Beranda

RESEARCH

Company Update

10 Desember 2018

Fixed Income Notes 10 Desember 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at, 7 Desember 2018 ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan yang terbatas ditengah meredanya tekanan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi hingga mencapai 4 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 1 bps di tengah terbatasnya perubahan harga Surat Utang Negara. Harga Surat Utang Negara mengalami perubahan hingga sebesar 20 bps dengan perubahan yang cukup besar didapati pada tenor di atas 10 tahun. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami perubahan yang berkisar antara 1 bps hingga 4 bps yang didorong oleh adanya berubahnya harga hingga 4 bps. Adapun imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan hingga sebesar 1 bps di tangah koreksi harga hingga sebesar 5 bps. Adapun imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan tenor penjang bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi dengan perubahan yang terjadi hingga sebesar 20 bps yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 2 bps. Terbatasnya pergerakan harga juga berdampak terhadap terbatasnya perubahan tingkat imbal hasil dari Surat Utang Negara seri acuan, dimana perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi hingga sebesar 2 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun, 15 tahun dan 20 tahun mengalami penurunan kurang dari 1 bps masing - masing di level 7,921%; 8,148% dan 8,323%. Adapun untuk imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun terlihat mengalami kenaikan sebesar 2 bps di level 8,003%. Dalam sepekan terakhir, imbal hasil Surat Utang Negara cenderung bergerak dengan mengalami kenaikan imbal hasil dengan rata - rata kenaikan sebesar 8 bps yang didorong oleh faktor pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.  
  • Terbatasnya pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh faktor pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang sempat mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika pada awal perdagangan sebelum ditutup dengan menunjukkan penguatan. Terbatasnya perubahan tingkat imbal hasil juga dipangaruhi oleh pelaku pasar yang cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi di pasar sekunder jelang disampaikannya data cadangan devisa oleh bank Indonesia serta data sektor tenaga kerja Amerika Serikat. Kondisi tersebut tercermin pada volume perdagangan yang tidak begitu besar, senilai Rp8,44 triliun. Bank Indonesia menyampaikan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2018 tercatat US$117,2 miliar, mengalami peningkatan dibandingkan dengan posisi di akhir Oktober 2018 yang sebesar US$115,2 miliar. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Peningkatan cadangan devisa pada bulan November 2018 terutama berasal dari penerimaan devisa migas, penarikan utang luar negeri (ULN) pemerintah, dan penerimaan devisa lainnya yang lebih besar dari kebutuhan devisa untuk pembayaran ULN pemerintah. Kenaikan angka cadangan devisa tersebut menjadi katalis positif pada pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang mengalami penguatan setelah dirilisnya data cadangan devisa tersebut. 
  • Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pada perdagangan di akhir pekan juga terlihat terbatas dengan kecenderungan mengalami penurunan seiring dengan penurunan imbal hasil US Treasury. Imbal ahsil dari INDO23 mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 4,236% setelah mengalami kenaikan harga terbetas sebesar 3 bps. sementara itu imbal hasil dari INDO43 terlihat mengalami penurunan imbal hasil kurang dari 1 bps di level 5,316% setelah mengalami kenaikan harga yang terbatas sebesar 6 bps. Dalam sepekan terakhir, imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah penurunan imbal hasil surat utang global seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar saham global mendorong investor untuk menempatkan dananya pada instrumen yang lebih aman.
  • Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan senilai Rp8,44 triliun dari 35 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp3,07 triliun. Obligasi Negara seri FR0070 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp1,681 triliun dari 33 kali transaksi dengan harga terakhir di level 101,75% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0063 senilai Rp1,095 triliun dari 11 kali transaksi di harga rata - rata 91,48%. Adapun Project Based Sukuk seri PBS017 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp65,00 miliar dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 88,15% yang diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk  seri PBS019 senilai Rp55,00 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 100,63%.
  • Sementara itu dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,02 triliun dari 40 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Sukuk Ijarah Berkelanjutan II XL Axiata Tahap I Tahun 2018 Seri C (SIEXCL02CCN1) menjadi sukuk korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp200,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,04% yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Ijarah Indosat V Tahun 2012 (SIISAT05) senilai Rp4,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,40%. Adapun Obligasi Berkelanjutan I XL Axiata Tahap I Tahun 2018 Seri B (EXCL01BCN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp108,00 miliar dari 9 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Maybank Finance Tahap I Tahun 2018 Seri A (BIIF02ACN1) senilai Rp102,00 miliar dari 8 kali transaksi.
  • Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan di akhir pekan ditutup dengan mengalami penguatan, sebesar 40,0 pts (0,28%) di level 14480,00 per Dollar Amerika setelah beregrak dengan arah perubahan yang bervariasi pada kisaran 14457,50 hingga 14533,00 per Dollar Amerika. Penguatan nilai tukar Rupiah tersebut terjadi di tengah mata uang regional yang bergerak bervariasi terhadap Dollar Amerika. mata uang Rupee India (INR) memimpin penguatan mata uang regional, sebesar 0,33% yang diikuti oleh mata uang rupiah dan Peso Philippina (PHP) sebesar 0,09%. Adapun mata uang Yen Jepang (JPY) memimpin pelemahan mata uang regional, sebesar 0,11% yang diikuti oleh mata uang Dollar Hongkong (HKD) sebesar 0,07% dan Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,05%. Dalam sepekan terakhir, mata unag regional juga terliihat bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi, dimana mata uang Rupee dan Rupiah masing - mesing mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika sebesar 1,54% dan 1,23%. Adapun mata uang Yuan China (CNY) terlihat mengalami penguatan sebesar 1,13% yang diikuti oleh mata uang Yen Jepang sebesar 0,68%.
  • Imbal hasil surat utang global pada perdagangan di akhir pekan bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi seiring dengan beragamnya katalis di pasar surat utang global. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan mengalami penurunan masing - masing di level 2,823% dan 3,116% setelah pasar sahamnya mengalami penurunan yang cukup besar, hingga mencapai 2,24% (DJIA) menadorong investor untuk mencari aset yang lebih aman. Semenatra itu imbal hasil dari surat uatng Inggris dan Jerman masing - masing ditutup dengan mengalami kenaikan di level 1,273% dan 0,247%. Dalam sepekan terakhir, imbal hasil surat utang global cenderung mengalami penurunan di tengah koreksi yang cukup besar di pasar saham mendorong investor utntuk menempatkan dananya pada aset yang lebih aman (safe haven asset). Imbal hasil surat utang Jepang mengalami perserntase penurunan terbesar dari posisi 0,087% turun ke level 0,053%.
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan kembali bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi merespon beberapa katalis dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri, aliran modal asing yang kembali masuk di pasar keuangan dalam negeri di bulan November 2018 telah mendorong terjadinya kenaikan angka cadangan devisa sebagaimana yang disampaikan oleh Bank Indonesia. hal tersebut setidaknya akan menjadi katalis poisitif bagi bagi pergerakan nilai tukar Rupiah dan juga terhadap pasar Surat Berharga Negara hingga akhir tahun 2018. Adapun dari faktor eksternal, masih bergejolaknya pasar keuangan global masih akan mempengaruhi persepsi risiko investor terhadap instrumen Surat Berharga Negara, sehingga akan memberikan katalis negatif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara. Hanya saja potensi penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika seiring dengan pelemahan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia akan menahan terjadinya penurunan harga. Mata uang Dollar Amerika mengalami penurunan terhadap mata uang utama dunia setelah data sektor tenaga kerja di Amerika pada bulan November 2018 tumbuh di bawah estimasi pelaku pasar sehingga menimbulkan spekulasi bahwa kebijakan moneter ketat Bank Sentral Amerika akan lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya. 
  • Pada sepekan kedepan kedepan terdapat  tujuh surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp6,01 triliun.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group