Beranda

RESEARCH

Company Update

19 Juni 2019

Fixed Income Notes 19 Juni 2019

Pada perdagangan hari Selasa, tanggal 18 Juni 2019, harga Surat Utang Negara bergerak bevariasi dengan kecenderungan mengalami penguatan yang didorong oleh perubahan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat para pelaku pasar yang masih menantikan hasil FOMC Meeting.
 
Harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin hari Selasa, tanggal 18 Juni 2019 bergerak dengan arah bervariasi dengan kecenderungan mengalami penguatan hingga sebesar 350 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil hingga sebesar 34,2 bps. Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) tercatat mengalami rata-rata kenaikan terbatas hanya sebatas 7,7 bps yang berdampak pada menurunnya tingkat imbal hasil sebesar 6 bps. Adapun untuk Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan harga hingga sebesar 19,2 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil berkisar antara 1,3 bps hingga 5 bps. Surat Utang Negara dengan tenor panjang (diatas 7 tahun) didapati terjadinya penurunan rata-rata harga sebesar 29,2 bps yang mengakibatkan terjadinya kenaikan imbal hasil hingga sebesar 91,2 bps. 
 
Pada perdagangan kemarin, hari Selasa tanggal 18 Juni 2019, harga Surat Utang Negara bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami penguatan. Pergerakan harga tersebut dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika yang juga ikut bergerak beragam seiring dengan jelang disampaikannya suku bunga acuan Amerika oleh The Fed pada pertengahan pekan ini. Kondisi tersebut berpeluang mengakibatkan para pelaku pasar melakukan aksi wait and see menunggu hasil FOMC Meeting tersebut. Meskipun para pelaku pasar yakin suku bunga masih bisa ditahan di kisaran 2,25—2,50% pada pertemuan bulan ini, hanya saja para pelaku pasar juga masih menantikan pernyataan yang akan disampaikan oleh Gubernur  The Fed, Jereme Powell pada hari Kamis, tanggal 20 Juni 2019. Apabila pernyataan tersebut bernada dovish maka para pelaku pasar semakin yakin terhadap kemungkinan penurunan suku bunga acuan global di periode selanjutnya. Sementara itu, dari proses lelang kemarin, pemerintah berhasil meraup dana sebesar Rp24,00 triliun dari total penawaran yang masuk sebesar Rp54,79 triliun. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil lelang Surat Utang Negara sebelumnya yang mencapai Rp10,80 triliun dari total penawaran sebesar Rp26,19 triliun. Hal ini menjadi indikasi bahwa pasar keuangan domestik masih mampu menarik minat para investor.
 
Secara keseluruhan, perubahan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun sebesar 5 bps pada level 7,109%; penurunan imbal hasil seri acuan dengan tenor 10 tahun sebesar 1,1 bps pada level 7,642%. Sedangkan untuk seri acuan tenor 15 tahun mengalami kenaikan terbatas dibawah 1 bps pada level 7,987% dan kenaikan imbal hasil seri acuan dengan tenor 20 tahun sebesar 0,8 bps pada level 8,139%.  
 
Pada perdagangan kemarin, imbal hasil Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang asing mengalami penurunan pada sebagian besar serinya. Harga dari INDO24 mengalami kenaikan sebesar 12,8 bps yang mendorong penurunan imbal hasil sebesar 2,8 bps di level 3,104%. Adapun pergerakan harga dari INDO29 juga ikut naik sebesar 35,8 bps yang berdampak pada turunnya imbal hasil sebesar 4,1 bps di level 3,476%. Sementara itu, dari INDO44 dan INDO49 mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 60,2 bps dan 62,5 bps yang berdampak pada penurunan tingkat imbal hasil masing-masing sebesar 3,2 bps di level 4,405% dan 3,3 di level 4,330%.
 
Sementara itu volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami kenaikan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya. Volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp22,50 triliun dari 39 seri Surat Utang Negara yang dilaporkan dimana volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp16,29 triliun. Obligasi Negara seri FR0078 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp8,62 triliun dari 125 kali transaksi. Obligasi Negara seri acuan dengan tenor 10 tahun tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 103,80%. Adapun Project Based Sukuk seri PBS014 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp612,05 miliar dari 14 kali transaksi dengan harga rata - rata pada level 99,05%. 
 
Dari perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan pada perdagangan di hari Selasa tanggal 18 Juni 2019 senilai Rp771,30 miliar dari 50 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.  Obligasi Berkelanjutan III WOM Finance Tahap II Tahun 2019 Seri B (WOMF03BCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp100,20 miliar dari 4 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap V Tahun 2019 Seri C (ADMF04CCN5) dan Obligasi Berkelanjutan III Sarana Multigriya Finansial Tahap VI Tahun 2016 (SMFP03CN6) masing-masing senilai Rp80,50 miliar dari 5 kali transaksi dan Rp70,00 miliar dari 8 kali perdagangan.  
 
Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup pada level 14328,00 per dollar Amerika yang menguat sebesar 7,00 pts dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya. Penguatan rupiah terhadap dollar Amerika bergerak cukup fluktuatif sepanjang sesi perdagangan. Dibuka melemah kemudian bergerak menguat  dan melemah pada pertengahan sesi perdagangan. Selanjutnya, pergerakan rupiah didapati menguat kembali hingga akhir sesi perdagangan. Adapun nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14324—14340 per Dollar Amerika. Penguatan rupiah tersebut diikuti oleh mata uang regional yang bergerak bervariasi pada sebagian besar serinya, dimana yang memimpin penguatan mata uang regional yaitu Rupee India (INR) dan Peso Filipina (PHP) yang keduanya menguat sebesar 0,29% dan diikuti oleh Yen Jepang (JPY) sebesar 0,22%. Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan terbesar didapati pada mata uang Baht Thailand (THB) sebesar 0,15% dan diikuti pelemahan mata uang Ringgit Malaysia (MYR) sebesar 0,11% terhadap Dollar Amerika. 
 
Pada perdagangan hari ini kami perkirakan bahwa harga Surat Utang Negara masih akan bergerak dengan peluang untuk kembali mengalami kenaikan melanjutkan tren kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan sebelumnya. Hanya saja, kami perkirakan kenaikan tersebut bergerak terbatas akibat para pelaku pasar yang cenderung menahan diri dan melakukan aksi wait and see menjelang disampaikannya pengumuman suku bunga acuan The Fed. 
 
Sementara itu, Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun ditutup dengan mengalami penguatan masing-masing pada level 2,068% dan 2,556%. Adapun kenaikan imbal hasil US Treasury tersebut seiring dengan kenaikan indeks saham utamanya. Untuk indeks NASDAQ terpantau mengalami penguatan sebesar 139 bps di level 7953,88 dan indeks DJIA naik sebesar 135 bps di level 26465,54. Sementara itu, imbal hasil dari Surat Utang Jerman (Bund) dan surat utang Inggris (Gilt) untuk tenor 10 tahun ditutup mengalami kenaikan masing-masing di level –0,32% dan 0,808%.

Rekomendasi
Dengan kondisi tersebut, maka kami sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara. Kami merekomendasikan kepada investor untuk melakukan strategi trading di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung bergerak berfluktuasi dengan fokus kepada pergerakan nilai tukar Rupiah. Adapun seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: FR0053, FR0061, FR0043, FR0063, FR0070, FR0077, FR0056, FR0059 dan FR0068.
 
Pemerintah meraup dana senilai Rp24,00 triliun dengan melaksanakan lelang Surat Utang Negara pada tanggal 18 Juni 2019 untuk seri SPN03190919 (new issuance), SPN12200619 (new issuance), FR0077 (reopening), FR0078 (reopening), FR0068 (reopening), FR0079 (reopening) dan FR0076 (reopening).    

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group