Beranda

RESEARCH

Company Update

08 Februari 2018

Fixed Income Notes 08 Februari 2018

  • Kenaikan cadangan devisa mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 7 Februari 2018. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 1 - 4 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 1 bps dengan penurunan imbal hasil yang cukup besar didapati pada tenor 1 - 7 tahun. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 2 - 4 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 10 bps. Sedangkan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 3 bps yang didoorong olah adanya kenaikan harga yang berkisar antara 10 - 15 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan hingga sebesar 4 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga yang berkisar antara 1 - 30 bps. 
  • Penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin turut dipengaruhi oleh data cadangan devisa di akhir Januari 2018. Bank Indonesia menyatakan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia akhir Januari 2018 tercatat sebesar US$131,98 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2017 yang sebesar US$130,20 miliar. Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi penerimaan devisa, antara lain berasal dari penerimaan pajak dan devisa ekspor migas bagian pemerintah, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas. Penerimaan devisa tersebut melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo. 
  • Pelaku pasar merespon positif terhadap data cadangan devisa tersebut, karena dengan posisi cadangan devisa tersebut akan memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Dengan posisi cadangan devisa tersebut, cukup untuk membiayai 8,5 bulan impor atau 8,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. 
  • Adapun selain dari katalis dalam negeri, Moody’s dalam risetnya mengatakan profil kredit Indonesia yang terus berkembang dan stabil di tengah tekanan kondisi keuangan global yang terus berfluktuasi. Adapun Moody’s Investor Service mengatakan bahwa profil kredit Indonesia didukung oleh defisit fiskal yang sempit, rendahnya hutang pemerintah, ekonomi besar dan prospek pertumbuhan PDB yang sehat. Namun, tantangan kredit meliputi monilisasi pendapatan rendah dan ketergantungan pada pendanaan eksternal, faktor - faktor yang mengekspos ekonomi dan keuangan pemerintah terhadap fluktuasi dalam kondisi pembiayaan global. 
  • Secara keseluruhan, penurunan imbal hasil kemarin juga telah mendorong imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun turun sebesar 3 bps di level 5,773%. Sementara itu tenor 10 tahun dan 20 tahun turun terbatas kurang dari 1 bps masing - masing di level 6,336% dan 7,045%. Adapun untuk tenor 15 tahun turun sebesar 2 bps di level 6,779%. 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya kembali ditutup dengan mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan imbal hasil dari US Treasury di tengah naiknya imbal hasil surat utang global. Imbal hasil dari INDO-38 dan INDO-48 ditutup relatif terbatas kurang dari 1 bps masing - masing di level 4,572% dan 4,518% setelah mengalami koreksi harga sebesar 5 bps dan 6 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-23 ditutup naik sebesar 1 bps di level 3,316% setelah mengalami koreksi harga sebesar 5 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp9,31 triliun dari 32 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp3,15 triliun. Obligasi Negara seri FR0064 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,33 miliar dari 28 kali transaksi di harga rata - rata 99,23% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0075 senilai Rp1,15 triliun dari 57 kali transaksi di harga rata - rata 105,26%. 
  • Adapun Volume perdagangan Project Based Sukuk yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp1,04 triliun dari 5 seri Project Based Sukuk yang diperdagangkan. Project Based Sukuk seri PBS013 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp671 miliar dari 15 kali transaksi di harga rata - rata 101,13% diikuti oleh Project Based Sukuk seri PBS002, senilai Rp240 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 98,68%. 
  • Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp294,20 miliar dari 31 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Sarana Multigriya Finansial Tahap Vi Tahun 2016 (SMFP03CN6) dan Obligasi Berkelanjutan III Astra Sedaya Finance Tahap I Tahun 2016 Seri B (ASDF03BCN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, dimana masing - masing keduanya ditarnsaksikan dengan volume transaksi senilai Rp100 miliar dari 5 kali transaksi dengan harga rata - rata sebesar 105,10% dan volume transaksi senilai Rp60 miliar dari 5 kali transaksi dengan harga rata - rata sebesar 102,17% . 
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup dengan tidak banyak mengalami perubahan yaitu di level 13355,00 per dollar Amerika setelah bergerak berfluktuasi pada kisaran 13524,00 hingga 13568,00 per dollar Amerika. Berfluktuasinya pergerakan nilai tukar rupiah tersebut terjadi di tengah mata uang regional yang bergerak bervariasi terhadap dollar Amerika dengan kecenderungan mengalami penguatan. Mata uang Peso Philippina (PHP) memimpin penguatan mata uang regional, sementara itu mata uang Baht Thailand (THB) memimpin pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika. 
  • Pada perdagangan hari ini, kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan berpeluang mengalami kenaikan dengan masih didukung oleh kenaikan cadangan devisa serta stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Kenaikan cadangan devisa di bulan Fabruari 2017 masih akan menjadi katalis positif bagi perdagangan Surat Utang Negara di pasar sekunder jelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Namun ada potensi Surat Utang Negara mengalami koreksi harga didorong oleh nilai tukar rupiah yang masih mengalami tren pelemahan terhadap dollar Amerika di tengah dollar Amerika yang masih akan melanjutkan tren penguatan terhadap mata uang utama dunia 
  • Adapun, harga Surat Utang Negara masih akan dibatasi oleh faktor eksternal dimana imbal hasil dari US Treasury yang kembali mengalami kenaikan. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup naik pada level 2,836% dari posisi penutupan sebelumnya di level 2,804%.. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun juga mengalami kenaikan, masing - masing di level 0,745% dan 1,549% di tengah melemahnya pasar saham Amerika Serikat. 
  • Sedangkan secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak pada area konsolidasi dengan adanya sinyal tren penurunan harga pada sebagian besar seri, sehingga akan membuka peluang terjadinya koreksi harga dalam jangka pendek. 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan memanfaatkan momentum kenaikan harga untuk melakukan strategi trading dengan pilihan pada seri FR0069, FR0053, ORI013, FR0061, FR0073, FR0058, FR0074, FR0068, dan FR0072. 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menegaskan peringkat PT Surya Artha Nusantara Finance di “idAA-” 
  • Bank Sulselbar mendapatkan peringkat “idA+” dengan outlook stabil.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group