Beranda

RESEARCH

Company Update

08 Mei 2019

Fixed Income Notes 08 Mei 2019

Perdagangan Surat Utang Negara pada hari Selasa, 7 Mei 2019 mengalami penurunan harga yang mendorong terjadinya kenaikan tingkat imbal hasil akibat adanya sentimen yang berasal dari domestik maupun global sehingga mempengaruhi kondisi pasar keuangan global.

Harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin hari Selasa, tanggal 7 Mei 2019 bergerak dengan arah bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan rata-rata sebesar 29,3 bps yang mendorong terjadinya rata-rata kenaikan imbal sebesar 3,3 bps. Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek  (1-4 tahun) tercatat mengalami kenaikan terbatas hanya sebatas 0,2 bps yang berdampak pada menurunnya tingkat imbal hasil sebesar 1,7 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan harga hingga sebesar 8,3 bps yang mendorong terjadinya kenaikan tingkat imbal hasil berkisar antara 0,4 bps hingga 2 bps. Surat Utang Negara dengan tenor panjang (diatas 7 tahun) didapati terjadinya penurunan rata-rata harga sebesar 41,2 bps yang mengakibatkan terjadinya kenaikan imbal hasil hingga sebesar 23 bps.

Penurunan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin dipicu oleh beberapa sentimen yang berasal dari domestik maupun eksternal. Adapun kedua faktor tersebut mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung fluktuatif selama sesi perdagangan kemarin. Dari faktor domestik, para pelaku pasar masih dipengaruhi oleh data ekonomi domestik yang tumbuh dibawah perkiraan sehingga pelaku pasar cenderung bereaksi negatif akan arah ekonomi makro Indonesia kedepannya. Sementara itu, dari faktor eksternal terdapat beberapa sentimen negatif diantaranya yaitu, pernyataan The Fed yang bernada hawkish terkait arah kebijakan moneter Amerika, munculnya ketegangan yang terjadi antara Amerika dan Korea Selatan, hingga hubungan dagang antara Amerika dan China yang kembali diperbincangkan soal Presiden Trump yang mengecam untuk menaikan tarif impor USD200 miliar terhadap produk China. Beberapa faktor eksternal tersebut, secara tidak langsung akan mempengaruhi kondisi pasar keuangan global dan meningkatkan risiko keuangan global. Selain itu, para pelaku pasar juga akan menantikan dirilisnya data neraca perdagangan dan data inflasi Amerika pada akhir pekan ini yang membuat para investor lebih menahan diri melakukan transaksi di pasar sekunder maupun proses lelang Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin. Dari proses lelang kemarin, pemerintah berhasil meraup dana sebesar Rp21,57 triliun dari total penawaran yang masuk sebesar Rp32,96 triliun. Angka tersebut lebih kecil dibandingkan dengan hasil lelang Surat Utang Negara sebelumnya yang mencapai Rp23,4 triliun dari total penawaran sebesar Rp41,76 triliun. 

Secara keseluruhan, perubahan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 2 bps pada level 7,471%; kenaikan imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun sebesar 1,6 bps pada level 7,948%; kenaikan imbal hasil seri acuan tenor 15 tahun sebesar 2,1 bps pada level 8,458% dan kenaikan imbal hasil seri acuan dengan tenor 20 tahun sebesar 2 bps pada level 8,515%. 

Pada perdagangan kemarin, imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang asing mengalami perubahan yang beragam pada sebagian besar seri. Harga dari INDO24 mengalami kenaikan sebesar 2,7 bps yang medorong penurunan imbal hasil sebesar 0,6 bps di level 3,357%. Adapun pergerakan harga dari INDO29 juga ikut naik sebesar 8 bps yang berdampak pada turunnya imbal hasil sebesar 1 bps di level 3,852%. Sementara itu, dari INDO44 dan INDO49 mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 11,2 bps dan 15,5 bps.

Sementara itu volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami kenaikan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya. Volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp24,73 triliun dari 38 seri Surat Utang Negara yang dilaporkan dimana volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp16,76 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp6,46 triliun dari 182 kali transaksi. Obligasi Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 101,83%. Adapun Project Based Sukuk seri PBS013 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp256,92 miliar dari 2 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 98,98%.

Semantara itu, dari perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan pada perdagangan di hari Selasa senilai Rp948,15 miliar dari 58 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.  Obligasi Berkelanjutan IV Mandiri Tunas Finance Tahap I Tahun 2019 Seri A (TUFI04ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp100,21 miliar dari 5 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan I Mitra Adiperkasa Tahap III Tahun 2014 Seri B (MAPI01BCN3) dan Obligasi Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap I Tahun 2017 Seri A (BMTR01ACN1) masing-masing senilai Rp100,00 dari 2 kali transaksi dan Rp90,00 miliar dari 2 kali perdagangan.

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup pada level 14280,00 per dollar Amerika yang menguat sebesar 19,00 pts dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Penguatan rupiah terhadap dollar Amerika bergerak cukup fluktuatif sepanjang sesi perdagangan. Dibuka menguat kemudian bergerak melemah pada pertengahan sesi perdagangan. Selanjutnya, pergerakan rupiah didapati menguat kembali hingga akhir sesi perdagangan. Adapun nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14269—14317 per Dollar Amerika. Penguatan rupiah tersebut diikuti oleh penguatan sebagian besar mata uang regional, dimana yang memimpin penguatan mata uang regional yaitu Baht Thailand (THB) sebesar 0,43% dan diikuti oleh Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,30%. Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,04% dan diikuti pelemahan mata uang Dollar Hongkong (HKD) sebesar 0,03% terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan bahwa harga Surat Utang Negara masih akan bergerak dengan peluang untuk kembali mengalami pelemahan melanjutkan koreksi harga yang terjadi pada perdagangan sebelumnya. Para pelaku pasar akan cenderung menahan diri dan melakukan aksi wait and see menjelang rilisnya data ekonomi global dan domestik. Hari ini, Bank Indonesia akan merilis data cadangan devisa yang kami prediksikan akan mengalami kenaikan daripada bulan sebelumnya, dimana secara keseluruhan kami melihat masih adanya aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan serta penerimaan devisa dari hasil ekspor yang lebih baik. Selain itu, para pelaku pasar juga masih akan mencermati data Neraca Perdagangan Indonesia kuartal I tahun 2019 dan data inflasi Amerika yang akan dirilis pada hari Jumat tanggal 10 Mei 2019. Data-data ekonomi tersebut akan menjadi perhatian investor sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan transaksi di pasar sekunder.

Sementara itu, Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan mengalami penguatan masing-masing pada level 2,46% dan 2,86%. Adapun imbal hasil dari Surat Utang Jerman (Bund) ditutup melemah pada level –0,039% dan untuk surat utang Inggris (Gilt) juga ikut melemah di level 1,155% untuk tenor 10 tahun.

Rekomendasi

Adapun harga Surat Utang Negara masih berada dalam tren penurunan, sehingga dalam jangka pendek masih berpeluang untuk mengalami penurunan. Hanya saja, dengan adanya koreksi harga yang terjadi, imbal hasil dari Surat Utang Negara menjadi cukup menarik untuk kembali diakumulasi. Kami menyarankan pembelian secara bertahap pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah dan tenor panjang di saat harga mengalami penurunan. Adapun seri yang menarik dengan kondisi tesebut yaitu: FR0058, FR0074, FR0065, FR0068, FR0072 dan FR0075.

Pemerintah meraup dana senilai Rp21,57 triliun dengan melaksanakan lelang Surat Utang Negara pada tanggal 7 Mei 2019 untuk seri SPN03190808 (new issuance), SPN12200508 (new issuance), FR0077 (reopening), FR0078 (reopening), FR0068 (reopening), FR0079 (reopening) dan FR0076 (reopening). 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group