Beranda

RESEARCH

Company Update

10 April 2019

Fixed Income Notes 10 April 2019

Pada perdagangan hari Selasa, tanggal 9 April 2019, harga Surat Utang Negara bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah para pelaku pasar yang cenderung wait and see melihat kondisi perekonomian global dan menantikan rilisnya data ekonomi domestik.
 
Perubahan harga Surat Utang Negara mencapai 47 bps yang mendorong  naiknya tingkat imbal hasil hingga sebesar 17 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara seri acuan, keseluruhan serinya mengalami penurunan harga yang mengakibatkan adanya rata-rata perubahan tingkat imbal hasil naik sebesar 1,5 bps, dimana pada Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 20 tahun mengalami penurunan harga tertinggi sebesar 31 bps yang mendorong terjadinya kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 3,2 bps di level 8,172% dan diikuti oleh Surat Utang Negara seri acuan bertenor 15 tahun dan 10 tahun yang mengalami koreksi harga masing-masing sebesar 9 bps dan 8 bps sehingga berdampak pada meningkatnya imbal hasil sebesar 0,9 bps di level 8,043% dan 1,1 bps di level 7,625%. Adapun untuk seri acuan yang mengalami perubahan harga terendah didapati pada tenor 5 tahun sebesar 2 bps yang mengakibatkan terjadinya kenaikan imbal hasil sebesar 0,6 bps di level 7,109%.  
 
Perubahan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan. Penurunan harga Surat Utang Negara yang terjadi diakibatkan oleh para pelaku pasar yang masih menahan diri guna melakukan transaksi di pasar sekunder dan melakukan aksi wait and see ditengah ketidakpastian kondisi ekonomi global yang cukup tinggi. Data yang dirilis oleh IMF (International Monetary Fund) memperkirakan perekonomian Amerika akan tumbuh lebih lambat sehingga memangkas prediksinya menjadi 2,3% (vs 2,5% pada Oktober tahun lalu). Hal ini akibat dari hilangnya stimulus fiskal Amerika. Selain itu, dari sisi domestik, para pelaku pasar akan menantikan rilis data perekonomian domestik dimana pada pertengahan bulan ini akan dirilis data neraca perdagangan untuk bulan Maret 2019. Sementara itu, turunnya harga Surat Utang Negara juga diiringi dengan koreksi harga surat utang di negara berkembang yang lain. Adapun, dari hasil lelang Surat Utang Negara pemerintah berhasil meraup dana sebesar Rp15,74 triliun dari total penawaran yang masuk mencapai Rp31,84 triliun. 
 
Penurunan harga juga terlihat pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika ditengah penurunan tingkat imbal hasil US Treasury. Penurunan harga didapati pada sebagian besar seri Surat Utang Negara berdonominasi mata uang Dollar Amerika. Harga INDO24 dan INDO29 mengalami penurunan masing-masing sebesar 2,7 bps dan 5,5 bps sehingga berdampak terjadinya kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 0,6 bps di level 3,507% dan 0,7 bps di level 3,918%. Adapun harga dari INDO44 mengalami kenaikan harga sebesar 3 bps sehingga berdampak pada turunnya tingkat imbal hasil sebesar 0,2 bps di level 4,822%, sedangkan dari INDO49 mengalami penurunan harga sebesar 11 bps yang mengakibatkan kenaikan imbal hasil sebesar 0,6 bps di level 4,674%.
 
Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp21,22 triliun dari 33 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pelaku pasar cukup aktif melakukan transaksi di pasar sekunder. Surat Utang Negara seri FR0068 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp4,42 triliun dari 103 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp4,19 triliun dari 116 kali transaksi kemudian diikuti dengan perdagangan Obligasi Negara FR0077 sebesar Rp4,16 triliun dari 37 kali transaksi. Adapun dari perdagangan sukuk negara, Project Based Sukuk dengan seri PBS013 mengalami volume terbesar senilai Rp364,00 miliar dari 5 kali transaksi dan diikuti oleh seri PBS014 sebesar Rp300,00 miliar untuk 1 kali perdagangan.
 
Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan lebih besar daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,59 triliun dari 38 seri obligasi korporasi yang ditransaksikan. Obligasi Berkelanjutan II Adhi Karya Tahap I Tahun 2017 (ADHI02CN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp482,00 miliar dari 12 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% dan diikuti oleh  Obligasi Berkelanjutan II Bank Maybank Indonesia Tahap IV Tahun 2019 Seri A (BNII02ACN4) senilai Rp213,00 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 100,02%. Sementara itu, volume untuk Obligasi Berkelanjutan II Tower Bersama Infrastructure Tahap I Tahun 2016 (TBIG02CN1) sebesar Rp200,00 miliar dari 6 kali perdagangan dan Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry I Tahun 2018 Seri B (SMLPPI01B) sebesar Rp140,00 miliar dari 4 kali transaksi.
 
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin menguat sebesar 34 pts (0,24%) di level 14133,00 per Dollar Amerika dimana penguatan nilai tukar Rupiah terjadi disepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14132,00 hingga 14155,00 per Dollar Amerika. Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami penguatan seiring dengan penguatan nilai tukar mata uang regional. Adapun yang memimpin penguatan mata uang regional didapati pada mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,59% dan diikuti oleh penguatan Baht Thailand (THB) dan Rupiah Indonesia (IDR) masing—masing sebesar 0,25% dan 0,24%. Sementara itu, mata uang Won Korea Selatan (KRW) dan mata uang Yen Jepang (JPY) juga ikut menguat sebesar 0,22% dan 0,16% terhadap Dollar Amerika. Adapun pada perdagangan kali ini, tidak ada yang mengalami pelemahan pada mata uang regional.
 
Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami penurunan sehingga masing—masing berada pada level 2,502% dan 2,913%. Kondisi tersebut seiring dengan kondisi pasar saham Amerika yang melemah dimana indeks DJIA ditutup melemah sebesar 72 bps di level 26150,58 dan indeks NASDAQ juga ikut mengalami pelemahan sebesar 56 bps di level 7909,28. Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan imbal hasil dilevel 1,103% sedangkan untuk tenor 30  tahun mengalami penguatan di level 1,639%. Adapun untuk imbal hasil obligasi Jerman (Bund) bertenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami kenaikan terbatas masing-masing di level -0,004% dan 0,631%.
 
Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih akan bergerak bervariasi dengan masih berpeluang untuk mengalami penurunan yang didorong oleh perubahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika akibat para pelaku pasar yang cenderung wait and see terhadap beberapa sentimen global. Hanya saja, suksesnya lelang penjualan Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin menjadi indikasi bahwa pelaku pasar masih merespon positif pada kondisi pasar saat ini.
 
Rekomendasi
 
Dengan kondisi tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Kami merekomendasikan kepada investor untuk melakukan strategi trading di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung bergerak berfluktuasi dengan fokus kepada pergerakan nilai tukar Rupiah. Adapun seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0061, FR0063, FR0070, FR0056, FR0071, FR0073 dan FR0068.
 
Pemerintah meraup dana senilai Rp15,72 triliun dengan melaksanakan lelang Surat Utang Negara pada tanggal 9 April 2019 untuk seri SPN03190710 (new issuance), SPN12200410 (new issuance), FR0077 (reopening), FR0078 (reopening), FR0068 (reopening), FR0079 (reopening) dan FR0076 (reopening).

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group