Beranda

RESEARCH

Company Update

10 Oktober 2018

Fixed Income Notes 10 Oktober 2018

Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 9 Oktober 2018 kembali mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan imbal hasil surat utang global. 

Kenaikan imbal hasil berkisar antara 1 - 11 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 5 bps dimana kenaikan imbal hasil terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami perubahan yang berkisar antara 1 - 4 bps dengan adanya perubahan harga hingga sebesar 10 bps. Sedangkan pada tenor menengah, imbal hasilnya mengalami kenaikan hingga sebesar 8 bps setelah mengalami penurunan harga yang berkisar antara 15 bps hingga 50 bps. Adapun untuk tenor panjang, kenaikan imbal hasil yang terjadi hingga mencapai 11 bps dengan adanya koreksi harga yang mencapai 85 bps. 

Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin terjadi seiring dengan kenaikan imbal hasil surat utang global dan juga berlanjutnya pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin bergerak dengan mengalami kenaikan didukung oleh kenaikan imbal hasil US Treasury setelah kembali diperdagangkan dimana pada hari Senin pasar surat utang Amerika Serikat tutup dalam rangka perayaan Columbus Day. Kenaikan imbal hasil US Treasury tersebut sebagai respon atas data sektor tenaga kerja Amerika Serikat yang terus menunjukkan perbaikan dan dikhawatirkan akan mendorong kenaikan laju inflasi di Amerika. Adapun dari pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara, pemerintah meraup dana senilai Rp20,0 triliun dari total penawaran yang masuk senilai Rp41,35 triliun. Jumlah penawaran tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan pelaksanaan lelang sebelumnya yang sebesar Rp51,53 triliun. Tingginya jumlah penawaran yang masuk pada lelang kemarin menjadi katalis positif bagi perdagangan Surat Utang Negara di pasar sekunder, sehingga mampu menahan terjadinya koreksi harga yang lebih besar. Secara keseluruhan, koreksi harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin berdampak terhadap kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan, dimana untuk tenor 5 tahun mengalami kenaikan sebesar 4 bps di level 8,280% dan untuk tenor 10 tahun mengalami kenaikan sebesar 11 bps di level 8,546%. Adapun seri acuan tenor 15 tahun mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 8 bps di level 8,709% dan untuk tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 7 bps di level 8,952%.

Imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pada perdagangan kemarin juga terlihat mengalami kenaikan yang terjadi pada  hampir keseluruhan seri. Imbal hasil dari INDO20 mengalami kenaikan sebesar 9 bps di level 3,342% setelah mengalami koreksi harga senesar 12 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO24 terlihat mengalami kenaikan sebesar 8 bps di level 4,525% setelah mengalami penurunan harga sebesar 30 bps. Sedangkan imbal hasil dari INDO43 mengalami kenaikan sebesar 7 bps di level 5,310% setelah mengalami adanya penurunan harga sebesar 85 bps. 

Volume perdagangan Surat Berharga Negara pada perdagangan kemarin mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp19,90 triliun dari 33 seri yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan mencapai Rp6,87 triliun. Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp5,72 triliun dari 170 kali transaksi di harga rata - rata 98,42% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0075 senilai Rp2,91 triliun dari 66 kali transaksi di harga rata - rata 87,05%. Sementara itu Sukuk Negara Ritel seri SR008 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp600,81 miliar dari 22 kali transaksi di harga rata - rata 100,64% dan diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS013 senilai Rp130,0 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 99,52%. 

Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan dilaporkan senilai Rp1,10 triliun dari 43 seri surat utang yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap III Tahun 2018 Seri C (ADMF04CCN3) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp200,0 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,03% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap III Tahun 2018 Seri A (WSKT03ACN3) senilai Rp150,0 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 99,99%.

Nilai tukar Rupiah ditutup melemah sebesar 20,00 pts (0,13%) di level 15237,50 per Dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan di kisaran 15222,00 hingga  15284,00 per Dollar Amerika. Pelemahan mata uang Rupiah seiring dengan pergerakan mata uang regional yang juga menunjukkan pelemahan terhadap Dollar Amerika dimana pelemahan mata uang regional dipimpin oleh mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,38% yang diikuti oleh pelemahan mata uang Dollar Singapura (SGD) sebesar 0,19%.

Pergerakan imbal hasil surat utang global pada perdagangan bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan. Imbal hasil surat utang Jerman dan Inggris untuk tenor 10 tahun masing - masing ditutup dengan mengalami kenaikan di level 0,543% dan 1,715%. Adapun imbal hasil US Treasury ditutup dengan mengalami penurunan, dimana untuk tenor 10 tahun ditutup pada level 3,212% setelah sempat mengalami kenaikan hingga level 3,250% di awal perdagangan dan untuk tenor 30 tahun ditutup pada level 3,373%. Sedangkan imbal hasil surat utang India juga ditutup dengan kenaikan di level 8,065% begitu pula imbal hasil surat utang Singapura yang ditutup dengan kenaikan di level 2,639%.

Dengan adanya penurunan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada beberapa hari perdagangan terakhir, telah mengkonfrimasi adanya sinyal tren penurunan harga dalam jangka pendek. Selain itu, dengan masih belum terlihatnya sinyal indikator jenuh jual (over sold), maka potensi penurunan lanjutan terhadap harga Surat Utang Negara dalam jangka pendek masih terbuka. 

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara berpeluang untuk mengalami kenaikan didukung oleh hasil positif dari pelaksaanaan lelang dan mulai turunnya imbal hasil dari US Treasury dari posisi tertingginya dalam 7 tahun terakhir. Kenaikan harga juga berpeluang terjadi apabila pada saat yang sama nilai tukar Rupiah mampu mengalami penguatan terhadap Dollar Amerika. Hanya saja, pelaku pasar perlu mewaspadai berlanjutnya penurunan harga di pasar sekunder yang didukung oleh indikator teknikal yang masih menunjukkan tren penurunan harga Surat Utang Negara.

Rekomendasi :Dengan pertimbangan beberapa faktor di atas, kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Pilihan kami masih pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek hingga menengah yang memberikan tingkat imbal hasil yang menarik dengan tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan tenor panjang apabila pasar surat utang kembali mengalami koreksi. Beberapa pilihan Surat Berharga Negara tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : *ORI013, ORI014, SR008, SR009, FR0036, FR0053, FR0061, FR0043, FR0063, FR0046, FR0070, FR0077 dan FR0059. 

Pemerintah meraup dana senilai Rp20,0 triliun dari hasil lelang penjualan Surat Utang Negara seri SPN03190110 (New Issuance), SPN12191010 (New Issuance), FR0077 (Reopening), FR0078 (Reopening), FR0065 (Reopening) dan FR0075 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 9 Oktober 2018.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group