Beranda

RESEARCH

Company Update

15 Juli 2019

Fixed Income Notes 15 Juli 2019

Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jumat, 12 Juli 2019 bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika sebagai respon atas pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika.
 
Perubahan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan kemarin berkisar antara 1 - 18 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 6 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor pendek, 1 - 4 tahun. 

Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) bergerak  dengan mengalami perubahan hingga sebesar 18 bps di tengah perubahan harga yang hanya berkisar antara 1 - 60 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) terlihat mengalami penurunan berkisar antara 4 - 11 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 66 bps dan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang juga cenderung bergerak bervariasi dengan adanya perubahan hingga sebesar 14 bps didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 114 bps. 

Perubahan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin disebabkan respon atas pidato dari Gubernur Bank Sentral Amerika yang menyatakan bahwa perekonomian Amerika Serikat terbebani akibat adanya tensi perdagangan serta perlambatan ekonomi global. Kami menilai bahwa pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa The Fed akan melakukan persiapan untuk memangkas suku bunga acuannya dalam waktu dekat sehingga pada perdagangan kemarin, pelaku pasar mengambil posisi ke aset yang lebih beresiko dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. 
 
Hal tersebut turut mempengaruhi terbatasnya perubahan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan, dimana pada perdagangan di akhir pekan kemarin perubahan imbal hasilnya hingga sebesar 10 bps masing - masing di level 6,564% untuk tenor 5 tahun, di level 7,178% untuk tenor 10 tahun, di level 7,524% untuk tenor 15 tahun dan di level 7,716% untuk tenor 20 tahun. 

Sementara itu dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, imbal hasil dari INDO24 mengalami kenaikan sebesar 2 bps di level 2,919% dan INDO29 mengalami kenaikan sebesar 2 bps di level 3,286% setelah mengalami koreksi harga masing - masing sebesar 8 bps dan 18 bps. Adapun imbal hasil dari INDO44 dan INDO49 keduanya mengalami penurunan sebesar 3 bps masing-masing di level 4,290% dan 4,168% setelah mengalami penurunan harga berkisar antara 55 - 60 bps. 

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan akhir pekan kemarin terlihat mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan pada perdagangan di hari Kamis, namun masih terlihat cukup aktif dengan volume sebesar Rp21,12 triliun dari 42 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dengan volume seri acuan yang dilaporkan senilai Rp10,58 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp6,79 triliun dari 83 kali transaksi di harga rata - rata 107,36% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp1,76 triliun dari 69 kali transaksi di harga rata - rata 106,33%. Sementara itu, untuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan volume terbesar didapati pada Project Based Sukuk dengan seri PBS014 yaitu senilai Rp431,15 miliar dari 7 kali transaksi dan diikuti seri PBS019 dengan volume sebesar Rp102,20 miliar dengan 2 kali perdagangan.
 
Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan obligasi korporasi senilai Rp1,36 triliun dari 47 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.  Sukuk Wakalah Medco Power Indonesia II Tahun 2019 Seri  A (SWMEDP02A) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp440,00  miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,20%. Diikuti oleh seri Obligasi Berkelanjutan II Jaya Ancol Tahap I Tahun 2019 (PJAA02CN1) Rp163,00  miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,03% 

Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada perdagangan kemarin ditutup menguat sebesar 61,00 pts pada level 14007,00 per dollar Amerika setelah dibuka melemah dan kemudian berbalik menguat pada pertengahan sesi perdagangan. Pergerakan nilai tukar Rupiah bergerak pada kisaran 14007,00 hingga 14090,00 per dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut terjadi seiring dengan pelemahan sebagian besar mata uang regional terhadap dollar Amerika. Adapun yang memimpin pelemahan mata uang regional didapati pada mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,93% yang diikuti oleh pelemahan Won Korea Selatan (KRW) dan Rupee India masing-masing sebesar 0,46% dan 0,27%. Sementara itu, mata uang regional yang mengalami penguatan tertinggi didapati pada mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,43% dan diikuti oleh penguatan Peso Filipina (PHP) dan Yen Jepang (JPY) masing-masing sebesar 0,10% dan 0,08% terhadap dollar Amerika.

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak bervariasi dengan arah pergerakan yang cenderung mendatar yang disebabkan oleh adanya lelang Surat Utang Negara yang akan diselenggarakan besok sehingga para pelaku pasar lebih menahan diri untuk bertransaksi di pasar sekunder. Sementara itu, para pelaku pasar pada hari ini akan menantikan disampaikannya data neraca perdagangan oleh Badan Pusat Statistik. Data neraca perdagangan tersebut cukup penting mengingat aktifitas perdagangan ekspor dan impor menjadi penunjang pertumbuhan ekonomi domestik. Selain itu, dari sisi eksternal, para pelaku pasar juga menantikan beberapa rilis data diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi China kuartal II 2019, perdagangan internasional Jepang periode Juni serta rilisnya data suku bunga acuan Korea Selatan, dimana data-data tersebut besar kemungkinan dapat menjadi sentimen penggerak pasar hari ini.

Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun terlihat mengalami kenaikan di level 2,124% sementara itu imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 30 tahun juga ditutup naik pada level 2,648%. Sementara itu imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level –0,212% dan pada tenor 30 tahun turun di level 0,387%. Adapun imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) mengalami kenaikan pada level 0,838% untuk tenor 10 tahun. 

Sedangkan secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih untuk beberapa seri Surat Utang Negara sudah mulai terlihat bergerak pada tren kenaikan harga khususnya pada seri jangka panjang, sehingga arah pegerakan harganya dalam jangka pendek kami perkirakan akan cenderung terbatas dan kemungkinan akan bergerak naik. 

Rekomendasi
Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Strategi trading masih kami sarankan di tengah kondisi pasar surat utang yang masih akan bergerak berfluktuasi seiring dengan kondisi yang terjadi di pasar keuangan global dengan pilihan masih pada tenor pendek dan panjang seperti seri FR0053, FR0070, FR0056, FR0059, FR0064 dan FR0071.
 
Pekan depan pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) pada hari Selasa, tanggal 16 Juli 2019 dengan seri SPN03191017 (New Issuance), SPN12200410 (Reopening), FR0077 (Reopening), FR0078 (Reopening), FR0080 (Reopening), FR0079 (Reopening), FR0076 (Reopening).  
 
Pada sepekan kedepan terdapat tiga surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp1,81 triliun.     

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group