Beranda

RESEARCH

Company Update

18 Februari 2019

Fixed Income Notes 18 Februari 2019

Pada perdagangan akhir pekan kemarin, hari Jumat, tanggal 15 Februari 2019, perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
 
Perubahan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan akhir pekan mencapai 31 bps dengan rata-rata kenaikan sebesar 4,3 bps. Hal ini didorong oleh turunnya harga Obligasi Negara rata-rata sebesar 36 bps. Adapun untuk Obligasi Negara seri acuan semua serinya mengalami kenaikan imbal hasil hingga sebesar 5,5 bps yang diakibatkan oleh turunnya harga Obligasi Negara hingga sebesar 47 bps. Adapun kenaikan imbal hasil terbesar didapati pada Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun sebesar 5,5 bps di level 8,31% yang didorong oleh koreksi harga obligasi sebesar 47 bps dan dilanjutkan pada Surat Utang Negara bertenor 10 tahun yang ditutup dengan mengalami kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 5,3 bps dilevel 8,01% yang di akibatkan oleh turunya harga sebesar 37 bps. Sementara itu, untuk Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 20 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 4,1 bps yang disebabkan oleh terjadinya penurunan harga sebesar 39 bps. Selanjutnya, untuk Surat Utang Negara bertenor 5 tahun mengalami kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 2,9 bps yang didorong oleh turunnya harga sebesar 13 bps.
 
Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin masih didorong oleh adanya koreksi harga Surat Utang Negara menjelang liburnya pasar utang Amerika Serikat dan minimnya imbal hasil pergerakan surat utang global. Pelaku pasar merespon kondisi tersebut dengan melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder, sehingga mendorong terjadinya koreksi harga terutama pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah dan panjang. Selain itu, adanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah pada beberapa hari ini berdampak terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Hanya saja, kami melihat koreksi harga pada perdagangan kemarin tidak diikuti oleh volume perdagangan yang besar, mengindikasikan bahwa pelaku pasar cenderung menahan diri guna melakukan transaksi di pasar sekunder.  
 
Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, tingkat imbal hasilnya masih terlihat mengalami kenaikan ditengah kenaikan imbal hasil surat utang global. Adapun imbal hasil dari seri INDO24 dan INDO44 mengalami rata-rata kenaikan sebesar 1,5 bps sehingga didapati masing-masing berada pada level 3,84% dan 4,99% yang didorong oleh penurunan harga masing-masing sebesar 6,8 bps dan 27,8 bps. Sementara itu, untuk tingkat imbal hasil dari seri INDO29 juga turut mengalami kenaikan sebesar 2,8 bps sehingga berada pada level 4,21% yang diakibatkan oleh turunnya harga sebesar 23 bps. Adapun untuk seri INDO49 mengalami kenaikan tingkat imbal hasil sebesar 3,2 bps sehingga berada pada level 4,92% yang didorong oleh turunnya harga sebesar 52,6 bps.  
 
Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan hari Jumat, tanggal 15 Februari 2019 mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp8,102 triliun dari 44 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Adapun Surat Utang Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,58 triliun dari 37 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0078 senilai Rp2,01 triliun dari 82 kali transaksi. Sementara itu, untuk perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk seri PBS013 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp1,44 triliun dari 16 kali transaksi dan diiringi dengan volume Sukuk Negara Ritel seri SR008 sebesar Rp532,00 miliar untuk 13 kali transaksi.
 
Volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan lebih kecil daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp284,82 miliar dari 31 seri obligasi korporasi yang ditransaksikan. Adapun untuk Obligasi Berkelanjutan I XL Axiata Tahap II Tahun 2019 Seri B (EXCL01BCN2) menjadi obligasi koporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp75,00 miliar dari 3 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap I Tahun 2018 Seri A (BEXI04ACN1) senilai Rp60,00 miliar dari 8 kali perdagangan. Selanjunya, untuk obligasi korporasi dengan volume Rp36,00 miliar dari 3 kali transaksi didapati pada perdagangan Sukuk Ijarah Berkelanjutan II XL Axiata Tahap I Tahun 2018 Seri A (SIEXCL02ACN1)
 
Pada perdagangan di akhir pekan kemarin pada tanggal 15 Februari 2019, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami pelemahan sebesar 59 pts (0,42%) di level 14149,00 per Dollar Amerika. Pergerakan nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14093,00 hingga 14158,00 per Dollar Amerika. Adapun Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami pelemahan seiring dengan nilai tukar mata uang regional yang melemah terhadap mata uang Dollar Amerika. Mata uang regional yang mengalami penguatan paling tinggi didapati pada mata uang Baht Thailand (THB)sebesar 0,28% diikuti oleh mata uang Yen Jepang (JPY) yang mengalami penguatan sebesar 0,06% terhadap mata uang Dollar Amerika. Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada mata uang Rupiah Indonesia (IDR) yang melemah sebesar 0,42% diiringi dengan pelemahan mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,31% dan mata uang Ringgit Malaysia (MYR) yang melemah sebesar 0,27% terhadap mata uang Dollar Amerika.
 
Adapun Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami penguatan terbatas sebesar 0,5 bps bps pada level 2,66%. Namun, hal ini tidak terjadi pada US Treasury bertenor 30 tahun yang mengalami penurunan sebesar 1,5 bps sehingga berada pada level 2,99%. Pelemahan imbal hasil US Treasury ini terjadi ditengah kondisi pasar saham Amerika yang ditutup dengan mengalami penguatan, dimana indeks NASDAQ ditutup menguat sebesar 61 bps sehingga berada pada level 7472,41 sedangkan untuk indeks DJIA juga turut mengalami kenaikan sebesar 174 bps sehingga berada pada level 25883,25. Sementara itu untuk obligasi Inggris (Gilt) mengalami kenaikan di semua tenornya, baik pada tenor 5, 10 dan 30 tahun, masing-masing sebesar 0,81%, 1,16%, dan 1,68%. Sedangkan untuk obligasi Jerman (Bund) mengalami penurunan untuk semua tenornya baik itu bertenor 10, 20, dan 30 tahun masing-masing sebesar 0,09%, 0,44%, 0,72%.
 
Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan bergerak terbatas dengan minimnya katalis dari dalam maupun luar negeri serta pelaku pasar yang akan wait and see untuk rilisnya beberapa data dalam beberapa waktu kedepan. Adapun pada perdagangan hari ini, harga Surat Utang Negara masih akan banyak dipengaruhi oleh keadaan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
 
Rekomendasi
Dengan minimnya katalis dari dalam dan luar negeri maka kami perkirakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini akan cenderung bergerak terbatas. Kami masih menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan melakukan strategi trading di tengah harga Surat Utang Negara yang masih bergerak berfluktuasi. Kami juga masih merekomendasikan seri - seri Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah sebagai pilihan di tengah kondisi pasar yang masih berfluktuasi, yaitu seri FR0069, FR0053, FR0063, FR0070, FR0056, FR0059, FR0073, dan FR0058.

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group