Beranda

RESEARCH

Company Update

12 Juli 2019

Fixed Income Notes 12 Juli 2019

Penguatan nilai tukar serta pergerakan imbal hasil surat utang global yang mengalami penurunan mendorong terjadinya kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 11 Juli 2019.
 
Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 14 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 3 bps dimana penurunan imbal hasil Surat Utang Negara terjadi keseluruhan tenor, baik tenor pendek, menengah, maupun tenor panjang. 

Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) bergerak mengalami penurunan imbal hasil yang berkisar antara 3 - 13 bps dengan adanya perubahan harga yang berkisar antara 4 - 33 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 14 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 57 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan hingga sebesar 10 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 75 bps. 

Kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin seiring dengan tren penurunan imbal hasil surat utang regional serta imbal hasil surat utang global. Namun kenaikan imbal hasil ditengah volume perdagangan pada perdagangan kemarin cenderung kecil seiring dengan investor yang menantikan beberapa data yang akan disampaikan pada pekan depan. Sementara itu penurunan imbal hasil pada perdagangan kemarin juga didukung oleh faktor penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika di tengah pelemahan mata uang dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. 

Secara keseluruhan, penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin telah mendorong imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan turun pada posisi 6,619% (-14 bps) untuk tenor 5 tahun, di posisi 7,207% (-11 bps) untuk tenor 10 tahun, di posisi 7,624% (-1 bps) untuk tenor 15 tahun dan di posisi 7,738% (-5 bps) untuk tenor 20 tahun. 

Penurunan imbal hasil juga terjadi pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika ditengah kenaikan imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari INDO24 dan INDO29 ditutup turun sebesar 7 bps masing - masing di level 2,904% dan 3,268% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 27 bps dan 75 bps. Adapun imbal hasil dari INDO44 mengalami penurunan sebesar 4,8 bps di level 4,261% didorong oleh kenaikan harga sebesar 91 bps dan INDO49 mengalami penurunan sebesar 5 bps di level 4,138% didorong oleh adanya kenaikan harga sebesar 99 bps.
 
Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporan pada perdagangan kemarin menunjukkan adanya peningkatan dibandingan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp24,56 triliun dari 48 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan, volume perdagangan yang dilaporkan mencapai Rp7,04 triliun. Obligasi Negara seri FR0059 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp4,42 triliun dari 60 kali transaksi di harga rata - rata 98,70% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp3,46 triliun dari 149 kali transaksi di harga rata - rata 107,06%. 
 
Adapun dari perdagangan obligsi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,38 triliun dari 57 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Chandra Asri Petrochemical Tahap II Tahun 2019 (TPIA02CN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp199 miliar dari 1 kali transaksi di harga 100,85% dan diikuti oleh Obligasi PLN VIII Tahun 2006 Seri B (PPLN08B) senilai Rp160 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 110,98%. 

Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat sebesar 66,00 pts (0,47%) pada level 14067,00 per dollar Amerika. Bergerak dengan mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14053,00 hingga 14108,00 per dollar Amerika, penguatan nilai tukar rupiah tersebut terjadi di tengah menguatnya pergerakan mata uang regional terhadap dollar Amerika seiring dengan melemahnya nilai tukar dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Adapun yang memimpin penguatan pada mata uang regional didapati pada mata yang Baht Thailand (THB) sebesar 0,72% dan diikuti oleh mata uang Won Korea Selatan (KRW), Peso Filipina (PHP), dan Ringgit Malaysia (MYR) yang masing-masing menguat sebesar 0,69%; 0,55%; 0,53%. Adapun yang mengalami pelemahan tertinggi mata uang regional didapati pada mata uang Dollar Hongkong (HKD) sebesar 0,02% terhadap Dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara berpeluang untuk mengalami kenaikan di tengah kembali naiknya imbal hasil dari US Treasury. Imbal hasil dari US Treasury pada perdagangan hari Kamis kembali ditutup dengan mengalami kenaikan. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup naik pada level 2,127% begitu pula dengan tenor 30 tahun yang ditutup naik pada level 2,646%. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (bund) dan Inggris (gilt) dengan tenor 10 tahun ikut ditutup naik masing - masing pada level –0,259% dan 2,125%. Adanya kenaikan imbal hasil surat utang tersebut kami perkirakan akan mendorong terjadinya kenaikan harga terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika pada perdagangan hari ini. 

Dari faktor domestik, pelaku pasar akan mencermati data perkembangan neraca perdagangan serta Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang akan disampaikan pada pekan depan. Sementara itu secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak dalam tren kenaikan, hanya saja kenaikan harga akan dibatasi oleh kondisi harga Surat Utang Negara yang berada pada area konsolidasi. Sehingga membuka peluang untuk pergerakan harga yang sideways pada hari ini. 

Rekomendasi
Dengan kondisi tersebut, kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergarakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan melakukan strategi trading memanfaatkan momentum kenaikan harga. Beberapa seri yang masih cukup menarik adalah seri FR0031, FR0053, FR0056, FR0059, FR0064, FR0071, FR0073, dan FR0058. 
 
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan peringkat “idA+” pada PT Global Mediacom Tbk (BMTR), mempertahankan kondisi negatif.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group