Beranda

RESEARCH

Company Update

18 Maret 2019

Fixed Income Notes 18 Maret 2019

  • Pada perdagangan akhir pekan kemarin, hari Jumat, tanggal 15 Maret 2019, perubahan harga Surat Utang Negara mengalami kenaikan di tengah menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat adanya surplus neraca perdagangan bulan Februari 2019.
  • Perubahan harga yang terjadi pada perdagangan akhir pekan mencapai 87 bps dengan rata-rata kenaikan sebesar 8,3 bps. Hal ini berdampak pada turunnya  rata-rata imbal hasil Obligasi Negara sebesar 2 bps. Adapun untuk Obligasi Negara seri acuan semua serinya mengalami kenaikan harga hingga sebesar 85 bps yang mengakibatkan turunnya imbal hasil Obligasi Negara hingga sebesar 10 bps. Adapun kenaikan harga terbesar didapati pada Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 15 tahun sebesar 85 bps yang mendorong turunnya imbal hasil obligasi sebesar 10 bps di level 8,117% dan dilanjutkan pada Surat Utang Negara bertenor 20 tahun yang ditutup dengan kenaikan harga sebesar 61 bps mengakibatkan turunya tingkat imal hasil sebesar 6,2 bps di level 8,209%. Sementara itu, untuk Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan harga sebesar 35 bps yang menyebabkan terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 5 bps di level 7,755%. Selanjutnya, untuk Surat Utang Negara bertenor 5 tahun mengalami perubahan harga sebesar 24 bps sehingga berdampak pada penurunan imbal hasil sebesar 6 bps dilevel 7,333%.
  • Kenaikan harga Surat Berharga Negara pada perdagangan akhir pekan kemarin dipengaruhi oleh faktor menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Rupiah mengalami penguatan pada perdagangan kemarin disebabkan oleh adanya surplus neraca perdagangan di bulan Februari 2019. Badan Pusat Statistik menyampaikan bahwa pada bulan Februari 2019 terjadi surplus neraca perdagangan sebesar US$ 330 juta dimana nilai ekspor yang sebesar US$ 12,53 miliar lebih tinggi daripada nilai impor yang mencapai US$ 12,2 miliar. Selain itu, para pelaku pasar juga semakin optimis terhadap kondisi pasar saat ini, dimana hal ini tercermin dari meningkatnya volume perdagangan baik dari volume perdagangan Surat Utang Negara maupun volume perdagangan surat utang korporasi dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya.
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, harganya masih terlihat mengalami kenaikan. Adapun harga dari seri INDO24 dan INDO29 mengalami rata-rata kenaikan masing-masing sebesar 3 bps dan 10 bps yang mendorong oleh turunnya imbal hasil masing-masing sebesar 0,6 bps di level 3,638% dan 1,2 bps di level 4,129%. Sementara itu, untuk harga dari seri INDO44 dan INDO49 juga turut mengalami kenaikan masing-masing sebesar 4,7 bps dan 12,1 bps yang mengakibatkan oleh turunnya tingkat imbal hasil masing-masing sebesar 0,3 di level 4,973% dan 0,7 bps di level 4,878%.
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan hari Jumat, tanggal 15 Maret 2019 mengalami kenaikan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp17,66 triliun dari 37 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan. Adapun Surat Utang Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp3,49 triliun dari 130 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0077 senilai Rp2,68 triliun dari 41 kali transaksi. Sementara itu, untuk perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Sukuk Negara dengan volume terbesar, yaitu sebesar Rp660,00 miliar dari 16 kali transaksi dan diiringi dengan volume Project Based Sukuk seri PBS019 sebesar Rp173,50 miliar untuk 6 kali transaksi.
  • Volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan lebih besar daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,16 triliun dari 40 seri obligasi korporasi yang ditransaksikan. Adapun untuk Obligasi Berkelanjutan III Indosat Tahap I Tahun 2019 Seri A (ISAT03ACN1) menjadi obligasi koporasi dengan volume perdagangan terbesar senilai Rp143 miliar dari 9 kali transaksi dan diikuti oleh Sukuk Ijarah Berkelanjutan III Indosat Tahap I Tahun 2019 Seri A (SIISAT03ACN1) senilai Rp125 miliar dari 8 kali perdagangan. Selanjunya, untuk obligasi korporasi dengan volume Rp100 miliar dari 4 kali transaksi didapati pada perdagangan Obligasi I Indonesia Infrastructure Finance Tahun 2016 Seri A (IIFF01A).
  • Pada perdagangan di akhir pekan kemarin pada tanggal 15 Maret 2019, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami penguatan sebesar 16 pts (0,11%) di level 14262,00 per Dollar Amerika. Pergerakan nilai tukar Rupiah pada awal sesi perdagangan mengalami pelemahan kemudian perlahan-lahan menguat hingga akhir sesi perdagangan dan bergerak pada kisaran 14258 hingga 14315 per Dollar Amerika. Adapun nilai tukar Rupiah tersebut bergerak ditengah beragamnya nilai tukar mata uang regional. Mata uang Rupee India memimpin penguatan mata uang regional sebesar 0,30% dan diikuti oleh penguatan mata uang Baht Thailand (THB) dan mata uang Renminbi China (CNY) masing-masing sebesar 0,16% dan 0,13%. Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan tertinggi didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW) yang melemah sebesar 0,19% diiringi dengan pelemahan mata uang Peso Filipina (PHP) sebesar 0,09% dan mata uang Yen Jepang (JPY) yang melemah sebesar 0,04% terhadap mata uang Dollar Amerika.
  • Adapun Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan sebesar 4 bps pada level 2,591%. Hal ini juga terjadi pada US Treasury bertenor 30 tahun yang mengalami kenaikan sebesar 3 bps sehingga berada pada level 3,013%. Pelemahan imbal hasil US Treasury ini terjadi ditengah kondisi pasar saham Amerika yang ditutup dengan mengalami penguatan, dimana indeks NASDAQ ditutup menguat sebesar 76 bps sehingga berada pada level 7688,53 sedangkan untuk indeks DJIA juga turut mengalami kenaikan sebesar 54 bps sehingga berada pada level 25848,87. Sementara itu untuk obligasi Inggris (Gilt) ditutup mengalami kenaikan di semua tenornya, baik pada tenor 5, 10 dan 30 tahun, masing-masing sebesar 0,943%, 1,215%, dan 1,716%. Sedangkan untuk obligasi Jerman (Bund) mengalami penurunan untuk semua tenornya baik itu bertenor 10, 20, dan 30 tahun masing-masing sebesar 0,084%, 0,453%, 0,745%.
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara akan cenderung bergerak bervariasi dengan adanya peluang mengalami penguatan di tengah peluang menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang diikuti dengan pelemahan mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Disamping itu, adanya surplus neraca perdagangan yang dirilis pada akhir pekan kemarin menjadi katalis positif bagi mata uang Rupiah sehingga kondisi ekonomi domestik Indonesia semakin menarik dimata para investor.
  • Rekomendasi : Seiring dengan masih berlanjutnya tren kenaikan harga Surat Utang negara, maka kami menyarankan kepada investor untuk melakukan strategi trading yang memanfaatkan momentum kenaikan harga. Pelaku pasar perlu mewaspadai adanya aksi ambil untung (profit taking) oleh investor dikarenakan harga Surat Utang negara yang mulai mendekati area jenuh beli. Data ekonomi domestik yang disampaikan pada pekan kemarin berpotensi menjadi faktor  pergerakan harga Surat Utang negara di pasar sekunder. Beberapa seri yang kami lihat cukup menarik untuk diperdagangkan diantara adalah FR0069, FR0061, FR0056, FR0059, FR0071, FR0058, FR0074 dan FR0068.
  • Kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara mengalami penurunan senilai Rp 2,325 triliun.  

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group