89%. 

Surat utang korporasi cukup aktif diperdagangkan, yang tercermin pada volume perdagangan yang cukup besar, senilai Rp1,80 triliun dari 42 seri surat utang korporasi yang ditransaksikan. Obligasi Berkelanjutan III Tower Bersama Infrastructure Tahap I Tahun 2018 (TBIG03CN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp310,0 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 100,19% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap I Tahun 2018 Seri A (BEXI04ACN1) senilai Rp195,0 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 98,24%.

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami pelemahan sebesar 104,00 pts (0,69%) dan ditutup di level 15179,00 per Dollar Amerika. Sejalan dengan pelemahan mata uang regional, nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin bergerak pada kisaran 15120,00 hingga 15191,50 per Dollar Amerika. Adapun mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar terhadap Dollar Amerika adalah Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,94% dan diikuti oleh Baht Thailand (THB) sebesar 0,80%. Dengan pelemahan tersebut maka mata uang Rupiah di bulan Oktober 2018 telah mengalami pelemahan sebesar 1,82% dan di sepanjang tahun 2018 mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika sebesar 10,61%. Sementara itu mata uang Rupee India (INR) menjadi mata uang regional dengan kinerja terburuk di tahun 2018 yang mengalami pelemahan sebesar 13,34%.

Imbal hasil surat utang global bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan merespon pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika yang megisyaratkan masih akan berlanjutnya tren kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup dengan kenaikan di level 3,195% dan tenor 30 tahun naik ke level 3,354% seiring dengan berlanjutnya penguatan beberapa indikator ekonomia Amerika. Sementara itu imabl hasil dari surat utang Jepang mengalami kenaikan di level 0,153% dan imbal hasil surat utang Jerman (Bund) yang ditutup naik di level 0,528%. 

Secara teknikal, indikator teknikal menunjukkan bahwa harga Surat Utang Negara semakin mendekati tren perubahan harga seiring dengan penurunan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada beberapa hari terakhir. Apabila penurunan harga berlanjut pada perdagangan hari ini, maka sinyal perubahan tren dari tren kenaikan harga menjadi tren penurunan harga akan terbentuk dan akan merubah tren pergerakan harga dalam jangka pendek menjadi tren penurunan harga sebagaimana tren pergerakan jangka menengahnya yang masih menunjukkan tren penurunan harga. 

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berpeluang untuk mengalami pelemahan di tengah meningkatnya persepsi risiko serta penguatan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Pelaku pasar masih akan mencermati data cadangan devisa yang akan disampaikan oleh Bank Indonesi, dimana adanya penurunan angka cadangan devisa yang cukup besar akan menjadi katalis negatif bagi nilai tukar Rupiah dan di pasar surat utang. Adapun dari faktor eksternal, pelaku pasar masih akan mencermati data sektor tenaga kerja Amerika Serikat. Selain dari faktor data ekonomi yang akan disampaikan pada hari ini, penurunan harga pada perdagangan hari ini akan dipengaruhi oleh agenda lelang penjualan Surat Utang Negara yang akan diadakan oleh pemerintah pada hari Selasa, 9 Oktober 2018.

Rekomendasi: Dengan masih berpeluangnya penurunan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder, maka kami masih menyarankan kepada investor untuk melakukan strategi trading jangka pedek dengan pilihan pada Surat Utang negara dengan tenor pendek dan menengah. Dalam beberapa hari terakhir, harga dari Surat Utang Negara dengan tenor pendek cenderung mengalami kenaikan sedangkan pada tenor panjang terlihat mengalami penurunan harga seiring dengan tren kenaikan imbal hasil surat utang global. Hal tersebut mengidikasikan bahwa investor lebih memilih instrumen bertenor pendek guna mengantisipasi gejolak harga di pasar sekunder. Beberapa seri Surat Berharga Negara yang dapat dijadikan pilihan pada perdagangan hari ini adalah sebagai berikut : *ORI013, ORI014, FR0053, FR0061, FR0043, FR0063, FR0046, FR0077 dan FR0059.*

Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN03190110 (New Issuance), SPN12191010 (New Issuance), FR0077 (Reopening), FR0078 (Reopening), FR0065 (Reopening) dan FR0075 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 9 Oktober 2018.

PT Pemeringkat Efek Indonesia menaikkan peringkat PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk beserta obligasi yang diterbitkannya menjadi "idBBB+" dan prospek perseroan berubah menjadi stabil.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group