Beranda

RESEARCH

Company Update

12 Oktober 2017

Fixed Income Notes 12 Oktober 2017

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 11 Oktober 2017 bergerak terbatas dengan kecenderungan      mengalami kenaikan di tengah berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah jelang disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. 
  • Perubahan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 1 - 3 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 1 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor 6 - 12 tahun. 
  • Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) bergerak terbatas dengan mengalami perubahan hingga sebesar 2 bps di tengah perubahan harga yang hanya berkisar antara 2 - 6 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) terlihat mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 10 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang juga cenderung bergerak bervariasi dengan adanya perubahan hingga sebesar 3 bps didorong oleh adanya koreksi harga hingga sebesar 20 bps. 
  • Masih berlanjutannya pergerakan imbal hasil dengan kecenderungan mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin didorong oleh berlanjutnya tekanan terhadap nilai tukar rupiah seiring dengan pelemahan nilai tukar dollar Amerika terhadap mata uang dunia di tengah bervariasinya pergerakan mata uang regional terhadap dollar Amerika serta adanya kenaikan imbal hasil surat utang global  yang mendukung kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara. 
  • Adapun kenaikan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin didukung oleh volume perdagangan yang cukup kecil dibandingkan dengan volume perdagangan di hari Selasa, mengindikasikan bahwa pelaku pasar cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi jelang disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes) yang akan disampaikan pada hari Kamis waktu setempat. Pelaku pasar masih mencermati sinyal kebijakan moneter yang akan diambil oleh Bank Sentral Amerika pada pertemuan di akhir September 2017. pertemuan tersebut kemungkinan akan menawarkan pengingat mengenai ekonomi, adapun perdebatan terkait tentang pasar tenaga kerja dan upah di FOMC Minutes mungkin akan terlihat tidak up to date meningkat lonjakan dan revisi ke atas terhadap data upah dalam laporan pekerjaan pekan lalu.  
  • Sehingga secara keseluruhan, perubahan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin hanya mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil Surat Utang  Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 15 tahun yang terlihat kurang dari 1 bps masing - masing di level 6,216% dan 7,151%. Adapun terhadap seri acuan dengan tenor 10 tahun imbal hasilnya mengalami kenaikan sebesar 1,5 bps di level 6,563%. Sedangkan seri acuan dengan tenor 20 tahun justru cenderung mengalami kenaikan walaupun terbatas kurang dari 1 bps di level 7,330%. 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan demominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan harganya cenderung mengalami kenaikan yang terjadi pada sebagian besar seri Surat Utang Negara sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil di tengah imbal hasil US Treasury yang mengalami penurunan. Dimana tenor panjang mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan yang didapati pada tenor pendek. Imbal hasil dari INDO-27 dan INDO-37 mengalami penurunan sebesar 2 bps masing - masing di level 3,524% dan 4,445% didorong oleh adanya kenaikan harga sebesar 15 bps dan 30 bps serta imbal hasil dari INDO-47 yang ditutup dengan mengalami penurunan sebesar 1,5 bps di level 4,436% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 30 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-20 relatif tidak banyak mengalami perubahan di level 2,095%.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp5,83 triliun dari 38 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp1,69 triliun. Obligasi Negara seri SR008 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp630,5 miliar dari 21 kali transaksi di harga rata - rata 102,58% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0072 senilai Rp579,6 miliar dari 24 kali transaksi di harga rata - rata 108,95%. 
  • Sedangkan dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,43 triliun dari 37 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Pegadaian Tahap I Tahun 2017 Seri A (PPGD03ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp792 miliar dari 12 kali transaksi di harga rata - rata 100,03% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III SMF Tahap Vi Tahun 2016 (SMFP03CN6) senilai Rp200 miliar dari 11 kali transaksi di harga rata - rata 103,93%. 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup melemah sebesar pts 18,00 pts (0,13%) pada level 13530,00 per dollar Amerika setelah mengalami pelemahan berturut - turut dalam tiga hari terakhir. Bergerak dengan berfluktuasi terhadap dollar Amerika sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13494,00 hingga 13543,00 per dollar Amerika, pelemahan nilai tukar rupiah di tengah pergerakan mata uang regional yang mengalami pergerakan yang bervariasi terhadap dollar Amerika. Penguatan mata uang regional dipimpin oleh mata uang Dollar Taiwan (TWD) dan diikuti oleh Yen Jepang (JPY) serta Peso Philippina (PHP). Adapun Yuan China (CNY) memimpin pelemahan terhadap dollar Amerika diikuti oleh Ringgit Malaysia (MYR) dan Dollar Singapura (SGD). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder akan cenderung bergerak terbatas terutama pada Surat Utang Negara dengan tenor panjang jelang disampaikannya notulen Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Minutes). Notulen tersebut akan disampaikan pada hari Kamis waktu setempat. 
  • Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup turun terbatas di level 2,354% jelang FOMC Minutes. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) masing - masing justru ditutup naik pada level 0,463% dan 1,388%. Dengan pergerakan imbal hasil surat utang global yang bergerak dengan mengalami kenaikan serta belum ada katalis positif untuk merubah tren pelemahan nilai tukar, maka akan berpeluang untuk mendorong terjadinya penurunan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika. 
  • Adapun harga Surat Utang Negara dengan denomiansi mata uang rupiah kami perkiarakan masih akan bergerak terbatas dalam jangka pendek, dimana secara teknikal sebagian besar seri Surat Utang Negara berada pada area konsolidasi. Hal tersebut kami perkirakan akan berdampak terhadap terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara di tengah pelaku pasar yang masih akan mencermati beberapa data dari dalam dan luar negeri sebelum kembali melakukan akumulasi pembelian Surat Utang Negara. 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading memanfaatkan momentum fluktuasi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Kami masih merekomendasikan Surat Utang Negara sebagai portofolio trading seperti seri FR0069, FR0053, FR0070, FR0071, FR0073, FR0065, FR0068 serta FR0072.
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia menegaskan peringkat "idA" terhadap PT Bank Nagari. 
  • Pencatatan Obligasi Berkelanjutan III Federal International Finance dengan Tingkat Bunga Tetap Tahap II Tahun 2017 pada tanggal 10 Oktober 2017.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group