Beranda

RESEARCH

Company Update

16 Juni 2017

Fixed Income Notes 16 Juni 2017

  • Surplus neraca perdagangan di bulan Mei 2017 serta stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dukung penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis, 16 Juni 2017 jelang berakhirnya Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika.
  • Penurunan imbal hasil berkisar antara 1 - 7 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 2 bps dimana penurunan imbal hasil terjadi pada Surat Utang Negara keseluruhan tenor. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 3 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 1 - 5 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 7 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga 40 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) mengalami penurunan yang berkisar antara 1 - 5 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 2 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga yang berkisar antara 10 - 40 bps. 
  • Penurunan imbal hasil Surat Utang Negara yang terjadi pada perdagangan kemarin didorong oleh aksi pembelian investor sebagai respon atas data neraca perdagangan. Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa di bulan Mei 2017 terjadi surplus neraca perdagangan sebesar US$475 juta yang diperoleh dari nilai ekspor yang sebesar US$14,29 miliar dan nilai impor yang sebesar US$13,82 miliar. Dengan surplus neraca perdagangan di bulan Mei 2017 tersebut, maka neraca perdagangan tahun berjalan (YTD) mencatatkan surplus sebesar US$5,89 miliar. Hal tersebut menjadi katalis positif bagi pergerakan harga Surat Utang Negara  sehingga akan menambah kemampuan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika. 
  • Selain itu, penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin juga didukung oleh stabilya nilai tukar rupiah jelang berakhirnya pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Sehingga secara keseluruhan, penurunan imbal hasil pada perdagangan kemarin telah mendorong imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun berada pada level 6,622 % (-1,5 bps), tenor 10 tahun berada pada level 6,810% (-5 bps), tenor 15 tahun berada pada level 7,320% (-2,5 bps) dan tenor 20 tahun berada pada level 7,520% (-2,5 bps). 
  • Adapun dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika juga ditutup dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah tren pergerakan imbal hasil surat utang regional yang bergerak turun jelang berakhirnya Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Imbal hasil dari INDO-20 ditutup turun sebesar 1 bps di posisi 2,271% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 2,5 bps. Sedangkan imbal hasil dari INDO-27 ditutup turun sebesar 3,5 bps di level 3,610% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 30. Adapun imbal hasil dari INDO-47 juga mengalami penurunan sebesar 4,5 bps di level 4,542% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 75 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami kenaikan senilai Rp16,15 triliun dari 42 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp6,01 triliun. Obligasi Negara seri FR0070 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,36 triliun dari 43 kali transaksi di harga rata - rata 109,00% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0072 senilai Rp1,77 triliun dari 111 kali transaksi di harga rata - rata 106,71%. 
  • Sedangkan volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp797,1 miliar dari 40 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan II Waskita KaryaTahap III Tahun 2017 Seri A (WSKT02ACN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp122,4 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,23% yang diikuti oleh perdagangan  Obligasi Berkelanjutan II Sumber Alfaria Trijaya Tahap I Tahun 2017 (AMRT02CN1) senilai Rp86 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,13%. 
  • Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah sebesar 10,00 pts pada level 13286,00 per dollar Amerika setelah bergerak pada kisaran 13272,00 hingga 13297,00 per dollar Amerika. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika tersebut seiring dengan pelemahan seluruh mata uang regional di tengah penguatan dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia jelang berakhirnya Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Ameirka. Mata uang Peso Philippina (PHP) memimpin pelemahan mata uang regional yang diikuti oleh Dollar Singapura (SGD) dan Ringgit Malaysia (MYR). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan bergerak bervariasi sebagai respon atas keputusan Bank Sentral Amerika untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya. Hasil dari Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika yang berakhir pada hari Rabu waktu setempat memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada kisara 1,00% - 1,25% sebagaimana yang telah diperkirakan oleh pelaku pasar. 
  • Pelaku pasar dalam negeri merespon positif keputusan Bank Sentral Amerika terlihat dari volume perdagangan pada hari kemarin terlihat mengalami kenaikan, namun adanya rencana pengurangan balance sheet oleh The Fed kami perkirakan akan memberikan dampak negatif terhadap pasar US Treasury sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pergerakan pasar Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik di level 2,16% setelah sempat berada pada kisaran 2,15% jelang berakhirnya Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama juga ditutup naik pada level 0,28% dan 1,03%. Kondisi tersebut kami perkirakan akan berdampak negatif terhadap perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi rupiah maupun dollar Amerika pada perdagangan hari ini, terlebih dengan adanya sinyal penguatan dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. 
  • Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara mulai menunjukkan pelemahan sinyal tren kenaikan harga pada tenor panjang memberikan peluang penurunan harga pada perdagangan hari ini. Didorong oleh adanya sinyal bahwa beberapa seri Surat Utang Negara telah mendekati area jenuh beli (overbought). 
  • Rekomendasi : Dengan kombinasi beberapa faktor tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan melakukan strategi trading memanfaatkan momentum kenaikan harga. Beberapa pilihan yang masih menarik adalah seri FR0066, FR0048, FR0069, FR0036, ORI013, FR0045, FR0057, dan FR0062. Adapun obligasi ritel negara seri ORI013 manawarkan imbal hasil yang lebih tinggi dengan tenor yang sama sehingga kami menyarankan investor untuk mempertimbangkan ORI013 sebagai instrumen investasi jangka pendek.
  • Rencana Lelang Surat Utang Negara seri SPN03170921 (New Issuance), SPN12180301 (Reopening), FR0061 (Reopening), FR0072 (Reopening) dan FR0074 (Reopening) pada hari Selasa, tanggal 20 Juni 2017.
  • Keterangan Pers Hasil Pelunasan Sebelum Jatuh Tempo (Early Redemption) Saving Bond Ritel (SBR) Seri SBR002. 

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group