Beranda

RESEARCH

Company Update

11 Februari 2019

Fixed Income Notes 11 Februari 2019

Imbal hasil Surat Utang Negara kembali bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah defisit neraca berjalan kuartal IV yang mengalami peningkatan serta nilai tukar Rupiah yang sempat mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika pada awal perdagangan hari Jumat, tanggal 8 Februari 2019.

Perubahan tingkat imbal hasil pada perdagangan hari Jumat tanggal 8 Februari 2019 mencapai 9,5 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 4 bps yang didorong oleh adanya penurunan harga hingga sebesar 75 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara seri acuan, keempat serinya mengalami kenaikan imbal hasil yang berkisar antara 3 bps hingga 6,6 bps didorong oleh adanya penurunan harga hingga sebesar 47 bps. Kenaikan tingkat imbal hasil tertinggi didapati pada Surat Utang Negara seri acuan bertenor 10 tahun sebesar 6,6 bps yang didorong oleh penurunan harga sebesar 47 bps dan diiringi dengan Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 20 tahun dan 15 tahun yang mengalami kenaikan tingkat imbal hasil  masing-masing sebesar 4,3 bps dan 4,2 bps yang disebabkan oleh perubahan harga masing-masing sebesar 43 bps dan 37 bps. Adapun untuk perubahan tingkat imbal hasil terendah didapati pada Surat Utang Negara seri acuan bertenor 5 tahun sebesar 3 bps yang diakibatkan oleh penurunan harga sebesar 13 bps.

Pada perdagangan di akhir pekan kemarin, pergerakan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara kembali bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan ditengah defisit neraca berjalan kuartal IV yang mengalami peningkatan. Bank Indonesia mencatat neraca berjalan kuartal IV 2018 mengalami defisit sebesar US$ 9,1 miliar (3,57%) dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yang hanya 3,28% dari PDB. Kondisi neraca berjalan yang defisit ini dipengaruhi masih tingginya impor ditengah kinerja ekspor yang terbatas. Meskipun demikian, defisit neraca berjalan mengalami peningkatan yang dibantu dari kinerja pendapatan primer akibat pembayaran bunga surat utang pemerintah yang lebih rendah. Arus dana asing juga mulai masuk akibat imbal hasil yang menarik di mata investor. Selain dari faktor tersebut, kenaikan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara juga masih dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar Rupiah yang sempat mengalami pelemahan pada awal sesi perdagangan.

Kenaikan imbal hasil juga terlihat pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika ditengah melemahnya imbal hasil US Treasury. Kenaikan tingkat imbal hasil didapati pada sebagian besar seri Surat Utang Negara berdonominasi mata uang Dollar Amerika. Imbal hasil INDO24 dan INDO29 mengalami kenaikan masing-masing sebesar 5,1 bps di level 3,790% dan 4,8 bps di level 4,135% yang didorong terjadinya penurunan harga sebesar 24,4 bps dan 40,6 bps. Adapun imbal hasil dari INDO44 dan INDO49 mengalami kenaikan sebesar 3 bps masing-masing berada pada level 4,955% dan 4,888% setelah mengalami adanya koreksi harga sebesar 53,7 bps dan 66,2 bps.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, senilai Rp15,53 triliun dari 46 seri Surat Utang Negara yang dilaporkan. Adapun untuk volume perdagangan Surat Utang Negara dengan volume tertinggi didapati pada seri FR0077 sebesar Rp3,964 triliun dari 45 kali transaksi dan kemudian dilanjutkan dengan Surat Utang Negara dengan seri FR0053 dan FR0078 masing-masing sebesar Rp2,084 triliun dari 27 kali perdagangan dan Rp1,462 triliun dari 38 kali transaksi. Adapun untuk perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk terbesar didapati pada seri PBS022 dan seri PBS014 masing-masing senilai Rp253 miliar dari 7 kali transaksi dan Rp102 miliar dari 3 kali perdagangan.

 Pada perdagangan akhir pekan kemarin, volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan lebih besar dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, senilai Rp1,34 triliun dari 53 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan terbesar didapati pada seri Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap III Tahun 2018 Seri B (SMFP04BCN3) senilai Rp200,00 miliar dari 4 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan surat utang korporasi seri  Obligasi Berkelanjutan IV Mandiri Tunas Finance Tahap I Tahun 2019 Seri A (TUFI04ACN1) dan seri Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap III Tahun 2018 (WSKT03ACN3) masing-masing senilai Rp150,83 miliar dari 7 kali transaksi dan Rp107,70 miliar untuk 6 kali transaksi. Adapun, selanjutnya didapati seri Obligasi Berkelanjutan I XL Axiata Tahap II Tahun 2019 Seri B (EXCL01BCN2) dengan volume perdagangan sebesar Rp78,00 miliar dari 4 kali perdagangan.

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika ditutup menguat terbatas sebesar 8 pts (0,06%) di level 13965,00 per Dollar Amerika. Pergerakan nilai tukar Rupiah sempat mengalami pelemahan pada awal sesi perdagangan dan cukup berfluktuasi pada kisaran 13953,00 hingga 13997,50 per Dollar Amerika. Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami penguatan seiiring dengan kenaikan nilai tukar mata uang regional terhadap mata uang Dollar Amerika. Adapun yang mengalami penguatan tertinggi didapati pada mata uang Peso Filipina (PHP) sebesar 0,34% dan diikuti dengan mata uang Rupee India (INR) dan mata uang Ringgit Malaysia (MYR) yang keduanya mengalami penguatan masing-masing sebesar 0,32% dan 0,07%. Sedangkan, untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan paling tinggi didapati pada mata uang Baht Thailad (THB) sebesar 0,68% yang diiringi dengan pelemahan terbatas untuk nilai tukar mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,02% terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan di akhir pekan kemarin, imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup mengalami pelemahan sebesar 2 bps yang berada pada level 2,634%, hal yang sama juga terjadi pada US Treasury bertenor 30 tahun mengalami pelemahan sebesar 3 bps yang berada pada level 2,976% ditengah kondisi pasar saham Amerika yang bergerak bervariasi. Indeks NASDAQ ditutup menguat sebesar 14 bps sehingga berada pada level 7298,20 sedangkan untuk indeks DJIA ditutup dengan mengalami pelemahan sebesar 25 bps sehingga berada pada level 25106,33. Sementara itu, untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun mengalami koreksi di level 1,148%, sedangkan untuk obligasi Jerman (Bund) bertenor 10 tahun mengalami kenaikan sehingga berada pada level 0,088%. Adapun untuk obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 30 tahun mengalami kenaikan pada level 1,673% namun, untuk obligasi Jerman bertenor 30 tahun mengalami koreksi sehingga berada pada level 0,698%.

Pada perdagangan di awal pekan ini, Senin, 11 Februari 2019, kami perkirakan harga Surat Utang Negara cenderung bergerak terbatas dengan peluang mengalami penurunan jelang pelaksanaan lelang pada hari Selasa, tanggal 12 Februari 2019. Menjelang pelaksanaan lelang, harga Surat Utang Negara akan bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan dikarenakan para investor berharap mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi dengan mengikuti lelang pernjualan Surat Utang Negara. Selain itu, pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini juga masih akan dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. 

Rekomendasi
Dengan beberapa faktor pertimbangan di atas, harga Surat Utang Negara masih akan bergerak berfluktuasi dalam jangka pendek, maka kami masih menyarankan Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah sebagai pilihan investasi. Selain itu, kami juga tetap menyarankan kepada investor untuk mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan fokus pada pergerakan nilai tukar Rupiah. Adapun seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0077, FR0069, FR0053, FR0070, FR0073, dan FR0056.

Pada sepekan kedepan terdapat dua surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp13,80 triliun.
 
Kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara mengalami kenaikan senilai Rp 15,75 triliun.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group