Beranda

RESEARCH

Company Update

16 Januari 2019

Fixed Income Notes 16 Januari 2019

Imbal hasil Surat Utang Negara kembali bergerak variatif dengan masih menunjukan kenaikan di tengah data neraca perdagangan bulan Desember 2018 yang kembali mengalami defisit

Pada perdagangan hari Selasa, 15 Januari 2019 tingkat imbal hasil bergerak variatif dengan kecenderungan mengalami kenaikan rata-rata sebesar 2 bps yang didorong oleh adanya penurunan harga Surat Utang Negara rata-rata mencapai 15 bps. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami perubahan hingga sebesar 2 bps di tengah adanya perubahan harga yang mencapai 8 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah mengalami kenaikan rata-rata sebesar 2 bps didorong oleh adanya penurunan harga yang berkisar antara 8 bps hingga 13 bps. Sedangkan imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan rata-rata sebesar 2 bps didorong oleh adanya penurunan harga yang mencapai 42 bps. Adapun dari seri acuan Surat Utang Negara, kenaikan imbal hasil terjadi pada keseluruhan seri dengan kenaikan rata-rata sebesar 3 bps setelah mengalami penurunan harga rata-rata sebesar 21 bps. Seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun mengalami kenaikan imbal hasil hingga mendekati 2 bps masing - masing di level 7,910% dan 7,991%. Sementara itu untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun mengalami kenaikan imbal hasil hingga mendekati 4 bps di level 8,384%.

Perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin turut dipengaruhi oleh neraca perdagangan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik yang menyatakan bahwa posisi neraca perdagangan Indonesia pada bulan Desember 2018 mengalami defisit sebesar US$ 1,1 miliar. Defisit ini masih lebih kecil dibandingkan dengan November 2018 yang mencapai US$ 2,05 miliar. Defisit neraca perdagangan disebabkan oleh impor pada bulan Desember 2018 yang mencapai US$ 15,48 miliar yang disumbang dari impor migas yang mencapai 31,45%, sedangkan untuk ekspor pada bulan Desember 2018 tercatat sebesar US$ 14,18 miliar.

Seiring dengan pergerakan imbal hasil US Treasury yang menunjukkan penguatan, namun imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika menunjukkan penurunan yang bervariasi terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara. Imbal hasil dari INDO24 mengalami penurunan sebesar 1 bps di level 4,092% didorong oleh adanya kenaikan harga hingga 3 bps. Adapun imbal hasil dari INDO29 dan INDO44 pada perdagangan kemarin ditutup dengan mengalami penurunan masing - masing berada pada level 4,411% dan 5,102%.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, senilai Rp25,33 triliun dari 36 seri Surat Utang Negara dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp6,61 miliar. Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp5,77 triliun dari 82 kali transaksi di harga rata - rata 102,4% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0068 senilai Rp5,67 triliun dari 121 kali transaksi di harga rata - rata 100,01%. Adapun Sukuk Negara Ritel seri SR008 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp57,47 miliar dari 21 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS016 senilai Rp40,00 miliar dari 2 kali transaksi.

Adapun volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan senilai Rp767,95 miliar dari 42 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Bank Maybank Indonesia Tahap III Tahun 2018 Seri A (BNII02ACN3) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp200,0 miliar dari 4 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan  Obligasi Berkelanjutan I Bank BRI Tahap III Tahun 2016 Seri B  (BBRI01BCN3) senilai Rp60,0 miliar dari 4 kali transaksi. Adapun Obligasi I AKR Corporindo Tahun 2012 Seri B (AKRA01B) dan Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank III Tahap V Tahun 2017 Seri A (BEXI03ACN5)  menduduki posisi ketiga dan keempat terbesar volume perdagangan terbesar yaitu masing-masing sebesar Rp56 miliar dari 9 kali transaksi dan Rp50 miliar dari 4 kali transaksi.

Nilai tukar Rupiah terhadapa Dollar Amerika pada perdagangan kemarin kembali ditutup dengan mengalami penguatan sebesar 35 pts (0,25%) di level 14090 per Dollar Amerika. Bergerak pada kisaran 14070 hingga 14100 per Dollar Amerika. Penguatan nilai tukar mata uang Rupiah tersebut seiring dengan penguatan mata uang regional. Mata uang Peso Filipina (PHP) memimpin penguatan mata uang regional terhadap dollar Amerika sebesar 0,44 % diikuti penguatan mata uang Rupiah Indonesia (IDR) dan mata uang Won Korea Selatan (KRW) masing-masing sebesar 0,25% dan 0,22%. Adapun yang memimpin pelemhan mata uang regional terjadi pada mata uang Yen Jepang (JPY) yaitu sebesar 0,43% yang diikuti mata uang Rupee India (INR) dan mata uang Ringgit Malaysia (MYR) masing-masing sebesar 0,15% dan 0,13%.

Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup menguat pada level 2,713%, seiring dengan dengan yang terjadi pada indeks pasar saham Amerika Serikat yang mengalami kenaikan sebesar 65 bps di level 24065,59 (DJIA). Sedangkan Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama ditutup turun pada level masing-masing 0,201% dan 1,25%. 

Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih berpotensi mengalami penurunan ditengah dirilisnya data neraca perdagangan bulan Desember 2018 yang kembali mengalami defisit oleh Badan Pusat Statistik. Kondisi tersebut kami perkirakan akan berdampak negatif terhadap perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi rupiah maupun dollar Amerika. Namun demikian kami melihat bahwa penurunan harga tersebut akan mulai terbatas, didukung oleh hasil positif dari lelang penjualan Surat Utang Negara. Pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini akan lebih banyak dipengaruhi oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.

Rekomendasi Dengan beberapa faktor tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Arah pergerakan nilai tukar rupiah akan menjadi faktor yang mempengaruhi pergerakan harga Surat utang Negara di pasar sekunder. Beberapa seri yang cukup menarik untuk dicermati diantaranya adalah sebagai berikut ini : FR0075, FR0068, FR0065, FR0063, FR0053 dan FR0056.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group