Beranda

RESEARCH

Company Update

07 Mei 2019

Fixed Income Notes 07 Mei 2019

Perdagangan Surat Utang Negara pada hari Senin, 6 Mei 2019 mengalami koreksi harga yang mendorong terjadinya kenaikan tingkat imbal hasil akibat ekonomi Indonesia yang tumbuh dibawah perkiraan sehingga pelaku pasar cenderung bereaksi negatif.

Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 6 Mei 2019 bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan merespon data ekonomi domestik yang tidak sesuai dengan perkiraan. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 0,2 - 10,3 bps dimana sebagian besar Surat Utang Negara mengalami kenaikan imbal hasil. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 5,7 - 7,8 bps dengan didorong oleh adanya  perubahan harga yang berkisar antara 12,6 - 18,3 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 4,3 - 6,8 bps dengan adanya perubahan harga yang berkisar antara 18 - 38 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang yang mengalami perubahan berkisar antara 0,2 - 10,3 bps didorong oleh perubahan harga yang berkisar antara 2,5 - 95,7 bps. 

Koreksi harga yang mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin dipengaruhi oleh data ekonomi domestik yang tumbuh dibawah perkiraan. Badan Pusat Statistik menyampaikan bahwa ekonomi Indonesia pada kuartal I 2019 tumbuh sebesar 5,07% dibandingkan periode yang sama tahun 2018 (YoY). Adapun dibandingkan dengan kuartal IV 2018, ekonomi Indonesia mengalami penurunan sebesar -0,52% (QoQ). Perkembangan kondisi ekonomi yang dibawah estimasi sebesar 5,20% (YoY) dan -0,42% (QoQ) tersebut mendorong pelaku pasar berekasi negatif. Pertumbuhan ekonomi yang dibawah perkiraan tersebut memberikan sinyal bahwa paket kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah serta kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia belum cukup ampuh guna mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah belum pulihnya ekonomi global. 

Secara keseluruhan, perubahan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 4,3 bps pada level 7,450%; kenaikan imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun sebesar 6,8 bps pada level 7,926%; kenaikan imbal hasil seri acuan tenor 15 tahun sebesar 10,3 bps pada level 8,438% dan kenaikan imbal hasil seri acuan dengan tenor 20 tahun sebesar 10,1 bps pada level 8,493%. 

Data pertumbuhan ekonomi domestik yang tidak sesuai dengan perkiraan juga mempengaruhi terjadinya perubahan imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang asing. Pada perdagangan di hari Senin, imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang asing mengalami perubahan yang beragam pada sebagian besar seri. Imbal hasil dari INDO24 mengalami penurunan sebesar 0,85 bps pada level 3,36%. Adapun imbal hasil dari INDO29 ikut turun sebesar 0,82 bps pada level 3,86% dan imbal hasil dari INDO44 yang mengalami kenaikan sebesar 0,22 bps pada level 4,72%.

Sementara itu volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di hari Senin mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya. Volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp10,58 triliun dari 39 seri Surat Utang Negara yang dilaporkan dimana volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp6,59 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,43 triliun dari 107 kali transaksi. Obligasi Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 102,31%. Adapun Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp280,00 miliar dari 8 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 98,88%.

Semantara itu, dari perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan pada perdagangan di hari Senin senilai Rp2,03 miliar dari 51 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.  Obligasi Berkelanjutan IV Mandiri Tunas Finance Tahap I Tahun 2019 Seri A (TUFI04ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp272,00 miliar dari 8 kali transaksi dan diikuti oleh Sukuk Mudharabah Berkelanjutan Indonesia Eximbank I Tahap III Tahun 2019 Seri A (SMBEXI01ACN3) dan Obligasi Berkelanjutan II SAN Finance Tahap II Tahun 2017 Seri B (SANF02BCN2) masing-masing senilai Rp267,00 dari 13 kali transaksi dan Rp196,00 miliar dari 2 kali perdagangan.

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup pada level 14299,00 per dollar Amerika melemah sebesar 34,00 pts dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Data ekonomi domestik turut mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, dimana pada perdagangan hari Senin, rupiah mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika sepanjang sesi perdagangan. Dibuka melemah pada level 14273,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14273 - 14332 per dollar Amerika. Adapun pelemahan nilai tukar Rupiah tersebut diikuti oleh pelemahan sebagian besar mata uang regional. Mata uang yang memimpin penguatan mata uang regional yaitu mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,56% dan diikuti oleh Rupee India (INR) sebesar 0,28%. Sedangkan mata uang dengan pelemahan terbesar didapati pada mata uang Renminbi China sebesar 0,45% yang diikuti pelemahan Baht Thailand (THB) sebesar 0,34% dan Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,30% terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan bahwa harga Surat Utang Negara masih akan bergerak dengan peluang untuk kembali mengalami pelemahan melanjutkan koreksi harga yang terjadi pada perdagangan pekan lalu serta antisipasi investor menjelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara pada hari ini. Kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah beserta Bank Indonesia guna memperbaiki kinerja di kuartal II 2019 akan menjadi perhatian investor setelah data pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2019 yang berada dibawah estimasi. Pada perdagangan hari ini, Selasa, 7 Mei 2019, pemerintah berencana untuk menerbitkan Surat Utang Negara melalui lelang dengan target penerbitan senilai Rp15 triliun dari tujuh seri Surat Utang Negara yang ditawarkan kepada investor. Menjelang lelang, harga Surat Utang Negara akan cenderung  bergerak  terbatas  dengan  peluang terjadinya koreksi harga karena investro berharap untuk mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi melalui lelang. 

Sedangkan dari perdagangan surat utang global, imbal hasil surat utang global bergerak cukup bervariasi. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup dengan mengalami penurunan pada level 2,47% setelah merespon data sektor tenaga kerja Amerika yang lebih tinggi dari yang diperkirakan. Data tenaga kerja Amerika menunjukkan bahwa tenaga kerja di luar sektor pertanian (Non Farm Payrolls) di bulan April 2019 tumbuh sebesar 263 ribu tenaga kerja, yang melebihi angka periode sebelumnya di 189 ribu tenaga kerja. Data sektor tenaga kerja masih menjadi pusat perhatian ekonomi Amerika, dimana data tersebut akan menjadi pertimbangan bagi Bank Sentral Amerika untuk menentukan kebijakan moneternya. Sementara itu imbal hasil dari Surat Utang Jerman (Bund) ditutup menguat pada level 0,012% dan untuk surat utang Inggris (Gilt) ditutup melemah di level 1,217%.

Rekomendasi

Harga Surat Utang Negara masih berada dalam tren penurunan, sehingga dalam jangka pendek masih berpeluang untuk mengalami penurunan. Hanya saja, dengan adanya koreksi harga yang terjadi, imbal hasil dari Surat Utang Negara menjadi cukup menarik untuk kembali diakumulasi. Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan strategi trading jangka pendek di tengah kondisi harga Surat Utang Negara yang bergerak berfluktuasi. Kami menyarankan pembelian secara bertahap pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah dan tenor panjang di saat harga mengalami penurunan (Buy on Weakness) dengan pilihan pada seri FR0056, FR0059, FR0073, FR0058, FR0068 dan FR0067.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group