Beranda

RESEARCH

Company Update

10 Juni 2019

Fixed Income Notes 10 Juni 2019

Jelang libur panjang, pada perdagangan akhir bulan kemarin, hari Jumat, tanggal 31 Mei 2019, harga Surat Utang Negara mengalami kenaikan ditengah menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat adanya beberapa sentimen positif baik dari domestik maupun global.*
 
Harga Surat Utang Negara pada perdagangan di akhir bulan kemarin, hari Jumat, tanggal 31 Mei 2019 mengalami kenaikan hingga mencapai 115 bps, sehingga mendorong terjadinya penurunan rata-rata tingkat imbal hasil sebesar 6,1 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara bertenor pendek (1-4 tahun) didapati kenaikan harga berkisar antara 4,7 bps hingga 18,7 bps yang menyebabkan turunnya tingkat imbal hasil sebesar 7,2 bps. Sementara itu, Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) juga ikut mengalami kenaikan harga  hingga 84 bps yang berdampak pada penurunan tingkat imbal hasil hingga sebesar 15,3 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor panjang (diatas 7 tahun) ikut mengalami kenaikan harga dengan rata-rata kenaikan sebesar 57,1 bps yang menyebabkan turunnya rata-rata tingkat imbal hasil sebesar 7 bps.  

Pada perdagangan akhir bulan Mei, hari Jumat, tanggal 31 Mei 2019 harga Surat Utang Negara mengalami kenaikan pada sebagian besar serinya. Hal ini didorong oleh kondusifnya kondisi pasar keuangan regional Asia ditengah sentimen perang dagang antara Amerika dan China. Selain itu, kenaikan harga Surat Utang Negara juga dipicu oleh menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dimana para pelaku pasar mencermati rilis data ekonomi Amerika Serikat. Selama 2Q19, data Core PCE (Price Consumen Expenditure) tercatat mengalami perlambatan di level 1% (vs 1Q19 sebesar 1,3%). Core PCE merupakan salah satu data yang menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan inflasi keseluruhan. Penurunan dari angka Core PCE mengindikasikan bahwa komponen harga pangan dan energi Amerika Serikat masih terbatas dan belum stabil dari target yang ditetapkan oleh The Fed sebesar 2%. Selanjutnya, penurunan harga minyak juga merupakan sentimen positif bagi kondisi pasar domestik. Turunnya harga minyak mengakibatkan biaya impor menjadi lebih murah sehingga mengurangi beban transaksi berjalan. Sementara itu, jelang libur panjang Idul Fitri, perdagangan akhir bulan kemarin juga mengakibatkan volume perdagangan menurun dari perdagangan sebelumnya. Para pelaku pasar tampaknya masih wait and see terhadap kondisi pasar kemarin. 

Secara keseluruhan, kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil pada Surat Utang Negara seri acuan. Adapun untuk tenor 5 tahun mengalami penurunan tingkat imbal hasil sebesar 3,5 bps dan untuk tenor 10 tahun juga ikut mengalami penurunan tingkat imbal hasil sebesar 8 bps. Sementara itu, untuk Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun didapati penurunan tingkat imbal hasil masing-masing sebesar 11,2 bps dan 10,1 bps.

Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika, mengalami penurunan imbal hasil pada keseluruhan seri, seiring dengan pergerakan imbal hasil surat utang global yang ditutup dengan mengalami penurunan. Imbal hasil dari INDO24 ditutup menurun sebesar 4,2 bps di level 3,347%. Sementara itu, imbal hasil dari INDO29 dan INDO44 ditutup dengan mengalami penurunan tingkat imbal hasil masing-masing sebesar 5,3 bps di level 3,794% dan 3,1 bps di level 4,643%. Adapun untuk tingkat imbal hasil dari INDO49 mengalami penurunan tingkat imbal hasil sebesar 4,1 bps di level 4,562%.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin lebih kecil daripada perdagangan sebelumnya yaitu senilai Rp17,77 triliun dari 33 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp6,61 triliun. Surat Utang Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,83 triliun dari 105 kali transaksi di harga rata - rata 102,25% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0059 senilai Rp3,05 triliun dari 37 kali transaksi di harga rata - rata 93,93%. Sementara itu, Project Based Sukuk seri PBS015 menjadi Surat Berharga Syariah Negara terbesar yaitu sebesar Rp161,00 miliar dari 3 kali transaksi dan diikuti oleh volume Sukuk Ritel Negara seri SR011 sebesar Rp100,00 miliar dari 2 kali transaksi. Adapun volume dari Project Based Sukuk seri PBS004 sebesar Rp76,00 miliar untuk 2 kali perdagangan.

Sementara itu dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan meningkat dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya senilai Rp1,82 triliun dari 45 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Sukuk Ijarah TPS Food II Tahun 2016 (SIAISA02) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp609,00 miliar dari 17 kali transaksi di harga rata-rata 100,02% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap VII Tahun 2019 Seri A (SMFP04ACN7) senilai Rp160,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,26% yang kemudian diiringi dengan Obligasi Berkelanjutan III Astra Sedaya Finance Tahap III Tahun 2017 Seri B (ASDF03BCN3) sebesar Rp154,00 miliar untuk 2 kali transaksi di harga 100,77%.  

Adapun nilai tukar mata uang Rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 143,00 pts (0,99%) di posisi 14273,00 per dollar Amerika setelah mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan. Nilai tukar Rupiah tersebut bergerak pada kisaran 14255,00 hingga 14415,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut terjadi seiring dengan menguatnya sebagian besar nilai mata uang regional. Adapun mata uang yang memimpin penguatan mata uang regional yaitu mata uang Rupiah Indonesia (IDR) dan diikuti oleh penguatan mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,69%. Sedangkan, mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,17% yang diiringi dengan pelemahan mata uang Renminbi China (CNY) sebesar 0,11% terhadap mata uang Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder akan bergerak terbatas dengan kecenderungan mengalami kenaikan terutama pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang. Adapun selama bulan Mei 2019, pasar Surat Utang Negara menunjukkan kinerja negatif yang tercermin pada kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara rata - rata sebesar 13 bps dibandingkan dengan posisi di akhir bulan April 2019. Adapun sentimen positif  didapati dari Lembaga pemeringkat global, Standard & Poors (S&P), yang menaikan peringkat utang Indonesia menjadi “BBB” yang semula “BBB-”. Kenaikan peringkat tersebut di nilai bahwa Indonesia mampu menunjukan pertumbuhan ekonomi yang stabil ditengah gejolaknya kondisi eksternal sehingga kondisi tersebut akan menarik para investor asing untuk menanamkan dananya di domestik. Hanya saja, usai libur panjang ini, pemerintah baru akan menyelenggarakan lelang Surat Utang Negara pada pertengahan bulan Juni mendatang pada tanggal 18 Juni 2019.

Sementara itu, dari faktor eksternal, imbal hasil dari US Treasury ditutup dengan mengalami penurunan. Tingkat imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup menurun di level 2,08% seiring dengan tenor 30 tahun yang juga ikut ditutup turun pada level 2,57%. Adapun untuk imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan pada level 0,817%. Sementara itu, imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) bertenor 10 tahun ditutup turun di level –0,256% dan yang bertenor 30 tahun berada di level 0,326%.

Rekomendasi
Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut, maka kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan fokus pada perubahan nilai tukar Rupiah. Adapun terbatasnya perubahan harga di pasar sekunder, dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan strategi trading dengan pilihan masih pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah seperti seri FR0053, FR0061, FR0043, FR0063, FR0070, FR0056, FR0059 dan FR0071.
 
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) telah menetapkan peringkat "idBBB +" untuk PT MNC Asuransi Indonesia (MNC Insurance). 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group