Beranda

RESEARCH

Company Update

12 April 2018

Fixed Income Notes 12 April 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 11 April 2018 masih melanjutkan tren penurunan didorong oleh berlanjutnya akumulasi pembelian oleh investor asing di tengah penurunan imbal hasil surat utang global. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 1 - 5 bps dengan rata - rata mengalami penurunan imbal hasil sebesar 1,6 bps dimana Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami penurunan imbal hasil lebih kecil dibandingkan dengan yang didapati pada tenor panjang. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 6 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) dan panjang (di atas 7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 5 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 50 bps. 
  • Berlanjutnya penurunan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara hingga perdagangan kemarin masih didukung oleh akumulasi pembelian Surat Utang Negara oleh investor asing. Berdasarkan data kepemilikan Surat Berharga Negara yang dapat diperdagangkan per tanggal 10 April 2018, investor asing mencatatkan peningkatan kepemilikan di Surat Berharga Negara senilai Rp12,85 triliun dibandingkan dengan posisi di akhir Maret 2018. Adapun di kuartal I 2017, investor asing mencatatkan pembelian bersih Surat Berharga Negara senilai Rp35,49 triliun dimana akumulasi pembelian terbesar terjadi di bulan Januar 2018, yaitu senilai Rp33,62 triliun. 
  • Namun demikian, penurunan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin mulai terlihat terbatas, terutama yang didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah dan panjang. Terbatasnya perubahan harga pada tenor tersebut turut mempengaruhi terbatasnya perubahan tingkat imbal hasilnya. Adapun pelaku pasar masih menantikan berbagai data dari dalam maupun luar negeri turut mempengaruhi terbatasnya kenaikan harga Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin. Namun kondisi tersebut didukung oleh volume perdagangan yang cukup besar pada perdagangan kemarin mendorong adanya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin. 
  • Secara keseluruhan, penurunan imbal hasil Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan masing - masing sebesar 1,5 bps untuk tenor 15 tahun dan 20 tahun di level 6,806% dan 7,213% serta turun sebesar 1 bps untuk tenor 5 tahun di level 5,934%. Adpaun untuk seri acuan dengan tenor 10 tahun, mengalami penurunan sebesar 4,5 bps di level 6,526%. 
  • Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, perubahan imbal hasilnya cenderung mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan imbal hasil dari US Treasury pada perdagangan di hari Selasa. Imbal hasil dari INDO-28 ditutup dengan kenaikan sebesar 2,5 bps di level 3,979% setelah mengalami koreksi harga sebesar 20 bps dan imbal hasil dari INDO-48 yang ditutup dengan kenaikan sebesar  1 bps di level 4,583% setelah mengalami koreksi harga sebesar 20 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-23 dan INDO-38 mengalami kenaikan imbal hasil yang relatif terbatas kurang dari 1 bps masing - masing di level 3,626% dan 4,706%. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp13,17 triliun dari 38 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp3,08 triliun. Obligasi Negara seri FR0064 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,28 triliun dari 128 kali transaksi di harga rata - rata 97,86% yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Ritel seri SR010 senilai Rp2,13 triliun dari 795 kali transaksi di harga rata - rata 99,43%. Sementara itu Obligasi Negara seri FR0064 dan Sukuk Ritel seri SR010 menjadi Surat Utang Negara yang paling sering ditransaksikan. 
  • Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,39 triliun dari 37 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III FIF Tahap III Tahun 2018 Seri A (FIFA03ACN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp355 miliar dari 7 kali transaksi di harga rata - rata 99,94% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Bank BRI Tahap IV Tahun 2018 Seri B (BBRI02BCN4) senilai Rp260 miliar dari 9 kali transaksi di harga rata - rata 100,00%. 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika kembali ditutup melemah terbatas sebesar 8,00 pts (0,05%) pada level 13759,00 per dollar Amerika. Bergerak terbatas pada kisaran 13742,00 - 13767,00 per dollar Amerika, pelemahan nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin terjadi di tengah mata uang regional bergerak bervariasi terhadap dollar Amerika. Mata uang Rupee India (INR) memimpin pelemahan mata uang regional diikuti oleh mata uang Ringgit Malaysia (MYR) dan Rupiah Indonesia (IDR). Sedangkan mata uang Yen Jepang (JPY) merupakan mata uang regional yang terlihat menguat terhadap dollar Amerika diikuti oleh Baht Thailan (THB) dan Peso Philippina (PHP). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan bergerak terbatas di tengah minimnya katalis dari dalam dan luar negeri dengan kecenderungan mengalami kenaikan harga. Dari luar negeri, pergerakan imbal hasil surat utang global pada perdagangan kemarin mengalami penurunan imbal hasil. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun diperdagangkan pada kisaran 2,779%, dan imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 30 tahun yang diperdagangkan pada kisaran 2,994% terlihat mengalami penurunan dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Adapun imbal hasil dari surat tang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 0,499% sementara itu untuk surat utang Inggris (Gilt) ditutup pada level 1,392%. Kondisi pergerakan surat utang global tersebut kami perkirakan juga akan mempengaruhi arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika pada perdagangan hari ini. 
  • Adapun dari faktor domestik, pelaku pasar masih akan menantikan data neraca perdagangan yang akan disampaikan oleh Bank Indonesia pada hari Selasa, 16 April 2018. Dengan minimnya katalis domestik, kami perkirakan pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini akan lebih dipengaruhi oleh pergerakan aliran modal asing yang masuk di pasar Surat Utang Negara. 
  • Sementara itu secara teknikal, harga Surat Utang Negara yang berada pada area netral masih akan membatasi potensi kenaikan harga Surat Utang Negara meskipun harga Surat Utang Negara masih bergerak pada tren kenaikan harga. 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Dengan belum adanya sinyal pembalikan arah pergerakan harga serta keluarnya aliran modal asing dari pasar Surat Utang Negara, maka kami melihat bahwa harga Surat Utang Negara masih berpeluang mengalami kenaikan dalam jangka pendek. Beberapa seri Surat Utang Negara yang cukup menarik untuk ditransaksikan diantaranya adalah FR0069, FR0053, ORI013, FR0061, FR0073, FR0058, FR0074, FR0068, FR0072, dan FR0075. 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menegaskan peringkat “idA” untuk PT Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur. 
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menurunkan peringkat PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk menjadi “idA-”.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group