Beranda

RESEARCH

Company Update

10 Juli 2019

Fixed Income Notes 10 Juli 2019

Harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin, tanggal 9 Juli 2019 bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami penurunan ditengah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika akibat penguatan dollar Amerika pada beberapa mata uang regional.
 
Perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 4 - 19 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan yang terbatas hingga mencapai antara 2,3 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 5 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) cenderung mengalami kenaikan terbatas yang mencapai 1 bps dengan didorong oleh adanya penurunan harga hingga sebesar 6 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) bergerak cukup bervariasi dengan perubahan imbal hasil yang berkisar antara 4 - 20 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 36 bps.
 
Harga Surat Utang Negara yang bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan pada perdagangan di akhir pekan kemarin didorong oleh aksi jual oleh pelaku pasar akibat nilai tukar rupiah yang cenderung melemah sepanjang dua hari terakhir ini. Pelemahan nilai mata uang rupiah ini diikuti dengan pelemahan mata uang regional dimana dollar Amerika mengalami penguatan terhadap beberapa mata uang utama dunia. Hal ini turut dipengaruhi akibat membaiknya data tenaga kerja Amerika yang disampaikan akhir pekan lalu yang akan menjadi pertimbangan The Fed untuk merumuskan kebijakan moneternya. Sementara itu dari hasil lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) kemarin, pemerintah berhasil meraup dana sebesar Rp8,00 triliun dari total penawaran yang masuk sebesar Rp36,44 triliun. Suksesnya lelang kemarin, mengindikasikan bahwa pelaku pasar masih optimis terhadap kondisi pasar domestik. Hal ini terpantau dari volume perdagangan yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya. Hanya saja, para pelaku pasar masih bersikap wait and see atas pernyataan The Fed yang akan disampaikan pada FOMC Minutes pekan ini. 

Sehingga secara keseluruhan, pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung bergerak dengan mengalami penurunan pada perdagangan di hari Selasa telah mendorong terjadinya imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 10, 15 dan 20 tahun dengan kenaikan masing-masing sebesar 2 bps di level 7,241%; 3,2 bps di level 7,592% dan 2,3 bps di level 7,755%. Adapun untuk Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami penurunan imbal hasil sebesar 1,5 bps yang didorong oleh kenaikan harga sebesar 6 bps. 

Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, keseluruhan tenor mengalami kenaikan imbal hasil ditengah kenaikan imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO24 ditutup dengan mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 2,955% setelah mengalami penurunan harga terbatas sebesar 4,4 bps. Adapun imbal hasil dari INDO29 dan INDO44 terlihat megalami kenaikan masing - masing sebesar 2,5 bps di level 3,299% dan 4,283% setelah mengalami koreksi harga sebesar 22,4 bps dan 8,3 bps. Adapun imbal hasil dari INDO49 terlihat mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 4,162% setelah mengalami penurunan harga sebesar 14,4 bps. 

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin terlihat sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, senilai Rp18,46 triliun dari 47 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dimana untuk seri acuan volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp4,74 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,57 triliun dari 15 kali transaksi di harga rata - rata 106,86% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp1,38 triliun dari 39 kali transaksi di harga rata - rata 105,28%. 

Adapun dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp3,54 miliar dari 54 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Chandra Asri Petrochemical Tahap II Tahun 2019 (TPIA02CN2)  mejadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp840 miliar dari 15 kali transaksi di harga rata - rata 100,45% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Bank BTN Tahap II Tahun 2019 Seri A (BBTN03ACN2) senilai Rp763 miliar dari 25 kali transaksi di harga rata - rata 100,19%.

Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah  sebesar 23,00 pts di level 14130,00 per dollar Amerika setelah bergerak melemah sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14105,00 hingga 14135,00 per dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut terjadi di tengah mata uang regional yang bergerak cukup bervariasi terhadap dollar Amerika. Penguatan mata uang regional dipimpin oleh Rupee India (INR) sebesar 0,16% yang diikuti oleh Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,12% dan Dollar Taiwan (TWD) sebesar 0,05%. Adapun mata uang regional yang terlihat mengalami pelemahan tehadap dollar Amerika pada perdagangan di kemarin diantaranya adalah mata uang Baht Thailand (THB) , Rupiah Indonesia (IDR) dan Dollar Hongkong (HKD) masing-masing melemah sebesar 0,18%; 0,16%; dan 0,14% terhadap Dollar Amerika 

Pelaku pasar pada hari ini akan menantikan disampaikannya pernyataan The Fed pada FOMC Minutes serta perkembangan arah negoisasi dagang antara Amerika dan China yang akan memulai kembali untuk merumuskan kesepaktan dagang dari kedua belah pihak. Selain itu, para pelaku pasar juga menantikan data inflasi China serta China Yuan Loans untuk periode Juni 2019.

Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik terbatas di level 2,075% serta tenor 30 tahun juga mengalami kenaikan di level 2,546%. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 1 bps di level 0,253% sedangkan Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama ditutup dengan mengalami penurunan di level 1,351%. Respon pelaku pasar terhadap data ekonomi amerika kemarin terlihat pada naiknya US Treasury dan surat utang global lainnya, dimana hal tersebut kami perkirakan juga akan berdampak terhadap pergerakan harga surat utang negara baik mata uang rupiah maupun denominasi mata uang asing. 

Rekomendasi
Kombinasi dari beberapa faktor tersebut kami perkirakan akan mengalami koreksi yang terbatas terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini sehingga kami sarankan kepada investor untuk mencermati arak pergerakan harga Surat Utang Negara dengan fokus pada arah nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika. Adapun bagi investor dengan horizon investasi jangka pendek, kami masih merekomendasikan beberapa seri Surat Utang Negara yang cukup menarik seperti seri FR0053, FR0061, FR0063, FR0070, FR0056 dan FR0059.

Pemerintah meraup dana senilai Rp8,00 triliun dengan melaksanakan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada tanggal 9 Juli 2019 untuk SPNS10012020 (new issuance), PBS014 (reopening), PBS019 (reopening), PBS021 (reopening), PBS022 (reopening) dan PBS015 (reopening).

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group