Beranda

RESEARCH

Company Update

19 Maret 2018

Fixed Income Notes 19 Maret 2018

  • Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Jum'at, 16 Maret 2018 kembali mengalami kenaikan di tengah masih berlanjutnya tekanan terhadap nilai tukar rupiah jelang dimulainya Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. 
  • Perubahan tingkat imbal hasil yang terjadi pada akhir pekan kemarin berkisar antara 1 - 4 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 1,1 bps dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada tenor menengah dan panjang. Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) cenderung mengalami penurunan sebesar berkisar antara 1 - 2 bps setelah mengalami kenaikan harga hingga sebesar 5 bps. Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 2 bps setelah mengalami kenaikan harga yang berkisar antara 5 - 15 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan berkisar antara 1 - 4 bps dengan adanya koreksi harga hingga sebesar 50 bps. 
  • Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan di akhir pekan kemarin masih didorong oleh adanya koreksi harga Surat Utang Negara di tengah kenaikan imbal hasil surat utang global seiring dengan semakin besarnya peluang kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika di bulan Maret 2018. Pelaku pasar merespon kondisi tersebut dengan melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder, sehingga mendorong terjadinya koreksi harga terutama pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah dan panjang. Adapun kenaikan imbal hasil juga dipengaruhi oleh berlanjutnya tekanan terhadap nilai tukar rupiah pada akhir pekan kemarin. 
  • Meredanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah tidak cukup kuat untuk menahan terjadinya koreksi harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Hanya saja, kami melihat koreksi harga pada perdagangan di akhir pekan kemari tidak diikuti oleh volume perdagangan yang besar, mengindikasikan bahwa pelaku pasar cenderung menahan diri guna melakukan transaksi di pasar sekunder. 
  • Dengan adanya koreksi harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin pada sebagian besar seri Surat Utang Negara, imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 6,091%. Sementara imbal hasil dengan tenor 10 tahun mengalami kenaikan sebesar 2,5 bps di level 6,697%, adapun untuk tenor 15 tahun dan 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 1 bps masing - masing di level 6,968% dan 7,301%. Namun demikian dengan perubahan imbal hasil tersebut, dalam sepekan terakhir pergerakan imbal hasil Surat Utang Negara bergerak mengalami penurunan untuk semua tenor Surat Utang Negara mengalami penurunan imbal hasil sebesar 1,5 bps. 
  • Dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya masih mengalami penurunan seiring dengan penurunan imbal hasil surat utang global jelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika. Penurunan imbal hasil terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara dengan imbal hasil dari INDO-23 mengalami penurunan sebesar 5 bps di level 3,691% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 22 bps. Sementara itu imbal hasil dari INDO-28 mengalami penurunan sebesar 6,5 bps di level 4,018% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 50 bps dan imbal hasil dari INDO-38 mengalami penurunan sebesar 4 bps dilevel 4,718% setelah mengalami kenaikan sebesar 60 bps. Adapun imbal hasil dari INDO-48 ditutup turun sebesar 6 bps di level 4,641% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 90 bps. 
  • Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan senilai Rp11,27 triliun dari 33 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp3,09 triliun. Obligasi Negara seri FR0056 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senila Rp1,45 triliun dari 35 kali transaksi di harga rata - rata 109,96% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0064 senilai Rp1,19 triliun dari 51 kali transaksi di harga rata - rata 96,40%. 
  • Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,35 triliun dari 39 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III BFI Finance Indonesia Tahap IV Tahun 2018 Seri A (BFIN03ACN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp724 miliar dari 26 kali transaksi di harga rata - rata 100,03% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Pegadaian Tahap II Tahun 2018 Seri A (PPGD03ACN2) senilai Rp180 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 100,00%. 
  • Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup melemah  terbatas sebesar 2,00 pts (0,01%) di level 13751,00 per dollar Amerika. Bergerak berfluktuasi pada kisaran 13745,00 hingga 13773,00 per dollar Amerika, pelemahan nilai tukar rupiah terjadi di tengah bervariasinya pergerakan mata uang regional terhadap dollar Amerika. Mata uang Yen Jepang (JPY) memimpin penguatan mata uang regional yang diikuti oleh Ringgit Malaysia (MYR) dan Peso Philippina (PHP). Adapun mata uang Baht Thailand (THB) memimpin pelemahan mata uang regional terhadap dollar Amerika yang diikuti oleh Won Korea Selatan (KRW) dan Rupee India (INR). Sedangkan dalam sepekan terakhir, mata uang regional cenderung bergerak mengalami penguatan terhadap dollar Amerika seiring dengan melemahnya dollar Amerika dengan dipimpin oleh Yen Jepang (1,08%) dan Baht Thailand (0,57%). 
  • Pada perdagangan hari ini kami perkirakan harga Surat Utang Negara masih kembali berpeluang untuk mengalami penurunan didukung oleh imbal hasil surat utang global cenderung mengalami kenaikan. Imbal hasil dari US Treasury bergerak berfluktuasi sepanjang sesi perdagangan di akhir pekan meskipun akhirnya ditutup dengan sedikit kenaikan, dimana untuk tenor 10 tahun imbal hasilnya berada pada level 2,844% dan untuk tenor 30 tahun naik ke level 3,077%. Sedangkan imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun ditutup naik masing - masing di level 0,571% dan 1,435%. 
  • Sementara itu dari dalam negeri, pelaku pasar masih akan menantikan pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang diadakan pada hari Selasa - Kamis tanggal 20 - 22 Maret 2018. Adapun secara teknikal, harga Surat Utang Negara kembali memasuki area konsolidasi dengan adanya sinyal perubahan tren dari tren turun menjadi naik, mengindikasikan bahwa harga Surat Utang Negara akan bergerak terbatas dengan peluang adanya kenaikan harga dalam jangka pendek didukung oleh harga Surat Utang Negara yang masih berada di area jenuh jual (oversold). 
  • Rekomendasi : Dengan kombinasi dari beberapa faktor tersebut, maka kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder. Peluang adanya koreksi harga jelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara serta Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika dapat dimanfaatkan oleh investor dengan horizon investasi jangka panjang untuk melakukan pembelian secara bertahap terhadap Surat Utang Negara dengan tenor panjang seperti seri FR0069, FR0053, FR0073, FR0058, FR0074, FR0068 dan FR0072. 
  • Pada sepekan kedepan terdapat lima surat utang yang akan jatuh tempo senilai Rp8,715 triliun. 
  • Pencatatan Obligasi Berkelelanjutan II Bank Maybank Indonesia Tahap II Tahun 2018 PT Bank Maybank Indonesia Tbk

 

Back Download PDF
Copyright © 2024 MNC Sekuritas. All Right Reserved. A Member of MNC Group