Beranda

RESEARCH

Company Update

11 Juni 2019

Fixed Income Notes 11 Juni 2019

Menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika berdampak pada kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan awal pekan ini, hari Senin, tanggal 10 Juni 2019*

 

Harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin mengalami kenaikan hingga mencapai 230 bps, sehingga mendorong terjadinya penurunan rata-rata tingkat imbal hasil sebesar 10,4 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara bertenor pendek (1-4 tahun) didapati kenaikan harga berkisar antara 2,9 bps hingga 33,3 bps yang menyebabkan turunnya tingkat imbal hasil berkisar antara 2,8 bps hingga 12,9 bps. Sementara itu, Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) juga ikut mengalami kenaikan harga  hingga 9,6 bps yang berdampak pada penurunan tingkat imbal hasil yang berkisar antara 15,3 bps hingga 18,1 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor panjang (diatas 7 tahun) juga ikut mengalami kenaikan harga dengan rata-rata kenaikan sebesar 121 bps yang menyebabkan turunnya rata-rata tingkat imbal hasil sebesar 14,1 bps.  

Pada perdagangan awal pekan ini, hari Senin, tanggal 10 Juni 2019, harga Surat Utang Negara mengalami kenaikan akibat kondusifnya pasar keuangan global seiring dengan sentimen positif terhadap ekspektasi penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral di beberapa negara maju. Bank Sentral Australia pada pekan kemarin sudah lebih dulu memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 1,25%. Kami menilai penurunan suku bunga ini juga akan diikuti oleh beberapa bank sentral negara maju lainnya senada dengan pernyataan The Fed yang lebih bersabar (dovish) terhadap kebijakan moneternya. Persepsi risiko yang terindikasi dari angka CDS (Credit Default Swap) juga menurun di berbagai negara sehingga sentimen tersebut berdampak pada perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang menguat selama sesi perdagangan kemarin. 

Secara keseluruhan, kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil pada Surat Utang Negara seri acuan. Adapun untuk tenor 5 tahun mengalami penurunan tingkat imbal hasil sebesar 17,2 bps dan untuk tenor 10 tahun juga ikut mengalami penurunan tingkat imbal hasil sebesar 22,4 bps. Sementara itu, untuk Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun didapati penurunan tingkat imbal hasil masing-masing sebesar 24,8 bps dan 16,8 bps.

Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika, mengalami penurunan imbal hasil pada keseluruhan serinya, seiring dengan pergerakan imbal hasil surat utang global yang ditutup dengan mengalami penurunan. Imbal hasil dari INDO24 ditutup menurun sebesar 6,2 bps di level 3,162%. Sementara itu, imbal hasil dari INDO29 dan INDO44 ditutup dengan mengalami penurunan tingkat imbal hasil masing-masing sebesar 5,9 bps di level 3,464% dan 5,4 bps di level 4,411%. Adapun untuk tingkat imbal hasil dari INDO49 mengalami penurunan tingkat imbal hasil sebesar 5,9 bps di level 4,309%.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin lebih kecil daripada perdagangan sebelumnya yaitu senilai Rp15,74 triliun dari 39 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp9,39 triliun. Surat Utang Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp4,19 triliun dari 146 kali transaksi di harga rata - rata 103,37% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0068 senilai Rp2,86 triliun dari 150 kali transaksi di harga rata - rata 100,93%. Sementara itu, Sukuk Negara Ritel seri SR011 menjadi Surat Berharga Syariah Negara terbesar yaitu sebesar Rp1,18 triliun dari 1010 kali transaksi dan diikuti oleh volume Project Based Sukuk seri PBS005 sebesar Rp21,00 miliar dari 1 kali transaksi. Adapun volume dari Project Based Sukuk seri PBS016 sebesar Rp6,00 miliar untuk 2 kali perdagangan.

 

Sementara itu dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan meningkat dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya senilai Rp4,47 triliun dari 51 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan I Bank Danamon Tahap I Tahun 2019 Seri A (BDMN01ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,29 triliun dari 44 kali transaksi di harga rata-rata 99,98% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Tower Bersama Infrastructure Tahap III Tahun 2019 (TBIG03CN3) senilai Rp1,03 triliun dari 31 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% yang kemudian diiringi dengan Obligasi Berkelanjutan III WOM Finance Tahap II Tahun 2019 Seri A (WOMF03ACN2) sebesar Rp714,00 miliar untuk 24 kali transaksi di harga 99,95%.

Adapun nilai tukar mata uang Rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 23,00 pts (0,16%) di posisi 14250,00 per Dollar Amerika setelah mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan. Nilai tukar Rupiah tersebut bergerak pada kisaran 14205,00 hingga 14260,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut terjadi seiring dengan melemahnya sebagian besar nilai mata uang regional. Adapun mata uang yang memimpin penguatan mata uang regional yaitu mata uang Rupiah Indonesia (IDR) dan diikuti oleh penguatan mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,10%. Sedangkan, mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,42% yang diiringi dengan pelemahan mata uang Dollar Singapura (SGD) sebesar 0,40% terhadap mata uang Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder akan bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan terutama pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang. Hal ini seiring dengan optimisnya para pelaku pasar terhadap sentimen positif ekspektasi penurunan suku bunga acuan di berbagai negara, terutama The Fed. Sementara itu, sentimen positif lainnya yaitu harga minyak yang mulai menurun sejak pekan kemarin. Harga minyak jenis brent dan light sweet masing-masing turun sebesar 1,5% dan 1,06%. Dengan adanya penurunan harga minyak tersebut, maka biaya impor untuk komoditas tersebut akan lebih murah serta mengurangi beban transaksi berjalan.

Sementara itu, dari faktor eksternal, tingkat imbal hasil dari US Treasury ditutup dengan mengalami kenaikan. Tingkat imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik di level 2,145% seiring dengan tenor 30 tahun yang juga ikut ditutup naik pada level 2,624%. Kenaikan imbal hasil US Treasury tersebut juga diikuti oleh kenaikan pada indeks saham utamanya dimana indeks NASDAQ terpantau naik sebesar 105 bps di level 7823,17 dan untuk indeks DJIA juga mengalami kenaikan sebesar 30 bps di level 26062,68. Adapun untuk imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan pada level 0,835%. Sementara itu, imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) bertenor 10 tahun ditutup naik di level –0,217% dan yang bertenor 30 tahun berada di level 0,403%.

Rekomendasi
Dengan beberapa faktor pertimbangan di atas, harga Surat Utang Negara masih akan bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan dalam jangka pendek, maka kami masih menyarankan Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah sebagai pilihan investasi. Selain itu, kami juga tetap menyarankan kepada investor untuk mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan fokus pada pergerakan nilai tukar Rupiah. Adapun seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0053, FR0061, FR0063, FR0056, FR0059, dan FR0064.

 

Pada sepekan kedepan terdapat lima surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp5,74 triliun. 

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group