Beranda

RESEARCH

Company Update

12 Desember 2018

Fixed Income Notes 12 Desember 2018

Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika serta pergerakan imbal hasil surat utang global yang cenderung mengalami kenaikan mendorong kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, tanggal 11 Desember 2018. 

Kenaikan imbal hasil yang terjadi hingga sebesar 17 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan sebesar 5,5 bps dimana kenaikan yang cukup besar terjadi pada tenor 8 tahun hingga 20 tahun. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami kenaikan hingga sebesar 4 bps dikarenakan adanya penurunan harga hingga sebesar 9 bps. Sementara itu kenaikan imbal hasil hingga sebesar 5 bps didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah yang didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 25 bps. Sedangkan adanya penurunan harga yang mencapai 125 bps pada Surat Utang negara dengan tenor panjag telah menyebabkan adanya kenaikan imbal hasilnya hingga mencapai 17 bps. Kenaikan imbal hasil juga didapati pada keseluruhan Surat Utang Negara seri acuan, dimana tenor 5 tahun mengalami kenaikan sebesar 2 bps di level 8,077% dan tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 7 bps di level 8,502%. Adapun untuk seri acuan dengan tenor 10 tahun dan 15 tahun mengalami kenaikan masing - masing sebesar 17 bps di level 8,240% dan 8,360%. 

Pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin didorong oleh berlanjutnya pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika serta pergerakan imbal hasil surat utang global yang cenderung mengalami kenaikan. Dalam sepekan terakhir, nilai tukar Rupiah telah mengalami pelemahan sebesar 2,16% menjadi faktor yang mendorong terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder sehingga berdampak terhadap kenaikan imbal hasilnya. Kekhawatiran investor terhadap prospek perdagangan global di tengah perang dagang antara China dan Amerika Serikat serta ketidakpastian politik di kawasan Uni Eropa menjadi katalis eksternal yang mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang Negara. Pelaku pasar pada perdagangan kemarin cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi, yang tercermin pada penurunan volume perdagangan seiring dengan tren penurunan harga yang terjadi di pasar sekunder. 

Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, perubahan tingkat imbal hasilnya cenderung mengalami penurunan seiring dengan membaiknya persepsi risiko yang tercermin pada penurunan angka Credit Default Swap (CDS). Penurunan imbal hasil yang terjadi cenderung terbatas, karen pada saat yang sama, imbal hasil surat utang global justru bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan. Imbal hasil INDO28 dan INDO43 mengalami penurunan kurang dari 1 bps masing - masing berada di level 4,703% dan 5,308%. Adapun imbal hasil INDO22 mengalami penurunan hingga sebesar 2 bps di level 4,087%. 

Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp7,89 triliun dari 36 seri Surat Berharga negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp3,20 triliun. Obligasi Negara seri FR0075 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,065 triliun dari 60 kali transaksi di harga rata - rata 91,33% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0063    senilai Rp1,063 triliun dari 12 kali transaksi di harga rata - rata 90,97%. Adapun Project Based Sukuk seri PBS006 menjadi Sukuk negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp40,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 101,16% yang diikuti oleh perdagangan seri PBS012  senilai Rp 35,60 miliar dari 5 kali transaksi.

Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp761,50 miliar dari 48 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi II Bussan Auto Finance Tahun 2018 Seri A (BAFI02A) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp100,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 99,16% yang diikuti oleh perdagangan  Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap I Tahun 2018 Seri A (BEXI04ACN1) senilai Rp80,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 97,75%. Sementara itu Sukuk Ijarah I Angkasa Pura I Tahun 2016 Seri C (SIAPAI01C) menjadi sukuk korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp36,00 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 93,92% dan diikuti oleh perdagangan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan Indonesia Eximbank I Tahap II Tahun 2018 Seri B (SMBEXI01BCN2) senilai Rp6,00 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 99,94%.

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin kembali ditutup dengan mengalami pelemahan, sebesar 54,50 pts (0,37%) di level 14607,50 per Dollar Amerika. Bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14605,30 hingga 14655,00 per Dollar Amerika, pelemahan nilai tukar Rupiah terjadi di tengah pergerakan mata uang regional yang cukup bervariasi terhadap Dollar Amerika. Selain mata uang Rupiah, pelemahan didapati pada mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,73% dan diikuti oleh mata uang Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,31%. Melemahnya mata uang Rupee turut dipengaruhi oleh pengunduran diri dari Gubernur Bank Sentral India (RBI), Urjit Patel. Mata uang regional yang terlihat menguat terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin adalah Yen Jepang (JPY) dan Yuan China (CNY) berturut - turut sebesar 0,24% dan 0,13%. 

Imbal hasil Surat Utang Global pada perdagangan kemarin ditutup dengan kecenderungan mengalami kenaikan yang dipimpin oleh kenaikan imbal hasil US Treasury. Pada perdagangan di hari Selasa, imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun masing - masing ditutup dengan mengalami kenaikan di level 2,892% dan 3,139% di tengah optimisme pelaku pasar terhadap kesepakatan tarif antara China dengan Amerika Serikat. Sementara itu imbal hasil surat utang Inggris dan Jerman ditutup dengan penurunan masing - masing di level 1,189% dan 0,233% di tengah ketidakpastian politik di kawasan Uni Eropa seiring dengan tertundanya pengambilan suara terhadap rencana Brexit. Imbal haisl surat utang jepang dan Singapura pada perdagangan kemarin ditutup dengan kenaikan, masing - masing di level 0,043% dan 2,257%.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berpeluang untuk mengalami penurunan sehingga akan mendorong kenaikan tingkat imbal hasilnya. Pergerakan nilai tukar Rupiah masih akan menjadi faktor yang mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Selain itu, indikator teknikal menunjukkan bahwa harga Surat Utang Negara berada pada tren penurunan harga, sehingga akan mempengaruhi pergerakan harganya pada perdagangan hari ini. Faktor eksternal akan lebih dominan dalam mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang Negara di tengah minimnya data ekonomi domestik yang akan disampaikan pada pekan ini. 

Rekomendasi : Pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami penurunan akan mendorong terjadinya kenaikan tingkat imbal hasilnya. Di tengah laju inflasi domestik yang terkendali, kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara menjadi peluang yang menarik bagi investor jangka panjang seperti dana pensiun maupun asuransi. Beberapa seri yang kami rekomendasikan untuk dicermati adalah berikut ini : FR0053, FR0061, FR0043, FR0070, FR0056, FR0042 dan FR0058. Adapun seri berikut ini akan menarik untuk diakumulasi apabila kembali mengalami penurunan pada perdagangan hari ini, diantaranya adalah : FR0071, FR0073, FR0068 dan FR0072. 

PT Pemeringkat Efek Indonesia menetapkan peringkat "idAAA" terhadap rencana penerbitan Obligasi Berkelanjutan PT Angkasa Pura II (Persero).

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group