Beranda

RESEARCH

Company Update

19 Juni 2017

Fixed Income Notes 19 Juni 2017

  • Stabilnya nilai tukar serta pergerakan imbal hasil surat utang global yang mengalami penurunan mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum’at, 16 Juni 2017. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 5 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 2 bps dimana penurunan imbal hasil Surat Utang Negara yang cukup besar terjadi pada tenor 6 - 12 tahun. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4tahun) bergerak bervariasi dimana untuk tenor 1 - 2 tahun mengalami penurunan  imbal hasil hingga sebesar 3 bps sementara itu pada tenor 3 - 4 tahun mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 6 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 2 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 10 bps dan imbal hasil Surat Utang  Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) yang bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan hingga sebesar 5 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 40 bps. 
  • Penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin seiring dengan tren penurunan imbal hasil surat utang global sebagai respon atas hasil dari Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika yang berakhir pada hari Rabu waktu setempat memutuskan untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada kisaran 1,00% - 1,25% sebagaimana yang telah diperkirakan oleh pelaku pasar sebelumnya. 
  • Penurunan imbal hasil pada perdagangan kemarin juga didukung oleh faktor stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika di tengah pelemahan mata uang dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia setelah berakhirnya Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. 
  • Adapun dari hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yanga berakhir pada hari Kamis kemarin kembali memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) tetap sebesar 4,75%, dengan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 4,00% dan Lending Facility tetap sebesar 5,50%. Keputusan tersebut konsisten dengan upaya Bank Indonesia menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan di tengah semakin meningkatnya ketidakpastian global serta mendukung keberlanjutan pemulihan ekonomi domestik. Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah risiko, baik yang bersumber dari global maupun domestik. Dari sisi global, kenaikan lebih lanjut Fed Fund Rate (FFR) dan rencana penurunan besaran neraca bank sentral AS, hasil Pemilu di Inggris, serta potensi menurunnya harga komoditas khususnya minyak dunia merupakan risiko yang tetap perlu diwaspadai. Dari sisi domestik, beberapa risiko yang tetap perlu dicermati adalah dampak penyesuaian administered prices terhadap inflasi serta masih berlanjutnya konsolidasi korporasi dan perbankan. Hasil dari Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia tersebut tidak banyak berpengaruh terhadap pasar surat utang, mengingat pelaku pasar telah memperkirakan bahwa Bank Indonesia masih akan mempertahankan suku bunga acuan serta hasil dari pertemuan yang di sampaikan jelang berakhirnya sesi perdagangan. 
  • Secara keseluruhan, penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin telah mendorong imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan turun pada posisi 6,620% (-1 bps) untuk tenor 5 tahun, di posisi 6,790% (-2 bps) untuk tenor 10 tahun, sedangkan mengalami kenaikan di posisi 7,334% (-1,5 bps) untuk tenor 15 tahun dan di posisi 7,522% (-1 bps) untuk tenor 20 tahun. 
  • Kenaikan imbal hasil juga terjadi pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika seiring dengan kenaikan imbal hasil surat utang regional setelah pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Imbal hasil dari INDO-20 ditutup naik sebesar 1 bps di level 2,275% setelah mengalami penurunan harga sebesar 2 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-27 dan INDO-47 mengalami kenaikan yang lebih besar yaitu masing - masing sebesar 2 bps dan 4,5 bps di level 3,627% dan 4,570% didorong oleh adanya penurunan harga sebesar 15 bps dan 50 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporan pada perdagangan kemarin menunjukkan adanya penurunan dibandingan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp9,15 triliun dari 43 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dimana untuk seri acuan, volume perdagangan yang dilaporkan hanya Rp1,83 triliun. Surat Pembendaharaan Negara seri SPN12180201 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,12 triliun dari 5 kali transaksi di harga rata - rata 95,91% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0074 senilai Rp982 miliar dari 75 kali transaksi di harga rata - rata 102,38%. 
  • Adapun dari perdagangan obligsi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp804,50 miliar dari 38 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.  Obligasi Berkelanjutan II Waskita KaryaTahap III Tahun 2017 Seri A (WSKT02ACN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp140,8 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,26% dan diikuti oleh  Obligasi Berkelanjutan II Sumber Alfaria Trijaya Tahap I Tahun 2017 (AMRT02CN1) senilai Rp68 miliar dari 1 kali transaksi di harga rata - rata 100,18%. 
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah sebesar 13,00 pts pada level 13299,00 per dollar Amerika. Bergerak bervariasi sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13292,00 hingga 13316,00 per dollar Amerika, pelemahan nilai tukar rupiah tersebut terjadi di tengah pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika seiring dengan pelemahan nilai tukar dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia. Mata uang Won Korea Selatan (KRW) memimpin pelemahan mata uang regional yang diikuti oleh Dollar Taiwan (TWD) dan Peso Philippina (PHP). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara berpeluang untuk mengalami kenaikan di tengah kembali turunnya imbal hasil dari surat utang global namun akan dibatasi oleh faktor pelaksanaan lelang Surat Utang Negara pada esok hari. Menjelang lelang harga Surat Utang Negara cenderung terbatas dengan potensi mengalami penurunan terutama pada seri - seri yang akan dilelang. Imbal hasil dari US Treasury pada perdagangan hari Jum’at tidak mengalami perubahan setelah berakhirnya Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin ditutup tidak bergerak pada level 2,16% begitu pula dengan tenor 30 tahun yang ditutup tidak bergerak pada level 2,78%. Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (bund) dan Inggris (gilt) dengan tenor 10 tahun juga ditutup turun masing - masing pada level 0,27% dan 1,02%. Adanya kenaikan imbal hasil surat utang tersebut kami perkirakan juga akan mendorong terjadinya kenaikan harga terhadap pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika pada perdagangan hari ini, terlebih setelah mengalami penurunan harga yang cukup besar pada perdagangan di akhir pekan kemarin. 
  • Sementara itu secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih bergerak dalam tren kenaikan khususnya untuk tenor panjang, kenaikan harga akan didorong oleh kondisi harga Surat Utang Negara yang mulai menjauhi area jenuh beli (overbought). Hal tersebut kami perkirakan akan mendorong pelaku pasar untuk melakukan aksi beli sehingga akan mendorong terjadinya kenaikan harga di pasar sekunder. 
  • Rekomendasi : Dengan kondisi tersebut, kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder dengan melakukan strategi trading memanfaatkan momentum kenaikan harga. Beberapa seri yang masih cukup menarik adalah seri FR0066, FR0048, ORI013, FR0069, FR0045, FR0050, FR0057, FR0062 dan FR0067. 
  • Pencatatan Obligasi Berkelanjutan I Bank Mandiri Tahap II Tahun 2017 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) pada tanggal 16 Juni 2017.

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group